nusabali

Kini Ada yang Punya Nama, 25 Persen Sudah Bisa Antre Makanan

Dikenal Beringas, Bojog Duwe di Kawasan Pura Agung Pulaki Dijinakkan

  • www.nusabali.com-kini-ada-yang-punya-nama-25-persen-sudah-bisa-antre-makanan

Inisiatif untuk menjinakkan bojog duwe ini, karena dulu terkenal nakal. Bahkan sering menyerang pemedek yang tangkil untuk sembahyang di Pura Pulaki.

SINGARAJA, NusaBali

Pengempon Pura Agung Pulaki sejak dua tahun terakhir berupaya keras memperbaiki stigma bojog (kera) duwe yang terkenal beringas dan garang. Sejumlah pengempon yang ngaturang ayah di pura yang terletak di wilayah Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng ini, mulai melatih bojog duwe dari garang menjadi jinak. Dari ribuan ekor populasi bojog duwe di Bukit Pulaki, sebanyak 25 persennya kini diklaim sudah berhasil dijinakkan.

Hal tersebut diakui Kelian Pengempon Pura Agung Pulaki Jro I Nyoman Bagiarta, Kamis (30/9). Tingkah pola bojog duwe yang selama ini terkenal garang mulai agak kalem. Bahkan saat wanara laba (pemberian makanan) siang kemarin, sejumlah bojog tak lagi berebut. Mereka baru mengambil makanan yang disiapkan ketika disodorkan oleh pengempon. Jika pun mengambil sendiri mereka hanya mengambil satu biji saja.

Upaya mengubah sikap bojog duwe di sekitaran Pura Pulaki dan pesanakannya termasuk Pura Pabean bukan hal mudah. Menurut Jro Bagiarta, penjinakan bojog duwe tersebut dilakukan sejak dua tahun lalu. Tak hanya melatihnya dengan keras, tetapi yang pertama adalah menyediakan makanan. Pengempon pura secara khusus sejak tiga tahun terakhir menganggarkan biaya makanan bojog Rp 20 juta per bulannya. Anggaran sebesar itu berasal dari dana punia dan pemasukan lain seperti sesari dan sumbangan pihak ketiga. Selain itu juga menyediakan kolam-kolam air di beberapa titik untuk tempat mandi dan minum bojog duwe setempat. Tiga orang pengempon pura ditugaskan khusus untuk memberi makan bojog duwe sesuai dengan jadwal harian.

“Kalau tradisi Wanara Laba secara umum dilakukan saat Pujawali, yakni Purnama Kapat. Tetapi sehari-hari kami juga siapkan makanan untuk wanara tiga (3) kali sehari, mulai dari ketela, jagung, pisang, pepaya, telur seminggu dua kali. Karena dulu terkenal nakal karena kekurangan makanan juga,” jelas Mantan Perbekel Desa Kalisada, Kecamatan Seririt ini.

Selain dijaminkan ketersediaan makannya, bojog duwe Pulaki juga mulai dilatih sikap mereka. Secara pengamatan pengempon pura, dari ribuan populasi bojog yang ada di Pulaki terbagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok barat (mendekati wilayah Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, wilayah tengah (kawasan hutan sebelah barat Pura Pulaki dan wilayah timur di sekitar Pura Pulaki dan wilayah Pura Pabean.

Inisiatif untuk menjinakkan bojog duwe disebut Bagiarta, karena dulu terkenal nakal. Bahkan sering menyerang pemedek yang tangkil untuk sembahyang. Sehingga pengempon mulai mencari cara dengan memperhatikan bojog duwe itu. Pengempon pura dibantu anak-anak yang biasanya ngayah mengantarkan pemedek aman dari serangan duwe secara tidak langsung melatih bojog duwe. Pengempon pun tidak mendatangkan penjinak monyet khusus. Semuanya dilakukan secara alami dan ikhlas. Upaya yang telah dilakukan dua tahun terakhir mulai membuahkan hasil. Kini ratusan bojog duwe terutama yang ada di wilayah timur sekitar pura Pulaki sudah dapat dijinakkan.

Bahkan beberapa sudah ada yang memiliki nama. Mulai dari I Jantuk, Lisa, Dolar, Kancrung dan lain-lain. “Sekarang sudah ada wanara namanya Jantuk kalau suruh cium dia sudah bisa cium. Sebagian di pura juga kalau pengempon datang bawa makanan sudah bisa antre, tidak berebut lagi seperti dulu. Memang kami latih untuk tidak nakal lagi,” jelas dia. Penjinakan bojog duwe pun masih terus diupayakan. Harapannya jika 50 persen bojog duwe di Pulaki sudah jinak, maka bisa dikembangkan untuk wisata selfie bersama bojog duwe. “Jadi krama atau wisatawan asing yang nangkil ke pura tidak hanya sembahyang saja, tetapi bisa berfoto bersama wanara,” imbuh Jro Bagiarta. *k23

Komentar