nusabali

Garap Disain Perhiasan dan Sempatkan Ngemural

Pelukis Tradisi Gaya Batuan I Wayan Budiarta

  • www.nusabali.com-garap-disain-perhiasan-dan-sempatkan-ngemural

GIANYAR, NusaBali
I Wayan Budiarta,28, punya hobi melukis. Dia salah seorang seniman lukis tradisi gaya Batuan, asal Banjar Dentiyis, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Putra sulung dari Made Sujendra - Ni Ketut Ernawati ini cukup sering menggelar pameran tunggal maupun kelompok. Bahkan lewat lukisan, Yan Budi, demikian dia akrab disapa,  pernah mengikuti satu misi kesenian di Belanda.

Baginya, melukis digeluti untuk meluapkan inspirasi. Dia pun tidak terlalu aktif menjual hasil karya. Apalagi saat ini, mendapat kesempatan bekerja sebagai disainer perhiasan di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati. Jobnya ini membatasi waktunya untuk melukis. "Saat ini saya aktif kerja Senin sampai Sabtu, pagi - sore. Waktu luang, biasanya saya lanjut melukis," jelasnya saat ditemui, Sabtu (11/9).

Di samping itu, Yan Budi juga cukup sering diminta untuk melukis dinding atau mural. Hanya saja arahnya bukan untuk mengkritisi seperti mural jalanan. Yan Budi cenderung mengerjakan mural secara komersil. Yakni melukis dinding restoran maupun tempat wisata dengan tema-tema tertentu sesuai permintaan. "Kalau ada permintaan, saya juga ada waktu, pasti saya ambil," ujar seniman muda kelahiran 10 November 1993 ini.

Mural komersil pertamanya, dia garap sekitar tahun 2015 lalu di sebuah restoran kawasan Renon, Denpasar. "Kebetulan ada saudara buka restoran, minta dibuatkan mural saya coba," ujarnya. Mural dengan gambar cenderung ekspresif yang dibuatnya menarik minat pengusaha lain menggunakan jasanya.

"Selain di Renon, pernah juga melukis mural di restoran kawasan Ubud, Sanur, Nusa Dua. Gambarnya cenderung suasana tropikal. Saat itu memang sedang trennya begitu," jelasnya.

Untuk harga, dihitung per meter persegi. Minimal Rp 400.000 hingga Rp 1 juta. "Tergantung klien sih, mintanya gambar apa. Luasnya berapa," ujarnya.

Namun kini, diakui permintaan lukisan, perhiasan maupun mural menurun. Meski demikian, Yan Budi bersyukur bisa tetap berkarya, bekerja dan berkreatifitas selama pandemi.

Mengenai mural jalanan, Yan Budi mengaku belum pernah terlibat. Dirinya lebih sebagai penikmat street art. "Saya bukan seniman street art. Kalau mural itu di tempat yang sesuai dan memberikan informasi, saya pasti suka melihatnya. Tapi kalau sekedar corat-coret tidak jelas atau vandalisme, kan tidak bagus juga dilihat," ujarnya.

Apabila diminta menghias kota dengan keahlian mural, Yan Budi bersedia apabila dipercaya dan punya waktu. "Kalau saya dipercaya dan waktu ada, bisa saya berkontribusi di sana. Dimana pun kalau ada waktu, saya kerjakan," ungkapnya. *nvi

Komentar