nusabali

Putra Pedanda Jelantik Karang Jalani Diksa Pariksa

  • www.nusabali.com-putra-pedanda-jelantik-karang-jalani-diksa-pariksa

AMLAPURA, NusaBali
Ida Wayan Oka Adnyana bersama istri Ida Ayu Ratih Ratnadewi menjalani diksa pariksa di Geria Karang, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Sukra Pon Tambir, Jumat (7/1).

Ida Wayan Oka Adnyana adalah putra almarhum Ida Pedanda Gede Made Jelantik Karang. Diksa pariksa menghadirkan calon guru nabe Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwaja, calon guru waktra Ida Pedanda Gede Wana Yoga, dan calon guru saksi Ida Pedanda Gede Made Jelantik Gotama.

Sebelum diksa pariksa, Ida Wayan Oka Adnyana adalah pamangku di Pura Penataran Agung Desa Adat Nangka Kecamatan Bebandem. “Saya menjalani diksa pariksa dan upacara sulinggih atas amanat almarhum Ida Pedanda Gede Made Jelantik Karang. Beliau mengharapkan agar di Geria Karang terus ada sulinggih,” jelas Ida Wayan Oka Adnyana. Mantan politisi Golkar ini akan memakai siwa krana dan bajra milik almarhum Ida Pedanda Gede Made Jelantik Karang. “Tinggal mengubah ukuran bhawa (mahkota sulinggih) agar pas di kepala saya,” tambah alumnus pasca sarjana Unhi Denpasar 2021 ini.

Ida Wayan Oka Adnyana berencana menggelar dharma wacana saat muput upacara. “Agar umat memahami makna upacara yang digelar,” ungkap ayah dua putri ini. Upacara diksita atau sulinggih pada digelar Purnama Kawulu, Soma Pon Matal, Senin (17/1) nanti. Upacara diksita akan dihadiri Dharma Upapati PHDI Karangasem Ida Pedanda Gede Wayan Buruan dari Geria Buruan, Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat, Ketua PHDI Karangasem Dr Ni Nengah Rustini, Bendesa Madya MDA Karangasem I Ketut Alit Suardana, dan sejumlah sulinggih.

Ketua PHDI Karangasem Dr Ni Nengah Rustini mengingatkan tradisi agar terus ada sulinggih di Geria Karang merupakan pilihan yang tepat. Sehingga umat terus dapat pelayanan. “Tugas sulinggih berat, harus mampu mengendalikan Sadripu (enam musuh dalam diri) terutama kroda,” ungkap Dr Rustini. Sulinggih menjalakankan ngeloka palasraya (muput upacara), penadahan upadesa (memberikan pencerahan kepada umat), dan nyurya sewana (menyucikan diri setiap pagi). Sesuai Sarasamuscaya, sulinggih berpredikat satya wadi yakni selalu menyuarakan kebenaran, satya apta yakni patut dihormati dan diteladani, dan sang patirthan sebagai tempat mendapatkan penyucian. Lontar Ekapratama menyebutkan sulinggih sebagai katrini katon atau wakil Tuhan. Dalam kitab Taiteria Upanisad disebutkan sebagai acharya dewa bhawa atau perwujudan dewa. *k16

Komentar