nusabali

Pelukis Disabilitas Asal Buleleng Ikuti Pameran Internasional

  • www.nusabali.com-pelukis-disabilitas-asal-buleleng-ikuti-pameran-internasional

SINGARAJA, NusaBali
Kadek Windari, 30, pelukis disabilitas asal Banjar Dinas Yeh Anakan, Desa Banjar Asem, Kecamatan Seririt, Buleleng, kembali mengikuti pameran internasional.

Dalam pameran  Jogja International Disability Biennale 2021 bertajuk Rima Rupa, Windari mengirimkan dua karya terbaiknya. Penderita Muscular Dystrophy ini saat dihubungi Minggu (17/10) kemarin menceritakan, pameran yang digelar Jogja Disability Arts bersama Galeri RJ Katamsi Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu akan dibuka hari ini Senin (18/10). Dua karya Windari yang sudah dikirimkan ke Yogyakarta berjudul Tari Oleg Tamulilingan dan Burung Merak.

“Ini adalah kali ketiga saya ikut pameran lukisan Jogja International Disability Biennale, yang mewadahi karya-karya penyandang disabilitas seperti saya. Pesertanya banyak ada yang dari Australia, Brasil, Colombia, Afrika, New Zealand dan beberapa negara di Asia,” ucapnya melalui sambungan telepon.

Dia pun memilih dua tema lukisan Tari Oleg Tamulilingan dan Burung Merak karena keduanya melambangkan keindahan. Lukisan Tari Oleg Tamulilingan merupakan simbol keharmonisan paduan feminin dan maskulin. Sedangkan Burung Merak merupakan simbol keindahan dan keberuntungan.

Meski dengan keterbatasannya Windari menyiapkan dua lukisan berkuran 50x70 sentimeter ini hanya dalam waktu 20 hari. Dia pun mengaku sangat termotivasi mengikuti event tersebut karena kembali dihubungi panitia untuk ketiga kalinya. “Merasa beruntung bisa lolos dan berpartisipasi dalam pameran. Selain juga catatan yang baik dalam perjalanan karir aku Bali Winda Art Collections. Dan aku juga senang bisa membawa nama Bali dalam event internasional,” imbuhnya.

Dua karya lukisannya yang indah, dia bandrol dengan harga Rp 4 juta. Windari pun memiliki kebiasaan menyisihkan 10 persen hasil penjualan lukisannya jika semuanya laku terjual. “Kalau laku semua aku bisa berbagi kembali,” harap dia. Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan almarhum Ketut Punia dan Komang Warsiki  mulai menekuni seni lukis sejak enam tahun terakhir. Ratusan karya yang sudah ditelurkan, sudah merambah Bali, Indonesia bahkan sejumlah negara belahan dunia. Aktivitas melukis diatas kanvas kini dilakoni Windari sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sementara itu pameran internasional tersebut selain digelar tatap muka dengan reservasi mulai 18-30 Oktober mendatang, juga disiarkan langsung melalui kanal youtobe Jogja Disability Arts.*k23

Komentar