nusabali

Siswa SDN 5 Ringdikit Kembali Seberangi Sungai

  • www.nusabali.com-siswa-sdn-5-ringdikit-kembali-seberangi-sungai

Rutinitas menyeberangi Tukad Saba kembali dilakukan setelah arus sungai dinilai cukup aman dilintasi

Jembatan Darurat Musnah Disapu Banjir


SINGARAJA, NusaBali
Puluhan siswa SDN 5 Ringdikit yang sebagian besar berasal dari Desa Lokapaksa dan Ularan Kecamatan Seririt Buleleng, kembali menyeberangi Tukad  Saba, setelah sempat diantar jemput oleh kepolisian dan Dinas Pendidikan saat cuaca ekstrim.

Mereka kembali menyeberangi sungai karena arus sungai sudah mengecil, dan jembatan darurat yang terpasang di sana juga sudah tidak ada.

Jembatan darurat dari Pemerintah Provinsi Bali, dengan menjejerkan 26 box culvert di sepanjang bentangan sungai, ternyata  tidak efektif. Hanya seminggu sejak dipasang tanggal 23 januari lalu, sebagian besar box culvert hilang terbawa banjir. Awalnya hanya hilang delapan buah, namun pada tanggal 10 Februari lalu, puncak bencana terbesar di Bali, tujuh  box beton hilang dan lenyap tanpa jejak. Kini hanya tinggal 11 buah dan sudah dinaikkan dan terlihat tertumpuk di sebelah Barat Bendungan.

Kepala SDN 5 Ringdikit I Nyoman Aryadha dikonfirmasi Senin (20/2) mengatakan puluhan siswanya yang berasal dari seberang sungai per hari Senin ini sudah mulai menyeberangi sungai. Sehingga tidak lagi menggunakan kendaraan operasional Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng untuk antar-jemput.

“Sabtu (18/2,Red) pihak sekolah mengumpulkan orang tua siswa dari seberang sungai, untuk membahas hal ini, karena air sungai sudah mulai surut. Nah mereka sepakat lah untuk kembali menyeberangi sungai,” kata dia.

Namun pihaknya juga tidak menampik bahwa jika suatu saat hujan deras kembali turun, pihaknyanya tetap akan berkoordinasi dengan UPP dan akan diteruskan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Buleleng untuk menfasilitasi siswa-siswanya pergi ke sekolah menggunakan mobil operasional.

Keputusan tersebut diambil, selain pertimbangan cuaca dan arus sungai yang mulai stabil, juga melihat efesiensi waktu tempuh. Jika menggunakan mobil dengan jalan memutar, siswa baru akan tiba di sekolah setelah 30 menit perjalanan. Sedangkan jika menyebrang sungai, hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk sampai di sekolah. Pihaknya pun berharap pemerintah terkait mempercepat realisasi jembatan penyeberangan, sehingga siswanya tidak galau lagi pergi ke sekolah jika hujan deras turun yang membuat arus sungai Saba membesar.

Sementara itu di sisi kanan dan kiri Tukad Saba, juga sudah tampak galian berbentuk persegi berukuran kurang lebih 3x3 meter dengan kedalaman dua meteran. Meski sekitar dam Tukad Saba sepi, namun aktivitas proyek tersebut dikatakan sudah mulai dikerjakan pasca banjir kedua yang menghanyutkan jembatan darurat pada 10 Februari lalu.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Buleleng Ketut Suparta Wijaya mengatakan proyek tersebut adalah proyek Pemerintah Provinsi yang akan menggarap jembatan gantung sebagai jembatan penyeberangan sementara siswa dan warga di sana.

Disinggung soal jembatan permanen yang dijanjikan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, pihaknya mengaku belum mendapatkan kejelasan. “Kemarin saya sempat koordinasi lagi dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), belum juga ada kepastian. Saya sih minta anggaran tahun ini atau perubahan, tetapi katanya belum bisa, karena mereka harus merevisi DIPA yang sudah ada,” ungkap Suparta.

Pihaknya pun mengatakan bahwa pembuatan jembatan penyeberangan orang, pengadaannya cukup sulit di BWS, meski anggaran yang akan dikeluarkan hanya Rp 1 miliaran. Karena sebelumnya aliran Tukad Saba diperuntukkan untuk irigasi dan tidak ada pos pembangunan penyeberangan orang. Sehingga harus bersabar hingga tahun anggaran baru 2018 mendatang. *k23

Komentar