nusabali

Umat di Karang Agung Bangun Panglukatan 'Manca Tirtha Pamunah Papa'

Berkat Imbas Film Dokumenter 'Pangapti', yang Mengisahkan Perjuangan Transmigrans Asal Bali di Lampung

  • www.nusabali.com-umat-di-karang-agung-bangun-panglukatan-manca-tirtha-pamunah-papa

Nama ‘Manca Tirtha Pamurah Papa’ untuk panglukatan di Pura Ulun Suwi kawasan Desa Karang Agung, Kecamatan Pakuan Ratu, Wai Kanan, Lampung bermakna lima sumber air suci yang diharapkan mampu menghapus dosa atau penuntun agar terhindar dari perbuatan adharma

JAKARTA, NusaBali

Film dokumenter berjudul ‘Pangapti’ (1963) yang sempat viral akhir tahun 2020 lalu, berhasil menarik simpati publik. Muncul gerakan donasi pembangunan panglukatan ‘Manca Tirtha Pamunah Papa’ di areal Pura Ulun Swi, Dusun Karang Sari, Desa Karang Agung, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Panglukatan yang berada di dasar jurang Pura Ulun Swi tersebut telah rampung dibangun.

Produser film dokumenter Pangapti, Andre Nuaba, yang sekaligus penggagas pembangunan panglukatan ‘Manca Tirtha Pamunah Papa’, mengatakan panglukatan di dasar jurang Pura Ulun Suwi tersebut dibangun atas hasil gotong royong publik melalui media sosial. Gotong royong tersebut digerakkan langsung Andre Nuaba bersama Made Astrama, putra Bali perantauan yang merupakan editor film dokumenter Pangapti.

Menjurut Andrea Nuaba, pembangunan panglukatan ‘Manca Tirtha Pamunah Papa’ menghabiskan dana sekitar Rp 78 juta. "Dana tersebut merupakan hasil gotong royong masyarakat dari berbagai provinsi di Indonesia melalui platform sosial media,” jelas Andrea Nuaba kepada NusaBali, Minggu (28/11).

Hanya saja, kata Andre Nuaba, pembangunan panglukatan ‘Manca Tirtha Pamunah Papa’ belum tuntas dilakukan secara total. Masalahnya, tangga menuju dasar jurang Pura Ulun Suwi masih curam. Untuk merapungkan tangga yang lebih nyaman dilalui, membutuhkan biasa tidak sedikit. “Kami akan upayakan membangunnya jika ada dana. Maka, tidak menutup kemungkinan kami akan melakukan penggalangan dana kembali," imbuh Andre Nuaba.

Andrea Nuaba menyebutkan, pembangunan panglukatan ‘Manca Tirtha Pamunah Papa’ di dasar jurang Pura Ulun Suwi yang kini sudah rampung, membutuhkan waktu selama 2 bulan. Pembangunan dilakukan sejak pertengahan Mei 2021 dan selesai pertengahan Juli 2021 lalu.

Panglukatan bagi umat Hindu ini, sesuai rencana, diresmikan oleh Bupati Way Kanan, Raden Adipati Surya, bersama Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama, Tri Handoko Seto. Pertama, dilakukan peresmian secara sekala oleh oleh Bupati Way Kanan dan Dirjen Bimas Hindu, 30 November 2021. Sedangkan upacara keagamaan berupa ritual pamelaspas, kata Andre Nuada, baru akan dilaksanakan pada Saniscara Wage Medangsia, Sabtu, 4 Desember 2021 nanti.

Menurut Andre Nuaba, panglukatan ini diberi nama ‘Manca Tirtha Pamunah Papa’, yang makna dan filosofinya digali dari sejarah berdirinya Pura Ulun Swi di Dusun Karang Sari, Desa Karang Agung, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Manca berarti lima, tirtha berarti air suci, pemunah artinya penghapus, dan papa berarti dosa (kesalahan).

