nusabali

Presiden Jokowi Apresiasi Desain Istana Garuda

Beberapa Kali Acungkan Jempol Saat Nyoman Nuarta Presentasi

  • www.nusabali.com-presiden-jokowi-apresiasi-desain-istana-garuda

JAKARTA, NusaBali
Seniman Nyoman Nuarta, 70, presentasikan desain mutakhir Istana Garuda yang akan dibangun di Ibu Kota Negara baru kawasan Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Presentasi dilakukan Nyoman Nuarta di Istana Merdeka Jakarta, Senin (3/1) lalu. Presiden Jokowi pun mengapresiasi desain Istana Garuda karya Nyoman Nuarta.

Nyoman Nuarta mempresentasikan deasin Istana Garuda, karena karyanya dipilih oleh Presiden Jokowi dalam sayembara yang diselenggarakan Kementerian PUPR, awal 2021 lalu. Saat presentasi di Istana Merdeka Jakarta hari itu, seniman kondang kelahiran Tabanan, 14 November 1951, tersebut hadir bersama tim arsiteknya yang selama ini menjadi tim ahli dalam merancang Istana Garuda.

Sedangkan Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti. Presiden Jokowi sempat berkali-kali memberi acungan jempol terhadap detail desain Istana Garuda, yang mempertimbangkan berbagai segi kebutuhan, tanpa mengabaikan faktor estetik dan fungsinya sebagai gedung kenegaraan.

Ketika Nyoman Nuarta presentasi, Presiden Jokowi juga mengajukan beberapa pertanyaan. Salah satunya, mengenai luasan ruang terbuka hijau berupa botanical garden yang terasa sempit. "Saya katakan, area yang diberikan berangkat dari 32 hektare, tetapi sudah diperluas menjadi 55 hektare. Bapak Presiden bertanya, saya maunya berapa luasnya? Saya katakan harusnya 100 hektare, masa Istana Kepresidenan lebih kecil dari area Garuda Wisnu Kencana?" ujar Nyoman Nuarta dalam releasenya yang diterima NusaBali, Kamis (6/1).

Mendapat jawaban seperti itu, menurut Nyoman Nuarta, Presiden Jokowi spontan meminta Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menambah area Istana Kepresidenan di Ibu Kota Negara baru menjadi 100 hektare. Agar tidak menimbulkan salah persepsi, luasan yang dimaksud adalah area hijau berupa hutan dan botanical garden di kanan dan kiri bangunan Istana Garuda.

Nyoman Nuarta menyebutkan, luas bangunan Istana Garuda dan bangunan pendukung lainnya tetap seperti yang direncanakan, dengan tambahan luas area hijau berupa hutan dan botanical garden. "Dalam hitungan kami, luas area yang terbangun 8 persen. Sedangkan 92 persen lagi adalah ruang terbuka hijau," tandas pematung yang terkenal dengan karya monumental Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bukit Ungasan, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini.

Versi Nyoman Nuarta, prosentase 8 persen bagunan dan 92 persen ruang terbuka hijau itu membuktikan keberadaan Ibu Kota Negara baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur benar-benar bertujuan untuk menghidupkan kawasan lahan yang terbengkalai. Saat ini, kata Nyoman Nuarta, timnya sedang berkoordinasi dengan tim Kementerian PUPR untuk menentukan area yang akan dimanfaatkan sebagai perluasan ruang terbuka hijau di kawasan Ibu Kota Negara baru.

"Tanah-tanah di sekitar itu masih sangat luas. Jadi, masih memungkinkan untuk menjadikannya hutan di dalam kawasan istana," papar seniman yang menempuh pendidikan di Jurusan Seni Patung, Departemen Seni Rupa, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB Bandung 1973-1979 ini.

Nyoman Nuarta menyatakan, Presiden Jokowi sudah memastikan desain Istana Garuda yang dipresentasikannya akan jadi desain terakhir dan siap diwujudkan. "Artinya, desain yang saya presentasikan di hadapan Bapak Presiden sudah tidak bisa lagi diubah. Itu sudah final sebagai desain Istana Kepresidenan," tegas Nyoman Nuarta, yang sebelumnya juga telah melahirkan karya monumental Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya (1996)dan Patung Arjuna Wijaya di Jakarta (1987).

