nusabali

Sempat 18 Hari Dirawat, Budayawan DS Putra Tutup Usia

Kemarin, Putri Koster dan Bupati Tamba Melayat ke Rumah Duka

  • www.nusabali.com-sempat-18-hari-dirawat-budayawan-ds-putra-tutup-usia

NEGARA, NusaBali
Dunia sastra di Bali kembali berduka. Ini menyusul meninggalnya Ida Bagus Ketut Dharma Santika Putra alias DS Putra, 57, Jumat (21/1) pukul 19.30 Wita.

DS Putra yang juga seorang budayawan asal Lingkungan Tengah, Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara, Jembrana ini, menghembuskan napas terakhirnya di RSUP Sanglah, Denpasar, setelah sempat selama 18 hari dirawat sejak, Selasa (4/1) lalu.

Putra almarhum DS Putra, Ida Bagus Yudistira Prama Putra, 22, saat ditemui di rumah duka, Sabtu (22/1) menceritakan sang ayah meninggal karena didiagonosa penyakit darah tinggi (hipertensi). Adanya penyakit hipertensi itu juga baru diketahui ketika ayahnya di-screening kesehatan ketika mengikuti vaksinasi Covid-19 tahun 2021 lalu.

"Selama ini ajik (ayah) tidak pernah sakit-sakitan. Ajik juga baru tahu kalau punya penyakit hipertensi saat akan mengikuti vaksinasi dosis pertama," kata Gus Prama. Ketika diketahui memiliki penyakit hipertensi itu, Gus Prama mengatakan sering mengontrol tensi ayahnya ke dokter. Dalam beberapa kali kontrol, ayahnya sempat disarankan agar menjalani pemeriksaan di rumah sakit. Namun ayahnya yang merasa tidak pernah mengalami keluhan terhadap penyakitnya itu, tetap ingin menjalani rawat jalan dan beraktivitas sepeti biasanya.

"Mungkin ajik tidak mau keluarga sampai kepikiran. Makanya ajik tidak mau diperiksakan ke rumah sakit," ujar anak laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri almarhum DS Putra dengan Ketut Mahendri ini.

Beberapa hari saat memasuki awal tahun baru 2022, ayahnya sempat mengeluhkan pusing. Namun ayahnya juga enggan diperiksa ke Rumah Sakit dan lebih memilih mendatangkan dokter ke rumah. Meski dokter yang datang memeriksa ke rumah termasuk keluarga sudah berusaha mendesak agar segera memeriksakan diri ke Rumah Sakit, ayahnya tetap menolak. Hingga akhirnya pada, Selasa (4/1) lalu kondisi ayahnya tiba-tiba drop. "Pas pagi (tanggal 4 Januari) itu ajik juga sempat muntah dan responnya sudah sangat menurun. Tidak bisa gerak dan ajik juga sudah tidak bisa ngomong (bicara). Karena sudah parah begitu, pagi itu juga dibawa ke RSU Negara dan langsung dirawat di UGD," ujar Gus Prama.

Setelah dilarikan ke UGD RSU Negara pada Selasa (4/1) pagi sekitar pukul 09.00 Wita, sempat dilakukan pemeriksaan awal. Namun pada, Selasa itu juga dinyatakan ayahnya perlu dirujuk ke RSUP Sanglah. Sesuai saran tersebut ayahnya pun diberangkatkan dari RSU Negara pada sekitar pukul 20.00 Wita, dan tiba di RSUP Sanglah, Denpasar sekitar pukul 22.00 Wita. "Saat dibawa ke RSUP Sanglah juga langsung dirawat di ruang ICU. Sempat dilakukan pemeriksaan, dan waktu itu dibilang kalau hipertensinya ajik memang sudah parah dan ada gumpalan cairan di kepala," kata Gus Prama yang bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta bidang IT di Malang, Jawa Timur ini.

Setelah dibawa ke RSUP Sanglah itu, keesokan hari pada Rabu (5/1) sempat dilakukan operasi untuk mengeluarkan cairan di kepala ayahnya. Berselang seminggu kemudian atau pada Rabu (12/1) sempat dilanjutkan operasi yang kedua berupa pemasangan selang ventilator untuk membantu pernapasan ayahnya dan pemasangan selang untuk mengeluarkan cairan di kepala ayahnya. "Setelah operasi kedua itu, kondisi ajik sempat agak membaik. Sempat bisa membuka mata dan mengecap-ngecap saat diberikan tirta. Tetapi itu hanya berlangsung dua hari. Setelah itu kodisinya kembali drop," ucap Gus Prama.

