nusabali

Bocah Tewas Tertimpa Pelepah Pohon Kelapa

  • www.nusabali.com-bocah-tewas-tertimpa-pelepah-pohon-kelapa

Bocah umur 2 tahun tertimpa pelepah pohon kelapa tepat di kepala saat bermain bersama adiknya, usia 10 bulan, di halaman rumah.

AMLAPURA, NusaBali

Ni Putu Meisha Diantari, 2, dari Banjar Tiyingan Kangin, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem, meninggal akibat tertimpa pelepah pohon kelapa kering, Senin (30/1) sekitar pukul 15.00 Wita. Korban meninggal, Jumat (3/2) sekitar pukul 02.00 Wita, di RSUP Sanglah Denpasar. Rencananya, jenazah bocah kelahiran 9 Mei 2015 itu dikubur pada Redite Umanis Ukir, Minggu (5/2), di Setra Desa Pakraman Bebandem.

Ayah dan ibu korban, I Komang Tengah Darmika, 27, dan Ni Luh Ade Dwi Astina, 20, ketika ditemui di rumah duka di Banjar Tiyingan Kangin, Desa/Kecamatan Bebandem, Sabtu (4/2), menyatakan, pada Senin (30/1) sore itu korban bermain-main dengan adiknya I Kadek Agus Dwi Adnyana, 10 bulan, di halaman rumahnya. Cuaca saat itu memang sedang angin kencang. Korban yang bermain di halaman, hilir mudik sambil menggodai adiknya. Saat melintas di sudut rumahnya, di bagian barat, mendadak satu pelepah pohon kelapa yang sudah kering jatuh menimpa korban tepat di bagian kepalanya. Korban terkapar tak sadarkan diri.

Korban langsung dibawa oleh ayahnya, I Komang Tengah Darmika, ke RSUD Karangasem. Darmika yang menggendong korban, dibonceng oleh kakaknya, I Made Wartana. Di RSUD Karangasem korban Diantari hanya mendapatkan penanganan luar, kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar sekitar pukul 18.30 Wita.

Di RSUP Sanglah, Darmika mendaftar sebagai pasien umum. Karenanya, petugas menyarankan agar terlebih dahulu memenuhi syarat administrasi. Setelah mengurus ke dokter ahli bedah, ahli saraf, dan syarat administrasi lainnya hingga tuntas, korban Diantari menjalani CT Scan, Senin (30/1) malam. Hasil CT Scan yang diperlihatkan mengungkap, bagian tempurung kepala korban Diantari di bagian atas selain bocor dan remuk, tulang tengkorak terbelah dari atas hingga mata kiri, dan terjadi gumpalan darah di otak.

Selama semalam Senin (30/1), Darmika menunggu jadwal operasi, ternyata dapat pemberitahuan ruang operasi penuh. Akhirnya Rabu (1/2) sekitar pukul 00.00 Wita, dapat pemberitahuan operasi tertunda.

Korban batal dioperasi. Pada Jumat (3/2) sekitar pukul 01.00 Wita, korban Diantari kondisinya semakin kritis, dan meninggal sekitar pukul 02.00 Wita. “Saya merelakan putri saya meninggal. Tetapi hati saya masih sedih,” ucap Darmika. Menyusul meninggalnya Diantari, Darmika mengaku trauma jika di dekat pohon kelapa. Di kediamannya tumbuh lima pohon kelapa tinggi-tinggi.

Ibu korban, Ni Luh Ade Dwi Astina, menuturkan, dia tidak punya firasat apapun sebelum musibah tersebut terjadi. Tetapi sebelum peristiwa naas itu, korban sempat diajak ke rumah neneknya Ni Wayan Wati, 65. Selama di rumah neneknya itu, korban Diantari terus menerus memanggil bapaknya. “Saya merasa, kok aneh, anak ini terus menerus memanggil bapaknya,” kata Astina.

Perbekel Bebandem I Gede Partadana saat melayat ke rumah duka, juga mencari data orangtua korban, untuk diajukan usulan agar dapat bantuan dari pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa mendukung usulan itu. “Lengkapi dulu persyaratannya, nanti kami ajukan ke BPBD Provinsi Bali, agar dapat santunan,” ujar IB Arimbawa. * k16

Komentar