nusabali

Warga Korban Longsor Menunggu Direlokasi

  • www.nusabali.com-warga-korban-longsor-menunggu-direlokasi

Siang hari, warga korban longsor di Kintamani sudah beraktivitas, sedang sore harinya mereka kembali ke penampungan/pengungsian.

BANGLI, NusaBali

Lokasi longsor di Kecamatan Kintamani, masuk zona merah yang berbahaya jika dijadikan jadi lokasi hunian/pemukiman. Sembari menunggu tempat relokasi, warga korban longsor diminta tetap di tempat pengungsian.

Di salah satu lokasi pengungsian di Banjar Yeh Panes, Desa Songan B, warga pengungsi mengaku fisik dan perasaan mereka sudah semakin membaik. Tetapi mereka belum tahu sampai kapan nanti harus berada di lokasi pengungsian. “Masih takut saya,” ujar I Gede Arta, salah seorang korban.  

Arta menuturkan, sebelum kejadian seperti ada gempa dan gemuruh. Setelah itu longsor terjadi. “Saya sampai terendam lumpur seleher,” ucap ayah dua anak ini. Beruntung, warga berhasil menolongnya, sehingga dia selamat. “Tiyang langsung mabakti waktu itu,” kenangnya atas musibah yang terjadi pada Jumat (10/2) lalu.

Meski merasa sudah agak tenang, namun warga mengaku masih takut. Apalagi jika melihat bangunan rumah dan barang lain yang hancur karena longsor. Mereka sedih dan tidak bisa menahan tangis. “Itulah satu-satunya tempat tinggal kami,” kata Arta.

Terpisah Kelian Dinas Banjar Bantas Desa Songan B Putu Gede Swastika, menyatakan belum bisa memastikan apakah warganya yang mengungsi tersebut akan diizinkan balik ke lokasi atau tidak. “Masih belum ada informasi,” tutur Putu Gede Swastika.

Sementara Kalak BPBD Bangli I Wayan Karmawan, belum bisa dikonfirmasi terkait hal tersebut. “Maaf saya sedang rapat ini,” ujarnya saat dikonfirmasi.

Dihubungi terpisah, Bupati Bangli I Made Gianyar menyatakan, untuk warga korban longsor di Banjar Bantas, Desa Songan A dan Songan B, rencananya bakal direlokasi. “Dalam pertemuan saya dengan Pak Gubernur (Gubernur Made Mangku Pastika), relokasi itu merupakan keharusan,” ujar Bupati Made Gianyar.

Mengapa harus? Karena lokasi tersebut berdasarkan peta geologi merupakan zona merah; berbahaya untuk lokasi hunian. Untuk saat ini masih akan dicarikan lokasi lahan hutan negara di kawasan sekitar yang aman untuk pemukiman. Polanya dengan menukar lahan milik warga di lokasi dengan lahan yang dijadikan tempat relokasi. Lahan milik warga di lokasi longsor dijadikan hutan, sebaliknya hutan yang ditukar dengan lahan warga dijadikan pemukiman. “Ini semata-mata demi kemanusiaan dan keselamatan,” tandas Bupati Made Gianyar. “Kalau umpamanya berjarak 3 kilometer dari lahan (pertanian warga), kan masih bisa dijangkau,” imbuhnya.  

Sementara menunggu proses relokasi, warga diharapkan tetap berada di lokasi pengungsian dulu. Rasa duka itu pasti ada, namun dengan perhatian yang demikian besar dari berbagai pihak, diharapkan warga yang terkena musibah bisa lebih tabah.

Demikian juga warga yang terkena musibah di lokasi lainnya, sementara diharapkan masih berada di lokasi penampungan maupun tenda-tenda. “Sambil menunggu pembersihan material longsor, yang nanti akan dibantu teman-teman dari TNI dan lainnya,” katanya.

Menurut Bupati Made Gianyar dari pantauannya, siang hari warga sudah beraktivitas, sedang sore kembali ke penampungan.

Sementara itu, anak-anak korban longsor Kintamani yang sebagian besar merupakan murid sekolah dasar, terus mendapat atensi dari berbagai pihak. Senin (20/2) sekitar pukul 14.00 Wita giliran warga Polres Bangli yang menghibur anak-anak tersebut. Bertempat di SD 3 Songan, jajaran Polres Bangli bersama ibu-ibu anggota Kemala Bhayangkari, mengajak anak-anak tersebut main sulap, nyanyi, dan permainan lainnya.

Kapolres Bangli AKBP Danang Beny Kusprihandono, menyatakan, menghibur anak-anak tersebut bertujuan membantu anak-anak menghilangkan trauma psikis setelah bencana longsor, Jumat (10/2). “Untuk membantu memulihkan kembali mental anak-anak agar kembali normal,” ujar AKBP Danang Beny.

Dikatakannya,  karena itulah Polres membantu melakukan program healing. Program healing tersebut dilaksanakan karena menurutnya anak-anak lebih tinggi rasa traumanya terhadap bencana. Bantuan pemulihan trauma terhadap anak-anak akan dilakukan menyesuaikan dengan situasi yang ada. “Tergantung situasi nanti, bisa satu atau kali lagi,” jelas AKBP Danang Beny.

Dari pantauan, anak-anak korban longsor tersebut tampak ceria dan bersemangat ketika  diajak bernyanyi dan bermain yang dipandu kelompok bermain partner Polres, didampingi ibu-ibu anggota Kemala Bhayangkari dan anggota Polres Bangli. Anak-anak tersebut berasal dari beberapa lokasi longsor dan banjir bandang, yakni dari Banjar Bantas Desa Songan A dan Songan B, di Banjar Yeh Mampeh, dan Banjar Culali Desa Batur Selatan.

Sebagaimana diberitakan, longsor akibat cuaca buruk, ditandai hujan lebat mengakibatkan 13 orang meninggal dunia. Masing-masing 7 orang di Banjar Bantas Desa Songan A dan Songan B, 4 orang di Banjar Awan Merta, Desa Awan, 1 orang di Banjar/Desa Sukawana, dan 1 orang di Banjar Subaya. Akibat dari musibah tersebut 147 KK (581 jiwa) mengungsi. Ada yang mengungsi di tenda yang disediakan Komando Tanggap Bencana seperti di Banjar Yeh Mampeh dan Banjar Culali di Desa Batur Selatan. Ada yang mengungsi di balai banjar seperti 23 KK (130 jiwa) warga Banjar Bantas Desa Songan A dan Songan B. Yang lainnya ada yang mengungsi di rumah kerabat. Sementara penanganan tanggap darurat bencana telah berakhir Rabu (16/2). Menyusul berakhirnya masa tanggap darurat diberlakukan masa pemulihan terhadap para korban bencana. * k17

Komentar