Menurut Nyoman Nuarta, dalam proses perancangannya, basic design Istana Garuda untuk Ibu Kota Negara baru telah mengalami perubahan sampai empat kali. Perubahan itu terjadi secara evolutif untuk menyesuaikan dengan berbagai aturan. Kemudian, mewadahi berbagai kepentingan agar menjadi istana yang otentik dan modern.

Selama ini, baik Istana Negara Jakarta, Istana Merdeka Jakarta, maupun Istana Bogor merupakan bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang diubah fungsinya sebagai istana. Bahkan, ada di antaranya adalah gedung milik pribadi. "Jadi, baru kali ini kita akan memiliki Istana Kepresidenan yang benar-benar dirancang dan dibangun sebagai istana," katanya.

Mengenai berbagai kritik yang menuding Istana Garuda di Ibu Kota Negara baru mengabaikan unsur-unsur ekologis yang lekat dengan Pulau Kalimantan, Nyoman Nuarta menepisnya. Nyoman Nuarta menegaskan, lokasi di mana komplek istana dibangun, berupa area kosong. "Itu bekas hutan industri yang sudah tidak ada pohon besar. Semuanya semak belukar dengan kontur tanah berbukit dan berlembah," jelas Nyoman Nuarta.

Justru dengan pendirian Ibu Kota Negara baru, kata Nyoman Nuarta, kawasan tersebut akan dihutankan kembali. Apalagi, basic design Istana Garuda sudah mempertimbangkan unsur-unsur ekologis yang hemat energi. Bilah-bilah tembaga yang disusun secara vertikal pada bagian luar gedung istana, akan menjadi sun louvre yang menghalangi sinar matahari menerobos langsung ke dalam gedung.

Desain yang dirancang akan menghemat penggunaan energi listrik, terutama untuk menyalakan AC. Manakala AC dimatikan pun ruangan akan tetap terasa sejuk. Sedangkan penggunaan logam seperti tembaga sebagai kulit luar gedung, sepintas memang memberi kesan keras dan kaku. Padahal, tembaga memiliki sifat yang lentur, mudah dibentuk, tidak korosif, serta konduktor yang baik untuk aliran listrik dan petir.

Dari sisi pemeliharaan, kata Nyoman Nuarta, tembaga juga sangat mudah dirawat. Pemanfaatannya sebagai kulit gedung akan diperlakukan sama seperti kulit patung. Perpaduan dengan unsur seperti patina, membuat tembaga mengalami oksidasi dan berubah warna menjadi hijau tosca, sehingga dari sisi perawatan akan sangat mudah dan efisien dalam biaya.

Presiden Jokowi sendiri, kata Nyoman Nuarta, mengharapkan dirinya tetap bersedia membantu pemerintah dalam mewujudkan Istana Kepresidenan di Ibu Kota Negara baru, agar tidak terjadi perubahan pada desain yang telah disetujui. “Padahal, awalnya saya hanya berkewajiban menyelesaikan basic design,” tegas pematung kondang yang sempat terima penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari Peme-rintah RI (2014), penghargaan Sri Padma dari Pemerintah India (2018), penghargaan Chevalier dans l’Ordre des Arts et Lettres dari Pemerintah Prancis (2021), dan penghargaan Habibie Prize (2021) ini.

Keberadaan Istana Kepresidenan di Ibu Kota Negara baru nantinya akan menjadi bangunan ikonis yang mewadahi berbagai kepentingan bangsa. Nyoman Nuarta yang juga sayembara ‘Monumen Proklamator’ (1979) berharap Istana Garuda akan menjadi pendorong bergeraknya sektor bisnis jasa, seperti pariwisata. Lalu, mengerek bidang-bidang jasa semisal perdagangan, perhotelan, dan industri kecil. Dengan begitu, secara serempak akan terjadi pemerataan dalam pembangunan di wilayah Indonesia bagian tengah menuju timur. *k22

Komentar