nusabali

Merasakan Cuaca Panas Belakangan Ini? Begini Penjelasannya

  • www.nusabali.com-merasakan-cuaca-panas-belakangan-ini-begini-penjelasannya

MANGUPURA, NusaBali.com - Kita mungkin merasakan udara yang bikin gerah belakangan ini. Menjelang akhir tahun biasanya memang terjadi perubahan cuaca setelah sekitar bulan Juni hingga September kita merasakan hawa yang lebih sejuk.

Prakirawan cuaca Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Luh Eka Arisanti, ditemui Sabtu (23/10/2021), mengatakan suasana gerah secara meteorologis disebabkan suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi.

“Pada bulan Oktober, posisi semu tahunan matahari berada di belahan bumi selatan, akibatnya daerah yang terletak di sebelah selatan ekuator akan mendapatkan intensitas penyinaran matahari yang tinggi dan akibatnya suhu udara meningkat,” terang Eka Arisanti.

Bali sendiri, ujar Arisanti, terletak di sebelah selatan ekuator sehingga saat ini mendapatkan intensitas penyinaran matahari yang tinggi.  

“Semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut. Dan apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung suasana akan terasa makin gerah,” kata Arisanti. 

Arisanti menjelaskan bahwa fenomena udara gerah sebenarnya adalah fenomena biasa. Berdasarkan historis data pada periode Oktober-November, suhu udara maksimum rata-rata di Bali umumnya berada pada rentang 31-33 derajat celsius. 

Dikatakannya, cuaca panas akan seiring berkurang sekitar bulan November-Desember, di mana Bali akan mulai memasuki musim penghujan yang otomatis akan mengurangi suhu udara. 

Sementara itu, berdasarkan data suhu udara maksimum (umumnya terjadi pada siang atau tengah hari) di Bali dalam lima hari terakhir ini berada dalam kisaran 30-34 derajat celsius. Wilayah perkotaan terutama di kota besar umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas dibandingkan bukan wilayah perkotaan.

Di sisi lain, catatan kelembapan udara menunjukkan sebagian besar wilayah Bali berada pada kisaran 58-94 persen yang termasuk berkelembapan tinggi.

Masyarakat pun diimbau agar tidak panik dengan suasana gerah yang terjadi, tetapi tetap perlu menjaga kesehatan dan stamina sehingga tidak terjadi dehidrasi dan iritasi kulit. 

Banyak minum air dan makan buah segar sangat dianjurkan, termasuk memakai tabir surya sehingga tidak terpapar langsung sinar matahari yang berlebih. 

“Terus ikuti pembaharuan informasi BMKG terkait perkembangan musim, informasi prediksi cuaca dan iklim, indeks kualitas udara dan kadar sinar ultraviolet matahari yang baik dan merusak bagi tubu kita,” tandas Arisanti. 

Disinggung mengenai adanya kebakaran hutan yang terjadi kemarin malam di kawasan lereng Gunung Batur, Bangli, Arisanti membenarkan suhu yang panas menjadi salah satu penyebab terjadinya kebakaran di wilayah pegunungan. 

Namun ia menyebut  ada indikator lainnya yang juga berperan mengakibatkan kebakaran. “Kalau di daerah pegunungan kadang tidak mendapatkan hujan dengan maksimal. Ada gesekan ranting, sudah suhunya panas, apalagi hujannya tidak turun-turun menyebabkan rawan kebakaran,” terangnya.

Ia pun mengatakan jika wilayah Gunung Batur, Bukit Abang, dan Gunung Agung sebagai wilayah pegunungan yang paling rawan terjadi kebakaran di Bali. *adi

Komentar