Jadi, pangelukan ‘Manca Tirtha Pamurah Papa’ bermakna lima sumber air suci yang diharapkan mampu menghapus dosa atau penuntun, agar terhindar dari perbuatan adharma. "Ketika lima sumber air suci ini bertemu menjadi satu, akan menjadi simbol kehidupan yang dimanfaatkan umat Hindu sekitar sebagai sumber pengairan pertiwi. Salah satunya, untuk pertanian, sesuai dengan fungsi Pura Ulun Swi," papar Andre Nuaba.

Sementara itu, editor film dokumenter ‘Pangapti’, Made Astrama, menyatakan setelah panglukatan ‘Manca Tirtha Pamurah Papa’ diresmikan dan diupacarai pamelaspas, nantinya bisa digunakan umat Hindu untuk ritual malukat (mandi suci). "Bagi yang ingin melukat bisa minta izin kepada Jro Mangku di Pura Ulun Suwi, untuk tetap menjaga kesucian tempat tersebut," ujar Made Astrama saat dikonfirmasi NusaBali terpisah dari Jakarta, Minggu lalu.

Made Astrama berharap selesainya pembangunan ‘Manca Tirtha Pamurah Papa’ ini bisa menjadi inspirasi anak-anak muda daerah lain dalam melakukan penggalian dana. Astraman pun mengucapkan terimakasih kepada elemen masyarakat yang telah turut mendukung proyek sosio-religius ini. "Semoga ini menjadi salah satu corong inspirasi akan munculnya karya-karya positif lain oleh anak muda di luaran sana," tegas Astrama.

Sekadar dicatat, pembangunan panglukatan ‘Manca Tirtha Pamurah Papa’ di Lampung ini tak terlepas berkat adanya film dokumenter berjudul ‘Pangapti’, garapan Andre Nuaba selaku produser. Film ‘Pangapti’ ini mendokumentasikan potret perjuangan transmigrans Bali di Lampung sejak merantau ke Bumi Ruwa Jurai pasca bencana Gunung Agung meletus tahun 1963. Tujuan film ini agar bisa menjadi advokasi sosial, di mana mereka yang punya kewenangan bisa turut memberi perhatian.

Versi Andre Nuaba, film dokumenter berjudul Pangapti (berarti harapan) ini dibuat mengingat program transmigrasi yang digulirkan pemerintah sejak tahun 1963, menyisakan berbagai cerita pilu dan inspirastif. Tujuan program transmigrasi yang digagas pemerintah pasca kemerdekaan Indonesia adalah untuk pemerataan penduduk dan ekonomi.

“Namun, ternyata ini menyisakan berbagai cerita pilu dan inspiratif. Dan, itu banyak belum diketahui orang. Salah satunya, bagaimana perjuangan transmigrans Bali di pelosok Way Kanan," ungkap Andre Nuaba kepada NusaBali, 22 Oktober 2020 lalu. “Pangapti itu artinya sebuah harapan, yang menceritakan kisah pilu dan beratnya perjuangan para transmigran Bali ketika memulai kehidupan baru," imbuhnya.

Andre Nuaba mengisahkan, transmigrans Bali dulunya berjuang membuka hutan belantara untuk mendirikan kampung baru. Di awal bertani, tanaman mereka belum menghasilkan karena banyaknya hama, tikus, dan gajah. Kondisi semakin parah, karena jaminan hidup yang dijanjikan pemerintah terputus. Maklum, situasi sedang kacau akibat adanya peristiwa G 30 S/PKI 1965, sehingga mereka hanya makan singkong dan daunnya.

Dikisahkan, dulunya transmigrans asal Bali yang mulai membangun Desa Karang Agung, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan sebagian besar berasal dari Kabupaten Badung dan Tabanan. Mereka yang paling awal transmitgrasi di sini adalah keluarga I Nyoman Seneng dan keluarga I Wayan Samo.

Kalau sekarang, transmigrans asal Bali di desa terpencil ini berasal dari berbagai kabupaten/kota se-Bali. Sampai saat ini, kata Andre Nuaba, transmigrans asal Bali di Desa Karang Agung, Kecamatan Pakuan Ratu berjumlah 100 Kepala Keluarga (KK). *k22

Komentar