nusabali

Sapi Bali, Sapi Unik Dunia

  • www.nusabali.com-sapi-bali-sapi-unik-dunia

Jika ditelusuri, makin banyak bisa ditemui keunikan Bali, yang biasanya muncul dari kehidupan adat, seni dan budaya.

Keunikan-keunikan itu seperti tak habis-habis. Jika ada peneliti yang terus menerus menelusurinya, kelak ia akan kian semangat walau merasa sangat capek. Ia pun akan menulis laporan: keunikan itu masih banyak tak terkira.

Adakah keunikan Bali selain seni budaya? Pertanian misalnya? Pasti orang-orang serentak menyebut subak itu unik. Selain subak ada lagi? Ada. Apa? Sapi bali (Bos sundaicus) itu ruminansia unik, bukan hanya cuma di Asia dan Indonesia, tapi dunia, karena keunikan yang dimiliki sapi bali satu-satunya di Bumi.

Perhatikanlah sapi bali kalau Anda lagi lewat di hamparan sawah, kebun, tegalan atau yang sedang berdiri santai di tepi jalan. Kedip-kedip tatapan matanya seakan menyampaikan, “Hati-hati di jalan, semoga selamat sampai di tujuan”. Anda akan segera tahu, sapi keturunan langsung Bos banteng ini cantik, yang betina tentu. Yang jantan gagah. Kakinya seperti mengenakan kaus putih dari lutut ke bawah. Warna putih ini muncul lagi melebar di kedua pantatnya, bak cermin, membuat ternak sintal ini tampil eksotik. Tak keliru kalau ada pemerhati bilang, sapi bali itu seksi

Yang jantan malah punya tambahan keunikan tersendiri. Ketika muda sapi ini berwarna merah bata, setelah dewasa, jika tidak dikastrasi karena tidak untuk digemukkan, tapi buat pejantan, warnanya berubah menjadi hitam setelah masak kelamin, disebut sapi jagiran, pejantan tangguh yang selalu siap mengawini betina. Perubahan warna ini hanya terjadi pada sapi bali, tak ada sapi manapun di dunia seistimewa ini.

Para pakar peternakan dunia kaget karena sapi bali bisa tumbuh dan bertahan hidup dengan kondisi alam dan pakan seadanya. Di tanah-tanah kritis, tandus, gersang, pakan hijauan sangat terbatas, sapi bali bisa hidup dan berbiak. Daya adaptasinya sangat tinggi di berbagai lingkungan alam tropis. Sapi ini pun diberi gelar sebagai ternak perintis. Di tempat pembuangan akhir sampah di Suwung, Denpasar Selatan, banyak sapi bali diternakkan, digembalakan di antara sampah, menyantap limbah. Mana ada ruminansia seunik itu: menyantap limbah rumah tangga mulai sisa-sisa dapur sampai kertas-kertas?

Kemampuannya menyerap pakan pun tinggi. Karena itu sapi bali sangat disukai para peternak di antara tiga sapi lokal lain milik Indonesia: sapi aceh, sapi madura dan sapi pesisir. Jika sapi-sapi umumnya untuk bertahan hidup harus merumput, sapi bali cukup menyampah.

Tapi, di antara keunikan unggul itu, sapi bali juga punya keunikan buruk. Harap maklum, ini rwa bhineda, dua yang bertolak belakang, seperti siang dan malam, bagus dan jelek. Daging sapi bali tidak baik untuk bistik, sehingga sulit menembus restoran-restoran besar dan hotel. Penikmat bistik paling doyan sapi wagyu, penghasil daging nomor satu, mahal, khas Jepang.

Wisatawan tak suka bistik sapi bali karena marbling (persebaran lemak di antara jaringan daging) rendah.

“Menyantap bistik daging sapi bali begitu alot,” keluh para turis, yang senang menikmati bistik berteman bir, wine atau brem bali. “Gigi saya hampir copot jika mengunyah bistik sapi bali,” komentar mereka. Karena marblingnya rendah, daging sapi bali tidak gurih, dan kenyal.

Satu keunikan buruk lain adalah, hanya sapi bali yang terserang penyakit jembrana. Belum pernah terpetik berita sapi jenis lain terserang penyakit mematikan ini, yang pertama kali mewabah di Jembrana 1964-1967. Tak ada obatnya, penyakit ini pembantai nomor satu sapi bali. Mengatasinya cuma dengan cara mencegah caplak penyebar virus penyakit mematikan ini.

Sapi unik ini diternakkan oleh petani di desa-desa. Pengelolaannya secara tradisional, hanya mengandalkan ketersediaan pakan hijauan. Karena itu, usaha pengembangan sapi bali harus mengarah ke petani peternak.

Ni Nyoman Suryani, dalam orasi ilmiah ketika dikukuhkan sebagai guru besar peternakan Universitas Udayana, Sabtu (9/10) mengusulkan strategi pengembangan sapi unik dunia ini melalui ketersediaan pakan hijauan unggul di desa-desa merata di seluruh Bali, dan mudah diperoleh petani. Pengadaan bibit pakan hijauan unggul harus ditangani oleh pemerintah, dan petani peternak bisa mendapatkannya secara cuma-cuma. Ini antara lain bisa dilakukan melalui pembangunan demonstrasi plot (demplot) pakan hijauan, tempat para petani peternak, penyuluh dan pakar (akademisi) bertemu dan berdiskusi.

“Pembangunan demplot menjadi sangat penting dan mendesak,” jelas Suryani. Sesungguhnya, Sabtu kemarin keunikan sapi bali bersaing dengan keunikan di Kampus Unud yang mengukuhkan 14 guru besar, terbanyak dalam sejarah pengukuhan profesor di kampus termegah di Bali itu. Wah, bertambah satu lagi kan keunikan Bali? Tapi, keunikan ramai-ramai satu ini cukup sekali ini saja, tak perlu diulang. Kecuali kalau kebelet ingin meraih rekor Muri atau Guinness Book Record. Entahlah. *

Aryantha Soethama

Komentar