nusabali

Berharap PPKM Level 3 Tak Berlaku di Bali

  • www.nusabali.com-berharap-ppkm-level-3-tak-berlaku-di-bali

Pelaku pariwisata minta cukup pengetatan prokes dan penerapan aplikasi Pedulilindungi

DENPASAR,NusaBali

Rencana pemerintah  menerapkan PPKM Level 3   untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 pada liburan Nataru direspon kalangan industri pariwisata dan industri  terkait di Bali. Para pelaku pariwisata berharap kebijakan Pemerintah tersebut tak berlaku di Bali.

Hal ini mengingat Bali saat ini pertumbuhan ekonominya paling rendah dibanding 34 provinsi lainnya di Indonesia. “Kalau diabaikan rontok ekonomi kita,” Ketua Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali (AMPB) I Gusti Kade Sutawa, Kamis (18/11).

Hal itu karena sudah 2 tahun sejak pandemi, masyarakat Bali nyaris tidak pendapatan. Makanya IGK Sutawa berharap   PPKM Level 3 tidak diterapkan di Bali.

Tidak hanya berharap, IGK Sutawa mengatakan kondisi Covid-19 di Bali  yang  melandai sebagai acuan. Angka  kasus positif kecil,  prosentase masyarakat yang sudah tervaksin dosis I dan II tinggi. Dan kedisplinan masyarakat sendiri dalam menerapkan prokes.

Masyarakat belakangan  sudah kembali ada sedikit gairah. “Wisatawan sudah datang wisdom, walau wisman belum,” ujarnya.  Nah kalau kemudian PPKM (Level 3) diterapkan tentu akan menyebabkan kekecewaan. “Ingat sudah dua tahun kita tidak ada income,” tegas tokoh pariwisata asal Kabupaten Jembrana.

Terpisah Ketua Dewan Pimpinan Daerah  Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (DPD APRINDO) Bali Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra atau Gung Agra  menyatakan hal senada. “Apakah itu benar (PPKM Level 3),” ucapnya retorik. Namun sambung dia, apapun itu  rencana  PPKM tersebut sudah berdampak. “Saya dengar sudah banyak (wisdom) yang cancel ke Bali,” ujarnya.

Padahal  liburan Nataru merupakan  momentum untuk bisa menggerakkan perekonomian Bali yang terpuruk. Karena pada Nataru salah satu momen meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bali.Walaupun saat ini  baru wisatawan domestik.

 “Triwulan  empat ini sebenarnya  ada harapan untuk bisa menggerakkan, walaupun kondisinya masih  jauh dari kondisi normal sebagaimana sebelum pandemi,” ucapnya.

Gung Agra mengiyakan  pelonggaran dan open border (14 Oktober lalu) secara kasat mata di lapangan sudah menunjukkan geliat atau pergerakan termasuk ke ritel. Masyarakat sudah menunjukkan  antusiasiasme.  Namun daya beli masih rendah karena  pendapatan yang minim.

Tegas Gung  Agra penanganan  kesehatan dan ekonomi  harus sama-sama jalan.  Kenyataan pertumbuhan ekonomi Bali  minus. “Bali merupakan provinsi dengan pertumbuhan paling  rendah dari 34 provinsi di Indonesia,” kata Gung Agra merujuk pertumbuhan ekonomi Bali yang pada triwulan III 2021 tumbuh minus -2 persen dan pertumbuhan negatif triwulan sebelumnya.

Karena itu kata  Gung Agra, jangan ada PPKM khususnya ke Bali, sehingga ekonomi Bali bisa menggeliat. “Cukup dengan penerapan prokes. Namun prokes yang ketat. Apalagi sudah ada aplikasi PeduliLindungi,” ujarnya.

Wakil Ketua Bidang Promosi PHRI Bali  Ismoyo S Soemarlan mengutarakan hal sama. “Bukan masalah setuju tidak setuju,” ujarnya dihubungi terpisah.

Dikatakan Ismoyo, kalau memang PPKM nanti diterapkan, pariwisata Bali sudah ada pergerakan akan terdampak. Salah satunya  okupansi pasti akan turun.  Padahal saat ini okupansi sudah membaik, jadi dua digit. Ada yang sampai 60 persen okupansinya.  Jika PPKM diberlakukan, tingkat hunian  diyakini akan anjlok.“Karenanya kalau boleh jangan ada PPKM. Cukup dengan prokes yang benar- benar ketat di semua lini,” ujar Ismoyo.

Sebagaimana diberitakan Pemerintah akan menerapkan PPKM Level 3  akhir tahun 2021 untuk seluruh wilayah RI untuk mencegah ledakan pada kasus Covid-19 pada saat libur Nataru. Hal sebagaimana disampaikan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan(Menko PMK) Muhadjir Effendi. *K17

Komentar