nusabali

Petani Lirik Pertanian Bunga Rosella

  • www.nusabali.com-petani-lirik-pertanian-bunga-rosella

GIANYAR, NusaBali
Beberapa petani di Bali kini makin tertarik menanam bunga Rosella. Bibit bunga ini, antara lain, bisa didapatkan dari Ruby Rosella Jam, sebuah pabrik pengolahan Rosella, di Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.

Selain mendapatkan bibit, para petani juga mendapatkan kepastian pemasaran.  Karyawan Ruby Rosella Jam I Ketut Suarnata mengatakan pemberian bibit ini mulai dilakukan sejak Februari 2021, karena pandemi. Tujuannya untuk memberdayakan petani lokal Bali yang mau mengembangkan potensi pertanian. Dia mengakui, saat mengawali mengajak petani beralih bertanam Rosella, cukup berat. "Saat kami ajak berdiskusi, kebanyakan mereka khawatir dengan pemasaran. Maka dari itu, kami berikan jaminan, hasil panennya kami yang beli," jelas mantan pekerja kapal pesiar ini saat ditemui di pabrik pengolahan Rosella, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Senin (13/9).

Suarnata mengaku, bunga Rosella bisa dipakai bahan sirup. Bibit Rosella didatangkan dari Thailand, dengan jumlah terbatas atau hanya sebanyak kemasan kotak rokok kecil. Beberapa petani yang mendapatkan bibit, tersebar di Desa Sukawati, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Desa/Kecamatan Tegallalang, Desa Kertalangu, Denpasar Timur, dan salah satu desa di Tabanan. "Kami juga edukasi bagaimana cara menanam, merawat hingga panen," jelas pria asal Klungkung ini.

Para petani binaan, mengawali bertanam Rosella dengan luas lahan sekitar 1 - 2 are. Setelah berusia 3 bulan, kelopak dan bunga Rosella pun siap dipanen. "Yang membuat petani bersemangat, Rosella ini bisa dipanen setiap saat," ungkap pria yang juga memiliki kebun Rosella. Petani pun rutin memasok kelopak dan bunga Rosella basah maupun kering ke Ruby Rosella Jam, setiap dua minggu sekali. "Jadi setelah 3 bulan masa tanam, panennya bisa dilakukan setiap minggu. Petani sudah menikmati hasil. Kami beli, hasilnya lumayan melebihi yang ditanam sebelumnya," ungkap Suarnata.

Melihat potensi tersebut, kata Suarnata, para petani binaan ini tambah semangat untuk memperluas area tanam. Bahkan, petani di sekitar ikut tertarik menanam Rosella. "Memang banyak yang kemudian tertarik, ingin minta bibit. Tapi kami ingin fokus dulu dengan petani binaan. Harapannya, petani lain bisa belajar dari petani binaan kami," jelas pria plontos yang akrab disapa Ketut Thole ini.

Jelas Suarnata, kelopak merah dan bunga Rosella diolah menjadi beragam produk organik. Tanpa pengawet, tanpa pemanis buatan, dan tinggi kandungan vitamin C. Dua diantaranya sirup dan selai yang sudah mendapatkan izin edar atas rekomendasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI.

Karena dalam situasi pandemi, bahan baku maupun produk yang sejatinya diminati pangsa pasar internasional ini, belum bisa diekspor. Sementara pemasarannya di wilayah Bali. "Ada di satu supermarket dan beberapa minimarket. Kami lebih cenderung door to door," jelasnya. Peminat sirup dan selai Rosella ini dari kalangan ekspatriat dan warga lokal Bali.

Salah satu petani binaan Ruby Rosella Jam, Made Duarsa mengaku awalnya bertani cabai. Kemudian dia mencoba peruntungan dengan menanam bunga Rosella di atas lahan 1 are di kawasan Joging Track Sudamala, Banjar Gelumpang, Desa/Kecamatan Sukawati. Menurut Duarsa, menanam Rosella tidak terlalu sulit. "Nanamnya gampang, pemeliharaannya juga gampang. Coba sekali ini ternyata hasilnya bagus," jelasnya. Katanya tidak memerlukan air yang terlalu banyak seperti tanaman padi. Duarsa pun mengkombinasikan lahannya dengan menanam cabai di petak lahan sekitar Rosella. *nvi

Komentar