Meskipun sudah berusaha diberikan perawatan secara intensif di RSU Sanglah, dari dokter mengabarkan kalau kesadaran ayahnya semakin menurun pada, Jumat (14/1) sore. Selain demam tinggi, dinyatakan bahwa denyut nadi dan pernapasan ayahnya sangat jauh menurun. "Dari dokter juga sudah berusaha menaikan dosis obatnya, tetapi kondisinya makin kritis. Sampai akhirnya kemarin (Jumat) sekitat pukul 19.30 Wita, ajik sudah dinyatakan meninggal. Setelah sempat diobsevasi dan dimandikan, kemarin malam jenazah ajik dibawa ke rumah duka. Jenazah tiba di rumah sekitar pukul 00.30 Wita (Sabtu dinihari)," kata Gus Prama.

Gus Prama mengatakan, dirinya maupun keluarga tidak ada mendapat firasat kalau ayahnya yang tumben dilarikan ke rumah sakit akan meninggal dunia. Namun sebelum menghembuskan napas terakhir pada, Jumat malam sekitar pukul 19.30 Wita itu, dirinya bersama ibu serta kakaknya yang biasa giliran berjaga di rumah sakit, kebetulan sedang berkumpul. "Selama ajik dirawat di RSUP Sanglah, kita ngekos. Biasanya kita giliran jaga. Nah pas malam kemarin itu, kebetulan pas saat ibu dan kakak datang ke rumah sakit untuk giliran jaga setelah mandi di kos. Pas itu juga, kebetulan masih ada saya, ajik dinyatakan meninggal. Mungkin ajik nunggu kita ngumpul," kenang Gus Prama.

Meski tidak ada pesan terakhir lantaran ayahnya sudah tidak bisa berbicara sejak mulai drop pada tanggal 4 Januari lalu, Gus Prama mengatakan, selama ini banyak pelajaran hidup yang disampaikan almarhum kepada anak-anaknya. Adapun salah satu pesan yang sering disampaikan kepadanya sebagai satu-satunya anak laki-laki di keluarga agar selalu menjaga ibu. "Ajik selalu mengingatkan jagain ibu. Beliau selalu berpesan kalau ibu nomor satu (diutamakan menjaga ibu)," ucap Gus Prama.

Bagi Gus Prama, ayahnya merupakan ayah yang sangat luar biasa. Selama ini, dirinya merasakan ayahnya sebagai sosok yang demokratis dan sangat menyayangi keluarga. Dirinya pun merasa selalu bangga dengan sosok ayahnya yang dikenal sebagai sosok budayawan dan memiliki wawasan sangat luas.

"Ketika melihat ajik diundang menjadi narasumber (sebagai budayawan ataupun narasumber tentang wawasan kebangsaan), bangga rasanya. Apa yang dikatakan ajik itu sangat benar. Bisa lihat orang ingin ngobrol, banyak terbantu, dan sharing dengan ajik. Bahkan hampir setiap malam ada saja tamu yang sharing dengan ajik," kenang Gus Prama.

Sebagai budayawan, DS Putra selama ini dikenal memiliki banyak teman yang sering sharing pengalaman dengan orang-orang ternama. Almarhum juga dikenal sebagai salah satu sahabat dari Ny Putri Suastini Koster yang notabene istri dari Gubernur Bali Wayan Koster. Sebagai sahabat almarhum, Putri Koster tampak secara khusus datang melayat ke rumah duka almarhum, Sabtu (22/1) sore. Kehadiran Putri Koster ini juga bersamaan datang melayat dengan Bupati Jembrana I Nengah Tamba.

Putri Koster saat ditemui usai melayat di rumah duka almarhum, mengatakan sebenarnya sudah berteman lama dengan almarhum. Tepatnya saat masih muda, almarhum sempat tinggal di rumah salah satu kakak almarhum yang tinggal di Panjer, Denpasar, pada tahun 1980-an. Namun setelah tahun 1980-an itu, sempat kehilangan kontak selama bertahun-tahun sampai akhirnya bertemu lagi dengan lewat Facebook (FB) pada sekitar tahun 2011. Sejak bertemu kembali tahun 2011 itu, dirinya pun sering berdiskusi dengan almarhum tentang sastra termasuk program-program sebagai istri Gubernur.

Saat menerima kabar DS Putra masuk ke rumah sakit, Putri Koster mengaku sempat mengikuti dari awal proses perawatan DS Putra dari RSU Negara hingga dirujuk ke RSUP Sanglah. Dirinya pun memastikan dari dokter sudah berusaha melakukan yang terbaik. Namun Tuhan berkehendak lain. "Sebagai teman, sungguh titiyang (saya) merasa kehilangan. Karena apa?  Beliau teman diskusi yang enak, apa adanya. Buk Koster ini kurang bagus, Buk Koster ini harus dibeginiin. Jadi plong kalau kita diskusi sama beliau, jadi banyak hal yang kita dapat," ucap Putri Koster.

