nusabali

Terdakwa Kasus Penipuan CPNS Dituntut 1,5 Tahun

  • www.nusabali.com-terdakwa-kasus-penipuan-cpns-dituntut-15-tahun

DENPASAR, NusaBali
Terdakwa kasus penipuan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil), Aldio Putra Prawira bernasib mujur dituntut hukuman 1,5 tahun penjara oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam sidang online.

Terdakwa kelahiran Badung, 20 Juli 1991 itu dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana penipuan Pasal 378 KUHP. “Tuntutan sudah dibacakan, JPU menuntut terdakwa dengan 1,5 tahun penjara,” ujar Kasi Penkum Kejati Bali, A Luga Harlianto pada Senin (3/1).

Dalam aksinya, terdakwa mengaku mampu meluluskan saksi korban sebagai CPNS di Kemetrian Keuangan Dirjen Bea dan Cukai melalui jalur khusus. Untuk meyakinkan korban, terdakwa juga mengaku dirinya sebagai pejabat golongan tinggi di Kementerian Keuangan.

Saksi korban menemui terdakwa di rumah dinasnya di Perumahan Graha Permai Indah, Desa Dalung, Kuta Utara, Badung pada Desember 2016. Untuk lulus PNS “jalur khusus” itu syaratnya harus menyertakan jaminan uang sebesar Rp 200 juta. Apabila dalam tenggang waktu enam bulan tidak benar bekerja sebagai PNS, maka uang sepenuhnya dikembalikan. “Saat pertemuan itu, terdakwa menyampaikan bahwa ada penerimaan PNS di Kemetrian Keuangan melalui jalur khusus yang hanya dicari beberapa orang saja,” beber Luga.

Saksi korban kemudian menyiapkan dana awal sebesar Rp30 juta. Dana tersebut ditransfer langsung ke nomor rekening BRI 212201000143567 atas nama Aldio Putra Perwira pada 29 Desember 2016. Uang ditransfer melalui BRI cabang Tabanan.

Pada Januari 2017, saksi korban bertemu dengan terdakwa di rumahnya. Terdakwa menyuruh saksi korban menandatangani surat pernyataan tertanggal 24 Januari 2017 terkait bersedia untuk mengikuti pendidikan PNS. Terdakwa juga meminta menyiapkan dana tahap selanjutnya.

Pada 30 Januari 2017, saksi korban kembali mentransfer uang Rp100 juta. Selanjutnya, pada Februari 2017, saksi korban kembali menemui terdakwa untuk pembayaran tahap ketiga sebesar Rp 70 juta. Pembayaran harus dilakukan karena pendidikan CPNS akan dilakukan pada tanggal 27 Februari-27 Mei 2017.

Beberapa hari kemudian saksi korban menemui terdakwa di Jalan Raya Sesetan, Gang Petani, Denpasar Selatan menyerahkan uang sebesar Rp70 juta secara tunai dan dibuatkan kuitansi. Setelah waktu berlalu, janji sebagai CPNS ternyata tidak terbukti. Terdakwa tidak bisa membuktikan kepada saksi korban bisa meluluskan sebagai CPNS di Kementrian Keuangan Dirjen Bea dan Cukai. “Terdakwa juga tidak mengembalikan uang saksi korban,” pungkas Luga. *rez

Komentar