nusabali

PPKM Level III, Pariwisata Ubud Masih Ayem

  • www.nusabali.com-ppkm-level-iii-pariwisata-ubud-masih-ayem

GIANYAR, NusaBali
Kelonggaran PPKM ke level III belum tampak dapat meramaikan kunjungan pariwisata ke Gianyar, termasuk kawasan wisata Ubud.

Kegiatan akomodasi wisata pun belum ada pergerakan naik. Pariwisata Ubud masih adem ayem. Kondisi itu diakui Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar Pande Mahayana Adityawarman, Senin (27/9). Dia mengamati kendaraan plat luar yang mengangkut pengunjung ke Bali, sudah tampak ramai. Namun para pengunjung ini cenderung memilih hunian di Badung selatan, dekat pantai. "Wisatawan domestik cenderung lebih memilih tinggal di kawasan dekat pantai, seperti kawasan Canggu dan Badung selatan," ujar pengusaha muda yang akrab disapa Adit Pande ini.

Kondisi itu pula menjadikan sejumlah hotel di Ubud masih memilih untuk tutup. "Hingga saat ini, tingkat hunian hotel di Ubud belum ada perubahan," ujarnya.

Adit Pande mengatakan, selama ini pihaknya sudah membuat pelbagai upaya untuk mengundang wisatawan domestik menginap di Ubud. Seperti membuat paket ekonomis. Namun karena selama ini wisdom lebih tertarik menginap di wilayah Bali selatan, maka paket ekonomis tidak berdampak signifikan. Bahkan, jika pun ada yang menginap, durasinya pendek, yakni satu atau dua hari saja.

"Rata-rata market domestik memang lebih suka menginap di daerah selatan. Ubud hanya sebagai tempat makan siang, ngopi dan jalan-jalan. Jadi kami belum lihat hal signifikan untuk wisata di Ubud dalam PPKM Level 3," ujarnya.

Minimnya, minat wisdom yang menginap di Ubud, diduga karena daya tarik yang ditawarkan. Dimana Ubud hanya menyajikan objek wisata pedesaan yang kental dengan seni dan budaya. Tak jauh beda dengan kampung halaman wisdom yang alam pedesaannya mirip dengan Ubud.

Karena minimnya kunjungan wisatawan domestik mengunjungi Ubud, menyebabkan masih terdapat hotel yang memilih tutup. "Hotel di Ubud yang buka dengan operasional sangat terbatas. Sebab dibandingkan buka, lebih efisien tutup saja sekalian dulu, sampai benar-benar ada kejelasan arus kunjungan, atau momen liburan," ujarnya.

Meski demikian, lanjut Adi Pande, stakeholder pariwisata di Ubud tetap memiliki optimisme terhadap wisman. Dia pun berharap kebijakan ‘larangan anak di bawah 12 tahun tidak boleh naik pesawat dan masuk mall’ direvisi atau dihapus. Sebab dengan adanya larangan tersebut, masih banyak market keluarga yang enggan datang ke Bali.

Dia menduga belum adanya wisman ke Ubud ini juga karena ada kebijakan ‘anak di bawah 12 tahun tidak boleh naik pesawat’. Dia mengharapkan, pemerintah memberikan kelonggaran untuk anak di bawah usia 12 tahun agar bisa naik pesawat dan masuk mall. ‘’Karena perubahan kebijakan itu akan menarik market family untuk datang lebih banyak lagi. Namun yang paling kami harapkan adalah pembukaan pariwisata internasional," ujar Adit Pande. *nvi

Komentar