nusabali

Istri dan Anak Korban di Negara Masih Syok

  • www.nusabali.com-istri-dan-anak-korban-di-negara-masih-syok

NEGARA, NusaBali
Jenazah korban Sirwa Astawa, tiba di rumah duka sekitar pukul 16.00 Wita. Dari pemantauan di rumah duka, keluarganya masih syok dengan musibah tersebut.

Korban yang sehari-hari menjadi petani ini, meninggalkan seorang istri, Ni Luh Darmayanti, 29, dan seorang anak, Ni Luh Sumidiantari, 13, yang masih duduk di kelas VI SD. "Istri dan anaknya masih mengurung diri di kamar. Mereka masih syok," ujar beberapa kerabat korban yang sempat ditemui di rumah duka, Selasa (11/1) petang kemarin.

Salah satu saksi yang sempat ditemui di rumah duka, I Ketut Karang Umbara Yasa, 35, mengatakan, dirinya bersama korban dan dua temannya bersama-sama berangkat memancing dari rumah pada sekitar pukul 07.00 Wita. Sebelum berangkat memancing,  mereka pun sempat mencari umpan dan sejumlah perbekalan makanan hingga akhirnya sampai di Teluk Terima, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, pada sekitar pukul 09.30 Wita. "Setelah sampai di Teluk Terima, kami mencari tukang jukung untuk mengantar mancing ke keramba. Sampai di keramba sekitar pukul 10.00 Wita," ujar Karang yang juga petani ini.
Saat dalam perjalan hingga sampai di keramba, Karang mengatakan, kondisi cuaca cukup bagus. Kemudian terjadi mendung pada sekitar pukul 11.00 Wita, dan mulai turun hujan pada sekitar pukul 12.00 Wita.

"Saat mulai hujan itu, hujannya cukup deras. Karena hujan terlalu deras dan takutnya ada petir, pas itu pun saya minta ke teman-teman agar mematikan HP. Tetapi korban sendiri tidak sampai mematikan HP. Tetapi hanya mematikan (koneksi) paket data dan langsung memasukan HP-nya di kantong celana sebelah kanannya," ucap Karang.

Saat terjadi hujan deras memasuki sekitar pukul 13.00 Wita, kata Karang, tiba-tiba terdengar suara sambaran petir yang cukup keras. Saat itu, dirinya yang kebetulan sendirian memancing di balik bedeng sebelah sisi utara keramba, secara spontan memejamkan mata karena begitu kaget dengan kerasnya suara sambaran petir tersebut. Begitu suara petir berlalu, dirinya yang berusaha menyambangi teman-temannya, kaget melihat korban bersama I Gede Sugiartawan yang sebelumnya diketahui memancing dengan posisi berdekatan di sebelah sisi barat keramba sudah terkapar di lantai.

"Saya sengaja balik (beranjak dari balik bedeng menuju tengah keramba) lihat teman-teman, maunya bilang kalau suara petir sangat keras dan serasa di atas kepala. Pas balik itu tiba-tiba korban bersama De Sugi (I Gede Sugiartawan) sudah tidak sadarkan diri. Baju (korban) sudah terbakar, dan berusaha ditolong sama Pak Tut Wardana (I Ketut Wardana) yang sebelumnya posisi duduk-duduk di tengah keramba," ucap Karang.

Begitu melihat hal tersebut, dirinya pun langsung berusaha membantu rekannya Wardana yang berusaha memadamkan api pada baju korban dengan menggunakan tangan. Begitu juga berusaha menyadarkan korban dengan menekan-nekan dada termasuk menampar pipi korban. Tetapi saat berusaha disadarkan itu, samasekali tidak ada respon dari korban.

"Kalau De Sugi tidak sampai terbakar. Cuman dia sempat pingsan, dan sebentarnya sudah langsung sadar. Tetapi kalau korban, samasekali tidak sadar. Selain bajunya yang terbakar, kantong celana sebelah kanan tempat korban menaruh HP sama celana dalamnya robek. Kemunginan pas tersambar petir itu HP-nya juga meledak sampai terlihat bagian samping HP-nya seperti meleleh. Pas itu pun saya berpikir korban sudah meninggal," kata Karang.

Karena samasekali tidak ada respon dari korban, Karang bersama teman-teman korban berusaha menghubungi tukang jukung yang mengantar mereka agar menjemput ke keramba. Untuk menghubungi tukang jukung itu, digunakan HP milik Wardana yang satu-satunya menggunakan HP non smartphone. Setelah itu pun datang jemputan dari tukang jukung yang datang bersama petugas Pol Air dan membawa korban ke Puskesmas terdekat. Dari hasil pemeriksan petugas medis, saat itu pun sudah dipastikan korban telah meninggal dunia.

Menurut Karang, saat terjadi sambaran petir di keramba itu, benda yang disambar petir adalah joran pancing milik korban yang kebetulan berbahan dari kabel sutet. Terbukti dari joran milik korban dan joran salah satu temannya yang juga sama-sama berbahan suter juga dalam kondisi hancur. "Kalau bangunan keramba tidak ada yang terbakar. Mungkin karena joran sutetnya itu yang pertama disambar sampai merembet menyambar korban," ujar Karang.

Dari pihak keluarga korban sendiri, diketahui juga sudah mengikhlaskan adanya musibah tersebut. Dari pihak keluarga sementara masih berembug dan berencana segera meminta petunjuk ke gria untuk menentukan rangkaian acara pengabenan korban. "Sementara ini masih dirembugkan. Mungkin malam ini baru ke gria meminta petunjuk upakara dan kapan hari baik," ucap Karang didampingi beberapa kerabat korban. *ode

Komentar