nusabali

Penyaluran BPUM di Tegal Harum Tuai Keluhan

Antre dari Pukul 05.00 Pagi, Bantuan Tak Cair, Ibu-ibu Menangis

  • www.nusabali.com-penyaluran-bpum-di-tegal-harum-tuai-keluhan

Daftar penerima BPUM yang dikeluarkan berbeda dengan data penerima bantuan yang terdaftar di bank. Akibatnya, sejumlah ibu-ibu tak bisa mencairkan bantuan pemerintah sebesar Rp 1.200.000.

DENPASAR, NusaBali

Penyaluran Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) di DesaTegal Harum, Denpasar Barat, menuai keluhan. Sejumlah ibu-ibu yang sudah terdata sebagai penerima bahkan sampai menangis karena tidak bisa mencairkan bantuan di bank yang sudah ditunjuk pemerintah. Alasan bank, nama puluhan penerima tersebut tidak terdaftar sebagai penerima BPUM sebesar Rp 1.200.000.

Seorang warga di Jalan Patuha, Banjar Sangga Langit, Desa Tegal Harum, mengatakan awalnya mendapatkan WhatsApp dari Perbekel yang diteruskan oleh Kepala Dusun kepada warga yang akan menerima BPUM pada Kamis (9/9). Selain undangan untuk mencairkan bantuan, juga dikirim  data penerima BPUM yang berhak mencairkan di bank yang sudah ditunjuk. “Nama istri saya dan beberapa penerima lainnya masuk dalam data penerima BPUM yang dikirimkan Desa Tegal Harum melalui Kadus. Ada sekitar 27 ribu penerima se-Denpasar dalam data itu. Istri saya masuk sebagai salah satu penerima,” jelas warga yang enggan disebutkan namanya ini.

Selanjutnya pada Jumat (10/9) pukul 05.00 Wita, istrinya dan sejumlah penerima lainnya yang sebagian besar ibu-ibu sudah mengantre di depan bank yang sudah ditunjuk. Saat mendapatkan nomor antrean untuk mencairkan bantuan, beberapa penerima yang sebagian besar ibu-ibu ternyata dinyatakan tidak dapat mencairkan bantuan karena namanya tidak terdaftar di bank.

“Jadi waktu ke bank kami masukkan NIK (Nomor Induk Kependudukan) KTP. Tapi ternyata nama istri saya tidak masuk sebagai penerima BPUM,” ucap sumber. Menurutnya, ada puluhan orang yang bernasib sama seperti dirinya.

Pulang ke rumah, sang istri langsung menangis. Pasalnya, uang tersebut sangat diharapkan untuk membeli sejumlah keperluan yang sudah direncanakan sebelumnya. Namun karena namanya tak masuk, rencana itu pun buyar. Sang suami pun langsung menghubungi Kepala Dusun menanyakan kejelasan peristiwa tersebut. “Katanya ada kesalahan data. Karena data lama yang dimasukkan, sedangkan ada data baru bagi penerima,” tutur sumber.

Dia pun meminta agar pihak desa tidak mempermainkan warganya dengan mengeluarkan data yang tidak valid. Pasalnya, banyak warga yang sangat membutuhkan bantuan ini. Namun karena kinerja desa yang disebutnya tidak profesional akhirnya merugikan warga. “Istri saya awalnya senang jadi penerima BPUM sesuai data yang dikirim pihak desa. Untung belum pinjam uang untuk beli kebutuhan yang direncanakan,” imbuhnya.

Hal yang sama juga dinyatakan warga Tegal Harum lainnya dari Banjar Buana Kubu. Dia menyebutkan iparnya juga masuk dalam daftar nama penerima BPUM. Namun saat mengecek ke bank, ternyata namanya tidak terdaftar. “Kalau bisa lebih teliti lagi. Jangan memberikan harapan palsu kepada warga,” tegas sumber lainnya.

Sementara itu, Perbekel Tegal Harum Komang Adi yang dikonfirmasi via WhatsApp pada Sabtu (11/9) membantah adanya kekisruhan ini. Dia menyebut sudah mengecek beberapa kadus menanyakan masalah penyaluran BPUM ini dan semua menyatakan aman.

Disebutkan, dirinya juga sudah mengecek ke Kaur Perencanaan dan Kadus data warga yang sudah lolos verifikasi. “Termasuk data warga yang melakukan pengajuan sudah tersimpan rapi di database kami,” ujar Komang Adi.

Komang Adi juga meminta data nama-nama warga yang namanya masuk sebagai penerima BPUM tapi tak bisa mencairkannya di bank. ”Makanya saya mau minta nama-nama penerima itu supaya bisa kroscek sama-sama,” ucap Komang Adi.

Sementara itu, dari data penerima BPUM di Denpasar ada sekitar 27.555 penerima yang bisa mencairkan bantuan tersebut di bank yang sudah ditunjuk sebesar Rp 1.200.000.

Terkait kekacauan pembagian BPUM di Desa Tegal Harum, Denpasar Barat, Plt Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar I Made Saryawan mengaku belum mengetahui hal tersebut. Dia mengatakan masih akan berkoordinasi dengan bidang yang menangani.

“Saya belum tahu, besok saya infokan ya. Saya mau menanyakan dulu ke yang membidangi. Kalau paling sering sih karena memang mereka tidak terdaftar dan datanya tidak lengkap,” ucap Saryawan. *rez, mis

Komentar