Selama ini, Putri Koster menilai, DS Putra merupakan sosok yang care (peduli) dengan sahabatnya. Semisal ketika melihat postingan di FB dirinya melakukan kegiatan yang menukik ke masyarakat, DS Putra tidak segan memberikan apresiasi ketika apa yang dilakukan memang baik untuk masyarakat.

"Kecerdasan mengkritisi situasi. Beliau memberikan masukan-masukan kepada sahabat yang kadang dengan cara humoris dan kadang kritiknya tajam. Tetapi landasanya adalah semua menjadi lebih baik," ujarnya.

Menurut Putri Koster, dirinya pun mengenal DS Putra sebagai tokoh yang paham dengan situasi politik, seni dan budaya Bali. Dirinya pun mengaku banyak hal-hal baik yang didapat dalam pergaulan dan persahabatan dengan alamrhum.

"(Yang berkesan) Beliau banyak memberikan tiyang wisdom-wisdom yang mudah dilakukan. Jadi seorang ibu itu adalah ibu bumi yang penuh kesabaran. Kemudian beliau menulis puisi yang menyebut saya si mata embun yang penuh kasih. Dan yang paling berkesan ide saya membuat Festival Seni Bali Jani (FSBJ pada tahun 2020). Di sana ada FSBJ Nugraha. Tiyang sempat (pikirkan memberi penghargaan) untuk tiga orang (dari total 10 penerima), Pak Umbu, Pak Abas dan tuaji (almarhum DS Putra), titiyang berikan FSBJ Nugraha. Kemudian beliau berpulang, jadi belum terlambat. Semoga ada manfaatnya untuk keluarga. Karena itu apresiasi pemerintah kepada sastrawan," ucap Putri Koster.

Sementara Bupati Tamba yang juga melayat ke rumah almarhum mengatakan atas nama Bupati maupun Pemkab Jembrana juga merasa sangat kehilangan putra terbaik Kabupaten Jembrana. “Saya memohon agar beliau dimaafkan bilamana ada hal-hal yang kurang berkenan di masa hidupnya,” ujarnya.

Sementar secara pribadi, Bupati Tamba mengaku juga sudah cukup lama mengenal DS Putra. Tepatnya saat dirinya masih muda usia kuliah. Termasuk kebetulan istri Bupati Tamba juga dari Kelurahan Banjar Tengah. "Dulu kenal sejak masih muda. Sempat berpisah, terus ketemu lagi. Dan ternyata beliau banyak mendalami budaya literasi Islam dan Hindu di Jembrana. Beliau sebagai salah satu narasumber yang bisa kita dapatkan bagaimana harmonisasi dan interaksi budaya Melayu dan Hindu. Banyak beliau pengetahuannya. Dan hari ini kita kehilangan. Tetapi paling tidak penularan dari pesan-pesan beliau banyak yang mendapatkan," ucap Bupati asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini.

Bupati Tamba mengatakan, dirinya sangat terkesan dengan almarhum yang sangat vulgar dalam mengkritisi pemerintah. "Kalau memandang salah, beliau tidak segan-segan mengatakan saya salah. Tetapi astungkara, antara salah dengan benar, salahnya sedikit. Benarnya lebih banyak sehingga beliau sangat mendukung apa yang saya lakukan," ucap Bupati Tamba.

Terakhir, Bupati Tamba mengatakan juga sempat berdikusi tentang Angkringan Negara Bahagia yang diwujudkannya di Terminal Negara, Desa Baluk, Kecamatan Negara.

Dalam diskusi itu, dirinya mengaku banyak mendapat masukan yang positif tentang angkringan yang dibuatnya itu. Untuk diketahui, DS Putra berpulang dengan meninggalkan seorang istri dan 3 orang anak. Saat ini, DS Putra masih menjabat Kepala Bidang Politik Dalam Negeri dan Ormas pada Badan Kesbangpol Kabupaten Jembrana. Selama hidup, sejumlah karya DS Putra menghiasi khasanah Sastra di ujung Bali Barat dan Bali. DS Putra sebelum berkiprah di ASN Pemkab Jembrana, juga pernah merangkai karya tulisan saat menjadi wartawan, penulis lepas dan penulis buku. Almarhum sering menjadi pembicara dan narasumber baik tentang budaya Jembrana dan Bali serta sosial politik.

Rencananya, untuk prosesi pengabenan almarhum akan dilaksanakan di Setra Desa Adat Lelateng, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, pada Anggara Umanis Uye, Selasa (25/1). Sementara untuk prosesi nyiraman akan dilaksanakan sehari sebelumnya di rumah duka pada Soma Kliwon Uye, Senin (24/1). *ode

Komentar