nusabali

Alternatif Sektor Pariwisata, BKSDA Bali Dorong Program Adopsi Penyu

  • www.nusabali.com-alternatif-sektor-pariwisata-bksda-bali-dorong-program-adopsi-penyu

MANGUPURA, NusaBali.com - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Agus Budi Santosa, mengajak berbagai kalangan ikut melestarikan keberadaan penyu dengan melakukan adopsi anak penyu (tukik).

Adopsi dilakukan dengan memberi donasi kepada anak penyu sekaligus diberikan kesempatan melepasliarkan tukik adopsinya secara langsung ke tengah laut. 

Dengan program tersebut, diharapkan masyarakat yang aktif selama ini melestarikan penyu juga mendapat peningkatan kesejahteraan. Pun, pada akhirnya juga membantu upaya bersama dalam melestarikan satwa cantik yang dilindungi negara. 

“Kalau nanti berkenan dari provinsi atau kabupaten, kita bisa bikin program yang namanya adopsi penyu atau tukik. Kita nanti mungkin bayar 1 dollar untuk setiap anak penyu (tukik). Jadi itu nanti bisa meningkatkan ekonomi masyarakat secara langsung,” ujar Agus Budi Santosa, ketika memberikan sambutan pada kegiatan pelepasan penyu hasil sitaan Lanal Denpasar, Sabtu (8/1/2022), di Pantai Kuta. 

Kepala BKSDA Bali mengatakan, sekitar 400.000 telur penyu menetas setiap tahunnya di Bali. Dengan jumlah tersebut, jika selama 5 tahun saja penyu di laut bebas dari penangkapan, diperkirakan jumlah penyu di perairan Bali akan meningkat secara signifikan. 

Dijelaskan, Kelompok Pelestari Penyu (KPP) yang menjadi binaan BKSDA Bali dan telah diikat dengan kerja sama untuk kegiatan konservasi penyu, jumlahnya ada sebanyak 14 kelompok yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Bali. 

Adapaun KPP tersebar di Jembrana 2 lokasi (Perancak dan Pengambengan), Tabanan ada 2 lokasi (Yeh Gangga dan Lalang linggah), Badung ada 3 lokasi (Tanjung Benoa), Denpasar ada 4 lokasi (Pulau Serangan dan Pantai Sindhu), Gianyar ada 1 lokasi (Pantai Saba), Buleleng ada 1 lokasi (Pemuteran), dan Klungkung 1 lokasi (Nusa Penida).

KPP ini memiliki fungsi sebagai penyelamatan penyu yang sedang bertelur, merelokasi sarangnya, dan melepasliarkan anakan atau tukik penyu serta pembesaran tukik untuk sarana upacara adat dan juga sebagai sarana kampanye dan pendidikan.

Jika program adopsi tukik di Bali bisa berjalan sukses, Agus Budi berharap bisa menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lainnya yang juga tengah berjuang dalam konservasi satwa penyu.
 
“Daripada kita terlalu tergantung pada pariwisata yang dua tahun terakhir agak berat, mungkin itu bisa menjadi alternatif yang sangat baik,” kata Agus Budi.

Perlu diketahui, status konservasi menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) untuk jenis penyu sisik dan belimbing sangat terancam punah, sedangkan penyu hijau, penyu lekang, dan penyu tempayan terancam punah. 

Sementara berdasarkan ketentuan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) semua jenis penyu laut telah dimasukan ke dalam appendix I (daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional).

Komentar