nusabali

Tak Disiplin Prokes, PTM Sekolah Dicabut

  • www.nusabali.com-tak-disiplin-prokes-ptm-sekolah-dicabut

Sekolah yang kedapatan tidak disiplin prokes, PTM mereka bisa dicabut. Sebab kebijakan PTM diberikan bukan karena virus hilang, tetapi untuk memaksimalkan pembelajaran kepada siswa.

TABANAN, NusaBali

Pelaksanaan pembelajaran tata muka (PTM) di Kabupaten Tabanan mulai berlangsung pada Jumat (1/10). Sejumlah siswa yang datang ke sekolah wajib menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang sangat ketat. Pun Satgas Covid-19 Tabanan turut memantau PTM pertama kali tersebut. Juga di-warning bagi sekolah yang tak disiplin menerapkan prokes, ‘izin’ PTM mereka berpotensi dicabut.

Pantauan di SMPN 1 Tabanan dan SDN 1 Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, siswa yang diantar oleh orangtuanya langsung masuk ke sekolah. Sampai di pintu gerbang, suhu tubuh mereka dicek oleh petugas.

Setelah lolos screening mereka langsung diarahkan mencuci tangan dan masuk kelas masing-masing. Bahkan bagi siswa yang kedapatan suhu tubuhnya melebihi 37 derajat Celcius, mereka dianjurkan pulang dan mengikuti pembelajaran secara daring.

Pelaksanaan PTM perdana ini langsung dipantau Satgas Covid-19 Tabanan dipimpin Sekretaris Satgas Covid-19 Tabanan sekaligus Sekda Tabanan I Gede Susila. Turut mendampingi Asisten II Setda Tabanan I Wayan Kotio, Kepala Dinas Pendidikan Tabanan I Nyoman Putra, dan sejumlah pengawas SMP yang bertugas. Pada kesempatan itu Satgas Covid-19 mengawasi dari pintu masuk sekolah hingga ke dalam kelas.

Sekda Susila mengatakan, sesuai arahan pimpinan, PTM di Tabanan mulai dilaksanakan 1 Oktober 2021. Atas tindak lanjut itu pihaknya langsung memantau ke masing-masing sekolah mengantisipasi adanya kerumunan yang berpotensi menyebabkan klaster penyebaran virus Corona.

“Tetapi dari yang saya pantau, pelaksanaan PTM hari pertama untuk prokes ini sudah baik, tidak ada kerumunan di depan pintu maupun kelas. Begitu siswa datang langsung diarahkan masuk kelas,” ujar Sekda Susila.

Dia menekankan prokes harus dijalankan dengan benar dan ketat setiap hari. Sekolah dan Dinas Pendidikan Tabanan terus memantau, utamanya pengawasan terhadap sekolah yang memiliki kelas banyak dan gedung sekolah yang tidak luas. Yang paling ditekankan adalah saat pulang sekolah. “Saya sudah perintahkan sekolah dan Dinas Pendidikan benar-benar mengawasi prokesnya ini, jangan sampai adanya kerumunan yang menyebabkan klaster dari sekolah,” tegas Sekda Susila.

Untuk itu, tegas Sekda Susila, sesuai arahan dan perintah pimpinan (Bupati Tabanan), bagi sekolah yang kedapatan tidak disiplin menerapkan prokes, PTM mereka bisa dicabut. Sebab langkah ini jelas, kebijakan PTM diberikan bukan karena virus hilang, tetapi untuk memaksimalkan pembelajaran kepada siswa karena sudah sekitar 2 tahun tidak belajar secara tatap muka. Sekaligus PTM dilaksanakan menyesuaikan dengan SE Gubernur Bali dan pusat.

“Sudah jelas, dan kami ingatkan sesuai perintah Bupati, sekolah yang tak disiplin terapkan prokes bisa dicabut PTM mereka. Karena evaluasi setiap hari terus ada,” tandas mantan Kepala Disdik Tabanan ini.

Sementara itu, Kepala SMPN 1 Tabanan Wayan Widastra menegaskan skema PTM di SMPN 1 Tabanan untuk menghindari kerumunan sudah disusun. Siswa dibagi menjadi 2 dengan nomor absen genap dan ganjil. Yang mendapat nomor absen ganjil mendapat giliran PTM pada Jumat (1/10) dan Sabtu (2/10). Sementara yang genap belajar daring dan mereka mendapat giliran PTM Senin (4/10) dan Selasa (5/10).

Kemudian siswa yang ada di dalam kelas hanya 50 persen dengan rata-rata 20 orang per kelas. “Intinya siswa masuk seminggu dua kali, sekali masuk mendapat pembelajaran 90 menit. Tidak ada jam istirahat. Begitu selesai langsung pulang,” beber Widastra.

Sementara terkait dengan penegakan prokes agar tak sampai PTM dicabut, Widastra menjamin akan diterapkan dengan baik. Lagi pula sistem kedatangan siswa telah diatur baik kelas I, II, dan III. Kemudian siswa pulang menggunakan pintu belakang secara bergantian.

“Saya jamin di SMPN 1 disiplin prokes bisa kami terapkan. Justru yang kami khawatirkan siswa saat di rumah, karena usai pulang sekolah mereka tidak stay di rumah, sedangkan kita tidak tahu penyebaran virus dari mana. Kalau di sekolah saya pastikan aman, karena tidak ada ruang untuk mereka ngobrol dan berkerumun,” tegas Widastra. *des

Komentar