nusabali

Masuki Musim Penghujan, Nelayan Waspada Cuaca Buruk

  • www.nusabali.com-masuki-musim-penghujan-nelayan-waspada-cuaca-buruk

DENPASAR, NusaBali.com - Memasuki musim penghujan nelayan di Denpasar menyikapi dengan berhati-hati untuk pergi melaut. Munculnya awan hitam tebal dikhawatirkan turun menjadi hujan deras yang dapat mengurangi jarak pandang nelayan ketika melaut.

Turunnya hujan biasanya juga disertai dengan angin kencang yang dapat membuat perahu nelayan digoyang ombak.

Karena itu dengan seringnya terjadi hujan seperti belakangan ini, nelayan di Denpasar lebih banyak urungkan niatnya melaut daripada mengambil risiko disapu gelombang.

Seperti yang dilakukan oleh seorang nelayan di Pulau Serangan, I Made Kariaka. Ia menuturkan, lebih memilih menunggu hari berikutnya yang cuacanya lebih memungkinkan untuk melaut .

“Hujan belakangan  ini berpengaruh, tidak berani berangkat, takut puting beliung. Kalau cuaca bagus baru saya berangkat (melaut),” ujar  I Made Kariaka, Rabu (17/11/2021).

Kariaka yang juga Ketua Kelompok Nelayan Madu Segara mengatakan jika cuaca tiba-tiba mendung tebal di tengah laut, ia biasanya memutuskan untuk kembali ke daratan daripada memaksakan diri melaut. Puting beliung atau waterspout yang biasa muncul di bawah awan tebal (cumolonimbus) dikatakannya harus diwaspadai karena biasa muncul di musim peralihan seperti saat ini.

“Kalau cuaca sedang hujan, tidak kelihatan apa, gelombangnyanya juga tinggi, “ sambung Kariaka sembari menyebut saat ini musim ikan dasaran seperti ikan nyom-nyom atau ikan jangki.

Senada, nelayan di kawasan Pantai Sanur, I Ketut Sukarja, juga mengakui cuaca hujan belakangan ini harus diwaspadai agar tidak celaka di tengah laut. Ia harus mengurungkan niatnya mendapatkan ikan di laut jika cuaca tidak dapat ditoleransi sama sekali.  “Kalau hujan pasti ada angin (kencangnya), jarak pandang juga menjadi berkurang,” kata Sukarja.

Namun, Sukarja mengatakan jika ikan di laut sedang banyak-banyaknya maka ia akan berusaha tetap melaut meski cuaca sedang tidak mendukung. Seperti Kariaka, Sukarja mengatakan saat ini sedang  musim ikan dasaran di tengah laut. Tidak ingin melewatkan begitu saja peluang mendapat ikan,  Sukarja bersama teman-teman nelayannya rela menunggu cuaca lebih bersahabat hingga sore hari.

“Jika paginya hujan, ditunggu sorenya (reda), baru kita berangkat,” ujar Ketua Kelompok Nelayan Mina Sari Asih, Sanur tersebut.

Sementara itu, pihak Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengimbau para nelayan untuk mewaspadai tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di sekitar Samudra Hindia Selatan Bali.

“Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat di wilayah Bali bagian barat, tengah, utara, dan timur, serta potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter di Samudra Hindia Selatan Bali,” ujar Prakirawan Cuaca BBMKG  Wilayah III Denpasar, Diana Hikmah.

Dikatakan, terdapat labilitas lokal kuat di wilayah Bali. Kondisi ini mendukung proses pembentukan awan hujan yang dapat disertai kilat atau petir.  Selain itu Diana juga mengimbau nelayan ataupun masyarakat umum untuk mewaspadai awan tebal cumolonimbus. Disebutnya  awan jenis ini dapat mengakibatkan fenomena puting beliung atau waterspout.

Puting beliung dianggap sebagai salah satu jenis angin yang berbahaya karena dapat menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Hal ini dikarenakan benda-benda yang terbawa oleh angin puting beliung dapat terangkat dan terlempar begitu saja. “Jadi jika kita melihat awan cumolonimbus yang cukup gelap sebaiknya kita menghindari atau menjauhi,” sebut Diana.  *adi

Komentar