nusabali

Tol Gilimanuk - Mengwi Terabas 480,54 Ha Lahan Pertanian, Kemandirian Pangan Dikhawatirkan

  • www.nusabali.com-tol-gilimanuk-mengwi-terabas-48054-ha-lahan-pertanian-kemandirian-pangan-dikhawatirkan

DENPASAR, NusaBali.com – Mega proyek jalan tol Gilimanuk- Mengwi dikhawatirkan mempengaruhi kemandirian pangan Bali karena harus mengorbankan lahan pertanian aktif seluas 480,54 hektare.

Besaran luas sawah di Bali yang pada 2014 masih 80.000 hektare, disebut mengalami penyusutan rata-rata 2.288 hektare per tahunnya. Jika hal tersebut terus terjadi, maka keberadaan subak di Bali pada tahun 2030 diperkirakan akan punah.  “Saat ini saja, Bali sudah minus beras 100.000 kg per tahun,” jelas Prof I Wayan Windia, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Peringatan Wayan Windia ini diungkapkan saat menjadi pembicara dalam Diskusi Publik di Sekretariat Walhi Bali Jalan Dewi Madri IV Nomor 2 Denpasar Timur, Minggu (31/10/2021).

Lebih lanjut, Windia menjelaskan keberadaan subak di Bali memegang peranan yang penting dalam menjaga kelestarian adat serta budaya masyarakatnya, karena bukan hanya sebagai sistem irigasi yang mengairi sumber bahan makanan pokok masyarakat dalam hal ini beras, tapi juga untuk melestarikan nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya, karena pada subak tersebut erat kaitannya dengan ritual-ritual keagamaan.

Windia juga turut mengatakan bahwa dampak dari pengerjaan mega proyek tol Gilimanuk-Mengwi ini juga dikhawatirkan membuat jumlah keberadaan sawah dan subak menjadi berkurang, hal tersebut tentunya sangat berdampak terhadap hilangnya sumber pangan di Bali. “Kalau nanti sawah habis, subak habis, maka kebudayaan di Bali akan perlahan memudar,” tegasnya.

Kemudian Bimo Pratama yang merupakan perwakilan dari Lingkar Studi Tumbuh (LST) Singaraja yang juga mengikuti diskusi, mengungkapkan bahwa total luas lahan pertanian yang diterabas jalan tol Gilimanuk-Mengwi adalah 480.54 hektare.

“Dari hasil turun ke lapangan pada bulan Juli – Agustus 2021 guna mengetahui luas lahan yang dikorbankan untuk jalan tol Gilimanuk-Mengwi, akhirnya kami temukan di Kabupaten Jembrana terdapat 253.52 hektare, di Kabupaten Tabanan terdapat 212.89 hektare dan di Kabupaten Badung terdapat 14.13 hektare,” jelasnya.

Dirinya juga mengatakan bahwa berdasarkan data yang diperoleh dari hasil turun ke lapangan tersebut, di sepanjang mega proyek tol Gilimanuk-Mengwi, turut mengorbankan sejumlah subak. Adapun rinciannya yakni di daerah Kabupaten Jembrana sebanyak 34 subak, di daerah Kabupaten Tabanan sebanyak 54 subak dan di daerah Kabupaten Badung sebanyak 9 subak. “Sehingga Total ada 97 Subak yang teridentifikasi diterabas oleh mega proyek tol Gilimanuk-Mengwi,” ungkap Bimo.

Sementara itu Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Bali Made Krisna Dinata menegaskan bahwa rencana proyek pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi yang disebutkan pada Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)   rencana pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi menerabas sawah dengan intensitas sedang hingga tinggi seluas 188,31 hektare. Namun faktanya berdasarkan hasil survei yang dilakukan tim survei Walhi Bali, ternyata luasnya lahan yang diterabas adalah sekitar 480,54 hektare.

Atas temuan yang lebih banyak dari KA-ANDAL tersebut, keaslian data yang disajikan dalam KA-ANDAL tersebut diragukan. “Kami mempertanyakan keaslian data pemrakarasa yang digandeng oleh Pemprov Bali,” kata aktivis lingkungan yang akrab disapa Bokis itu.

Lebih lanjut Bokis pun menyatakan bahwa adanya diskusi terbuka tersebut, yakni sebagai bentuk kepedulian terhadap lahan pertanian, para petani yang bersangkutan, dan keberadaan nilai-nilai budaya yang luhur yang terkandung di dalamnya.

Selain mengadakan diskusi, acara tersebut juga diisi oleh pameran karya oleh Dis-Print Kultur, Propagila Alas Kaki, Bagi Berkan, Roughlines, Dodox Mads, Dxgo, dan Nano Jr. Selain itu, ada juga live mural dari Bagi Berkah, Daffa X Dekwan, Dxgo serta penampilan akustik dari Roots Fantasy dan Minionz Hell sebagai penutup acara. *rma

Komentar