nusabali

Seniman Bondres 'Gede Roni' Berpulang

Berselang 3 Tahun Setelah Meninggalnya Susik Bondres

  • www.nusabali.com-seniman-bondres-gede-roni-berpulang

SINGARAJA,  NusaBali
Satu lagi seniman bondres legendaris Buleleng berpulang. Berselang 3 tahun setelah meninggalnya Made Ngurah Sadika alias Susik Bondres, kini menyusul Ida Bagus Indra alias Gede Roni, 52, yang berpulang buat selamanya.

Ida Bagus Indra, seniman bondres dengan nama panggung Gede Roni dan gaya bicara khas menirukan orang bibir simbing, menghembuskan napas terakhir di rumahnya kawasan Banjar Dinas Munduk Sari, Desa Pengulon, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Minggu (26/12) pagi pukul 06.30 Wita. Salah satu seniman bondres dari Sekaa Bondres Dwi Mekar Buleleng ini meninggal dunia, setelah selama 6 bulan terakhir berjuang melawan sakit komplikasi.

Gede Roni merupakan salah satu karakter yang melengkapi Bondres Dwi Mekar, Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng. Dua seniornya di Sekaa Bondres Dwi Mekar sudah lebih dulu meninggal dunia, yakni sang maestro bondres I Nyoman Durpa (pendiri Bondres Dwi Mekar yang meninggal 15 November 2016) dan I Made Ngurah Sadika alias Susik (meninggal 15 Me 2018 lalu).

Almarhum Ida Bagus Indra sukses membawakan karakter Gede Roni sebagai pemuda yang gagah, dengan perawakan tinggi dan kekar. Ciri Khas yang juga tak bisa ditinggalkan adalah selalu memakai topi baret di kepalanya. Namun, di balik tampilan fisik karakter Gede Roni yang memukau, akan berubah seketika saat dia mengeluarkan suara.

Biasanya, tokoh Gede Roni akan mulai pentas dengan menyapa penonton lewat salam khas ‘Om Swast Aastu’ dan gaya bicara orang sumbing. Karakter sebagai orang sumbing pun melekat, disesuaikan dengan tapel (topeng) yang dipakai. Dengan tingkah polah menjiwai karakter Gede Roni, seniman bondres kelahiran 9 Januari 1968 ini selalu membuat penonton tertawa terbahak-bahak.

Hingga saat ini, jenazah seniman bondres ini masih disemayamkan di rumah duka kawasan Banjar Munduk Sari, Desa Pengulon, Kecamatan Gerokgak. Jenazah almarhum rencananya akan diupacarai makingsan ring gni di Setra Desa Adat Pengulon pada Soma Paing Merakih, Senin (27/12) ini. Almarhum Ida Bagus Indra berpulang buat selamanya dengan istri tercinta Jero Geria, 43, serta 3 orang anak: Ida Bagus Cakra Bawa, 30, Ida Ayu Putri Indrayani, 20, dan Ida Ayu Bintang Indira Pu-tri, 3.

Saat NusaBali berkunjung ke rumah duka di Banjar Munduk Sari, Desa Pengulon, Minggu siang, sejumlah keluarga dan kerabat seniman bondres yang akrab disapa Ajik Indra ini tampak sudah berkumpul. Sebagian dari mereka sibuk menyiapkan perlengkapan upacara, sebagian lagi menyapa tamiu yang datang melayat.

Istri almarhum Ajik Indra, Joro Geria, menceritakan suaminya memang sudah lama sakit. Sekitar 4 tahun lalu, pemeran Gede Joni dalam panggung bondres ini sempat lumpuh sekujur tubuh karena terserang virus. Beruntung, penyembuhan dan pemulihannya sangat cepat. Ajik Indra dinyatakan sembuh dan bisa beraktivitas normal kembali, setelah 7 bulan penyembuhan.

Namun, 6 bulan lalu, Ajik Indra sempat menjalani operasi di salah satu rumah sakit swasta di Buleleng. Awalnya, seniman bondres ini terus batuk-batuk. Setelah diperiksakan ke dokter spesialis paru-paru, ternyata didiagnosa ada cairan di dalam paru-parunya, sehingga harus dilakukan tindakan operasi.

“Sempat operasi 6 bulan lalu karena paru-paru ada cairan, almarhum sudah membaik. Namun, 3 bulan setelahnya, ada muncul sakit gagal ginjal. Kontrol terakhir 22 Desember 2021 kemarin, sudah dikatakan membaik sama dokter ginjal,” tutur Jero Geria.

