nusabali

52 KK Korban Bencana Kintamani Masih Ngungsi

  • www.nusabali.com-52-kk-korban-bencana-kintamani-masih-ngungsi

Sebagian warga korban bencana banjir-longsor wilayah Kecamatan Kintamani, Bangli, 9-10 Februari 2017, hingga kini masih bertahan di tenda-tenda pengungsian.

Gubernur-Bupati Bangli Bahas Pemulihan Pasca Bencana

BANGLI, NusaBali
Rinciannya, 30 kepala keluarga (KK) korban bencana di Banjar Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kecamatan Kintamani dan 22 KK korban longsor di Banjar Bantas, Desa Songan A.

Data yang diperoleh NusaBali, Jumat (17/2), 30 KK warga korban bencana banjir-longsir di Banjar Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan---yang berada di sebelah barat laut kaki Gunung Agung---bikin tenda pengungsian di Hutan Tanah Negara. Mereka masih bertahan di tenda-tenda pengungsian, karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Selain itu, air dan lumpur masih mengepung rumah-rumah warga koban bencana di Yeh Mampeh.

“Kami sekeluarga terpaksa harus tetap mengungsi di tenda ini,” ungkap salahs atu korban bencana di tenda pengungsian Banjar Yeh Mampeh, I Wayan Merta, 60, saat ditemui NusaBali, Jumat kemarin.

Wayan Merta mengaku belum bisa masuk ke rumahnya, karena masih digenangi banjir dan lumpur. Merta sendiri tidak tahu, sampai kapan harus bertahan di tenda pengungsian, karena cuaca tidak menentu. Lagipula, genangan air dan lumpur di rumahnya cukup parah. “Keadaan rumah saya termasuk yang paling parah tergenang lumpur,” cerita ayah 7 anak ini.

Paparan senada disampaikan I Nengah Bulmi, 55, wearga korban bencana lainnya di Yeh Mampeh. Menurut Nengah Bulmi, dia bersama keluarganya terpaksa harus betah di tenda pengungsian, karena kondisi rumahnya yang masih berlumpur. “Tidak air untuk membersihkan lumpur,” keluh Nengah Bulmi.

Kendati masih bertahan di tenda-tenda pengungsian, anak-anak korban bencana banjir-longsor di Yeh Mampeh sudah bisa kembali ke sekolah. “Namun, anak-anak harus sekolah dengan pakaian dan perlengkapan seadaanya,” cerita Ni Ketut Warni,33, menantu dari Wayan Merta.

Menurut Ketut Warni, peralatan sekolah anaknya, seperti pakaian, sepatu, hingga alat-alat tulis sebelumnya hanyut tersapu banjir bandang, Jumat (10/2) lalu. Warni sendiri memiliki 3 anak, yang 2 orang di antaranya masih duduk di bangku SD. Mereka adalah Ni Putu Sumi Eka Suarti (Kelas VI SDN 4 Batur Selatan) dan I Kadek Redanayasa (Kelas III SDN 4 Batur di Banjar Yeh Mampeh).

Berdasarkan penuturan warga setempat, bencana banjir-longsor di Banjar Yeh Mampeh merupakan yang ketiga kalinya sejak tahun 1972. Dalam bencana banjir tahun 1972, rumah-rumah warga bahkan banyak yang tenggelam sampais etinggi atap. Bencana kedua terjadi tahun 2012. “Saat bencana tahun 1972, puluhan ekor sapi hanyut,” kenang Nengah Bulmi, yang kini kembali jadi korban bencana banjir-longsor.

Sementara, sekitar 22 KK warga korban bencana longsor di Banjar Bantas, Desa Songan A, Kamis (9/2) malam, hingga kini masih bertahan di pengungsian. Mereka diungsikan di Balai Banjar Yeh Panes, Desa Songan B. “Karena siatusinya belum memungkinkan, keluarga kami masih bertahan di pengungsian,” ungkap salah seorang keluarga korban bencana longsor di Banjar Bantas, Desa Songan, Jro Penyarikan Sipi.

Sedangkan pihak BPBD Bangli menyatakan, untuk sementara, warga korban bencana diharapkan tinggal dulu di pengungsian. ”Karena kondisi cuaca masih labil,” ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bangli, I Ketut Agus Sutapa, sembari menyebutkan masalah relokasi warga yang tinggal di zona merah seperti Banjar Bantas, Desa Songan A masih dibahas di Kantor Gubernuran.

Sekadar dicatat, bencana longsor lereng bukit di Banjar bantas, Desa Songan A, 9 Februari 2017 malam pukul 23.30 Wita menelan 7 korban tewas dan 7 korban terluka. Beberapa korban tewas di antaranya berasal dari satu keluarga.

Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika menggelar rapat dengan Bupati Bangli Made Gianyar di Ruang Rapat Kantor Gubernur, Niti Mandala Denpasar, Jumat pagi. Rapat yang dihadiri jajaran instansi terkait kebenca-naan dan perangkat desa yang terkena bencana kemarin untuk membuat rencana dalam rangka pemulihan pasca bencana.

Tiga hari sebelum rapat dengan Bupati Made Gianyar, Gubernur Pastika sempat terjun ke lokasi bencana, Selasa (14/2) lalu. “Setelah tindakan-tindakan tanggap darurat, sekarang kita sampai pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi,” jelas Gubernur Pastika sembari meminta penanganan pasca bencana bisa dilakukan secepatnya, mengingat hingga Jumat kemarin para korban masih berada di pengungsian.

Masalah relokasi warga korban bencana longsor di Bajuar Bantas, Desa Songan A, menjadi salah satu perhatian dalam rapat di Kantor Gubernur kemarin. Terungkap ada 23 rumah yang dihuni 25 KK di Banjar Bantas yang rusak terkena longsor. Dua (2) rumah di antaranya lenyap dihantam kongsor, sedangkan 3 rumah rusak berat. Gubernur Pastika pun meminta agar warga dipindahkan untuk mencegah risiko bencana serupa terulang.

Sedangkan Bupati Bangli, Made Gianyar, mengatakan masa tanggap darurat di sudah berakhir kemarin. Namun, mengingat penanganan pasca bencana yang membutuhkan dana besar, pihaknya meminta agar Pemprov Bali dan pemerintah pusat bisa membantu sesuai kewenangannya. * k17

Komentar