nusabali

Sanggar Sekar Dewata Ajari Difable Menari

  • www.nusabali.com-sanggar-sekar-dewata-ajari-difable-menari

GIANYAR, NusaBali
Sanggar Sekar Dewata di Banjar Serongga Tengah, Desa Serongga, Kecamatan Gianyar, Gianyar, milik Ketut Gede Bendesa,48, mengajari anak-anak berkesenian, khususnya menari Bali. Murid sanggar ini anak-anak normal umumnya dan anak berkebutuhan khusus atau difable, dominan tuli bisu.

Sanggar ini sempat vakum selama pandemi, namun aktif kembali sejak 4 bulan terakhir. Pendiri Sanggar Ketut Gede Bendesa menjelaskan sanggar ini berdiri 11 April 2001. Kegiatan sanggar diisi dengan belajar menari, pesertanya sebagian besar anak-anak. “Kami coba bikin sesuatu yang berbeda. Sanggar pada umumnya kan konsen menari, sedangkan disini kami sisipkan dengan mengadakan kegiatan outbound bahkan ke panti-panti asuhan,” ujarnya Minggu (19/12).

Saat berkunjung ke panti asuhan dan gelar kegiatan outbound, Gede Bendesa mulai bersinggungan dengan kaum difabel. Dia terpanggil untuk dapat mengajar tari anak-anak difabel di panti asuhan. ‘’Akhirnya disetujui oleh pengurus panti dan sejak saat itulah saya mengajar anak-anak difabel untuk menari. Saya buatkan foto-foto gerakannya sehingga anak-anak bisa tampil secara utuh dalam sebuah pementasan,” imbuhnya.

Meskipun sulit, bagi Gede Bendesa, mengajarkan tari untuk anak-anak difabel merupakan kepuasan tersendiri. “Sampai kemudian beberapa even kami gelar agar anak-anak difabel ini bisa tampil. Kemudian setiap ada even kami coba rangkul semua difabel yang punya potensi baik di seni tari, seni rupa dan sebagainya. Tahun 2019, kami gelar di Lapangan Gianyar (kini Alun-alun Gianyar), kemudian pentas-pentas kecil juga sering,” bebernya.

Menurutnya, mengajar anak dengan kondisi normal dan difabel sama-sama sulit, karena mengajarkan tari dari dasar. Namun dia mengaku sudah memiliki strategi tersendiri. Misalnya jika anak tuli maka kuncinya ada pada komunikasi. “Sedangkan kalau ada anak yang menggunakan kursi roda, ya saya harus memodifikasi gerakan. Jadi perlu dilakukan penyesuaian dan terobosan. Tapi syukurnya selama ini proses belajar berjalan dengan baik dan bisa kita lalui dengan baik juga,” ujarnya.

Saat ini, Sanggar Sekar Dewata memiliki puluhan siswa dan 6 siswa difabel. Dalam satu minggu, sanggar ini latihan setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu. Hari Selasa, Kamis dan Sabtu latihan mulai pukul 14.00 Wita hingga 16.30 Wita dan Minggu pukul 08.00 Wita hingga 11.00 Wita. Gede Bendesa pun cukup bangga dengan anak-anak difabel yang ada di sanggarnya karena ada yang bahkan mendapatkan juara hingga tingkat nasional. “Anak-anak difabel yang disini sekitar 6 orang, tentu bagi saya sudah cukup sebagai sebuah proses awal. Karena kita mencoba menggali potensi yang mereka miliki dengan tari sebagai pijakan awal,” tutur Gede Bendesa.

Selama pandemi Covid-19, kegiatan di sanggar itu pun sempat dihentikan sementara. Namun sejak 4 bulan terakhir ini, latihan kembali dilakukan tentunya dengan menerapkan prokes yang ketat.

Sebelum latihan, anak-anak mencuci tangan terlebih dadulu, latihan menari menjaga jarak. ‘’Kami latihannya di ruang terbuka jadi secara tidak langsung prokes itu berjalan dengan sendirinya,” ujarnya. *nvi

Komentar