Hanya saja, lanjut Jero Geria, almarhum Ajik Indra tiba-tiba mengeluh demam, Sabtu (25/12) malam sekitar pukul 23.45 Wita. Jero Geria pun langsung memberikan obat demam yang diberikan dokter ginjal. Namun, kondisi sang seniman bondres kian memburuk sampai akhirnya meninggal, keeokan paginya.

“Kebetulan, kemarin malam (Sabtu) setelah saya kasi obat, karena saya sedang batuk juga, takut Ajiknya tertular, sehingga kami pisah tidur. Pagi tadi (Minggu, Red) saat saya cek ke kamar, Ajiknya sudah meningga,” keluh ibu tiga anak ini.

Menghadapi kondisi tersebut, Jero Geria pun panik dan segera memanggil mertuanya, Ida Bagus Putra, 75, yang kebetulan masih tinggal satu halaman rumah. Kemudian, jenazah Ajik Indra langsung disemayamkan di rumah duka.

Menurut Jero Geria, sebelum meninggalo mendadak, Ajik Indra tidak menunjukkan hal aneh atau pertanda khusus. Almarhum juga tak ada berpesan apa-apa kepada istri, anak, dan kedua orangtuanya. Keinginan almarhum yang belum tercapai hingga saat ini hanya niatnya tangkil ke Pura Rambut Siwi di Jembrana.

Namun, sehari sebelum meninggal, Ajik Indra sempat meminta cincin bermata hijau lumut yang sedang digunakan ayahnya, Ida Bagus Putra. “Kemarin (Sabtu) sekitar jam 3 sore, saya sama anak duduk di bangunan Sekapat. Sempat ngobrol, tumben almarhum bilang tangannya kosong dan minta cincin mata hijau saya. Dia yang milih. Begitu saya lepas dari tangan saya, langsung dia pakai,” papar Ida Bagus Putra.

Almarhum Ajik Indra sendiri dikenal sebagai seniman bondres yang berproses dari bawah. Sebelum menjadi seniman bondres, Ajik Indra sempat bekerja sebagai staf di Pemerintahan Desa Pengulon. Sekitar tahun 2000-an, Ajik Indra diajak bergabung oleh seniman bondres asal Desa Pengulon, almarhum Selamat. Setelah mengikuti lomba bondres beberapa kali, akhirnya keterampilan Ajik Indra menjadi pelawak dilirik oleh almarhum I Nyoman Durpa, maestro bondres asal Desa Satra, Ke-camatan Kintamani, Bangli yang jadi dedengkot Bondres Dwi Mekar Buleleng.

“Kalau bergabung sama Pak Nyoman Durpa itu sekitar 15 tahunan, saat anak kedua masih TK. Memang dari dulu saat bergabung di Bondres Dwi Mekar sudah dapat karakter itu (Gede Roni, Red),” kenang sang istri, Jero Geria.

Karier Ajik Indra sebagai seniman bondres terus menanjak, berkat bimbingan sang maestro Nyoman Durpa. “Dulu kalau lagi ramai roder, full manggung tiap malam. Kadang sampai tidur di sanggar. Tapi, kalau manggung masih di wilayah Buleleng, biasa pulang dinihari pukul 03.00 atau 04.00 Wita,” ketanya. Namun, kata Jero Geria, almarhum suaminya sudah tidak lagi beraktivitas seni bebondresan sejak pandemi Covid-19, Maret 2020 lalu.

Sementara itu, meninggalnya Ajik Indra secara mendadak kontan mengejutkan teman-temannya. Salah satunya rekan yang dulu pernah diajak satu panggung yakni Ketut Suardana (pemneran Loleng dalam Bondres Susik cs), mengaku terakhir kali bertemu Ajik Indra pada 3 Desember 2021 lalu. Saat itu, dia sengaja menjenguk Ajik Indra usai opname ke rumahnya Desa Pengulon.

Menurut Suardana, saat itu almarhum Ajik Indra nampak senang ketika dihadiahi sebuah topeng baru. “Saya cukup lama mengenal Ajik, dia adalah sosok sederhana, lucu di panggung maupun di belakang panggung. Dia perhatian dan solid dengan teman. Tentu kami merasa sangat kehilangan,” tutur Suardana saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Singaraja, Minggu kemarin. *k23

Komentar