nusabali

Suhu Panas Akibat Posisi Semu Matahari

Lima Hari Terakhir Kisaran 30 Hingga 34 Derajat Celcius

  • www.nusabali.com-suhu-panas-akibat-posisi-semu-matahari

Suhu panas di Bali biasa terjadi setiap tahun, yakni pada Oktober, karena posisi semu matahari berada di belahan bumi selatan.

MANGUPURA, NusaBali

Beberapa hari terakhir masyarakat Bali pada umumnya merasakan suhu udara panas. Hal ini diakibatkan posisi semu matahari yang berada di belahan bumi selatan (BBS). Dalam catatan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, suhu rata-rata berada di kisaran 30 hingga 34 derajat celsius dalam liha hari belakangan ini.

Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Dwi Hartanto, mengatakan suhu panas ini biasa terjadi setiap tahun. Biasanya, kata dia, pada Oktober posisi semu matahari berada di BBS. Kondisi ini mengakibatkan daerah yang terletak di sebelah selatan ekuator akan mendapatkan intensitas penyinaran matahari yang tinggi dan akibatnya suhu udara meningkat. “Jadi masyarakat merasakan suhu udara yang lebih panas dan gerah pada siang hari,” kata Dwi Hartanto, Minggu (24/10).

Lebih lanjut Dwi Hartanto menjelaskan, suasana gerah secara meteorologis disebabkan suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi. Kelembapan udara yang tinggi menyebabkan jumlah uap air yang terkandung pada udara semakin banyak. Nah, semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut, dan apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung, suasana akan lebih terasa gerah. Berdasarkan data suhu udara maksimum umumnya terjadi pada siang hari di Pulau Dewata dalam beberapa hari terakhir, berada dalam kisaran 30 hingga 34 derajat celsius.

Masih menurut Dwi Hartanto, wilayah perkotaan terutama di kota besar umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas dibandingkan bukan wilayah perkotaan. Sementara itu, catatan kelembapan udara menunjukkan sebagian besar wilayah Bali berada pada kisaran 58 persen hingga 94 persen dan termasuk berkelembapan tinggi. Meski demikian, dia mengatakan kalau fenomena udara gerah sebenarnya adalah fenomena biasa.

Berdasarkan historis data pada periode Oktober-November, suhu udara maksimum rata-rata di Bali umumnya berada pada rentang 31 hingga 33 derajat celsius. “Udara panas gerah juga lebih terasa bila menjelang hujan, karena udara lembap melepas energi panas yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari,” kata Dwi Hartanto.

Untuk itu, Dwi Hartanto mengimbau masyarakat agar tidak panik dengan suasana gerah yang terjadi, tetapi tetap perlu menjaga kesehatan dan stamina, sehingga tidak terjadi dehidrasi dan iritasi kulit. Banyak konsumsi air segar dan makan buah sangat dianjurkan termasuk memakai tabir surya, sehingga tidak terpapar langsung sinar matahari yang berlebih. “Karena merupakan fenomena biasa, maka diharapkan masyarakat tidak cemas dan selalu memperhatikan imbauan dari BBMKG,” imbaunya. *dar

Komentar