nusabali

GUPBI Tawarkan Mapatung Massal

Dukung Penyerapan Babi untuk Hari Raya Galungan

  • www.nusabali.com-gupbi-tawarkan-mapatung-massal

Sementara ini baru Pemkot Denpasar dan Pemkab Jembrana yang menyatakan siap gelar mapatung massal.

DENPASAR, NusaBali

Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali menawarkan konsep kegiatan mapatung massal kepada pemkab/pemkot se–Bali. Tujuannya membantu penyerapan babi peternak terkait Hari Raya Galungan. Dengan cara itu, warga mendapatkan harga daging yang murah, baik untuk kepentingan mebat (konsumsi) maupun untuk bahan upakara.

Untuk tujuan tersebut GUPBI Bali melakukan audiensi dengan bupati/walikota di Bali. Untuk sementara baru Pemkot Denpasar dan  Pemkab Jembrana yang siap melaksanakan mapatung massal.

Di Kota Denpasar kesiapan melaksanakan mapatung massal tersebut ditunjukkan terbitnya Surat No 524/1977/Distan tertanggal 25 Oktober 2021, yang ditandatangani Sekretaris  Daerah Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, perihal Mapatung Daging Babi. Dalam surat tersebut diimbau kepada pimpinan OPD/perusahan daerah dapat membeli babi/karkas babi dan atau daging babi. Tujuannya membantu penyerapan ternak babi lokal di Kota Denpasar. Nantinya akan dikoordinasikan dengan GUPBI Kota Denpasar.

“Sedang di Jembrana masih menunggu proses, karena kami baru kemarin (Rabu, 3/11) audiensi dengan Pak Bupati (Bupati I Nengah Tamba),” ujar Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa, Kamis (4/11).

Untuk pemkab lain, kata Hary Suyasa, GUPBI masih melakukan penjajakan. Pada prinsipnya semua pemkab/pemkot se-Bali rencananya didatangi untuk audiensi guna menawarkan konsep mapatung massal tersebut. Namun mengingat waktu mepet belum semua pemkab didatangi.

“Karena itu kan juga berkaitan dengan kesiapan pemkab menerima GUPBI,”  ujar pria asal Banjar Batanbuah, Desa/Kecamatan Abiansemal, Badung, ini.

Hary Suyasa menepis ada motif bisnis di balik penawaran mapatung massal dari GUPBI tersebut. Tujuan GUPBI membantu menjembatani peternak agar babi mereka terserap lebih banyak pada situasi perekonomian yang masih sulit akibat pandemi Covid-19. Sementara masyarakat bisa memperoleh daging babi dengan harga yang relatif murah dibanding harga di pasar.

Untuk memperjelas, Hary Suyasa mencontohkan mapatung massal yang rencananya akan dilaksanakan Pemkab Jembrana. ”Babi yang dipotong tidak boleh dari luar Jembrana. Namun berasal dari peternak Jembrana sendiri,” tegasnya.

Kecuali misalnya kalau memang tidak ada atau habis, baru mengambil babi dari luar daerah. “Namun kecil kemungkinan sampai habis sehingga  mengambil dari luar,” tandas Hary Suyasa.

Berapa persis populasi babi saat ini, Hary Suyasa mengaku belum ada pendataan. Namun dia perkirakan populasi babi di seluruh Bali sekitar  400 ribu ekor. Dari jumlah tersebut 70 persen siap untuk dipotong.

Stok babi tersebut, kata Hary Suyasa, cukup untuk memenuhi kebutuhan daging babi untuk Galungan. “Baik untuk keperluan mebat (memasak) maupun  untuk keperluan banten (upacara).”

Harga pokok produksi (HPP) babi saat ini, menurut Hary Suyasa, sekitar Rp 40.000 per kilogram. Sedang harga daging babi di pasaran antara Rp 90.000 – Rp 110.000 per kg. Melalui mapatung massal, harga babi dari peternak bisa dibeli dengan harga antara Rp 43.000 sampai Rp 45.000 per kg, sudah di atas HPP. Sedang untuk mepatung massal harga jual ditetapkan Rp 65.000 per kg atau Rp 200.000 per 3 kg.

Sebelumnya Kabid Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Anak Agung Istri Inten Wiradewi, mengatakan belum bisa menyebutkan berapa populasi babi di Bali saat ini. “Untuk data belum bisa kita sampaikan, karena belum ada pendataan,” ujarnya, Rabu (3/11). Walau demikian dia yakin stok babi untuk kebutuhan konsumsi dan upacara Hari Raya Galungan dan Kuningan mencukupi. *k17

Komentar