nusabali

Banjar di Wilayah Kesiman Kertalangu Setor Sampah Organik untuk Dijadikan Kompos

  • www.nusabali.com-banjar-di-wilayah-kesiman-kertalangu-setor-sampah-organik-untuk-dijadikan-kompos

DENPASAR, NusaBali.com –  Sebanyak 2 ton sampah organik yang dikumpulkan oleh Banjar-banjar di wilayah Desa Kesiman Kertalangu  disetor ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Reuse, Reduce, Recyle (TPST3R).

Kegiatan ini sudah dilangsungkan sejak 2011 sebagai bentuk program pengelolaan sampah dengan inovasi teknologi mesin pencacah sampah dan pengayak untuk dijadikan pupuk kompos.  Pencacahan sampah organik, seperti dedaunan, sisa upacara keagamaan seperti canang (sesajen yang terbuat dari janur), dan sampah organik menjadi kegiatan rutin di TPST3R di Gang Melati III nomor 2, Kesiman, Denpasar Timur.

“Sampah organiknya berasal dari berbagai banjar di Desa Kesiman Kertalangu, kami di TPST3R hanya mengolah sampah organiknya saja,” ujar Perbekel Desa Kesiman Kertalangu I Made Suena, Jumat (10/9/2021).

Dirinya pun menyebutkan bahwa tantangan atau kendala yang kerap dihadapi saat mengolah sampah yakni, ikut tercampurnya sampah plastik, dan komponen lain seperti besi ke dalam sampah organik. “Jika ada partikel lain selain sampah organik, dapat mengganggu proses pencacahan pada mesin, apabila tidak dipilah dengan benar, dapat berpotensi merusak mesin. Dan hasil dari komposnya pun kurang baik,” ujarnya.

Sebelumnya, sampah yang dibawa menuju TPST3R Desa Kesiman Kertalangu, harus dipilah terlebih dahulu, dan khusus untuk sampah organik saja. “Sudah dari bulan Januari 2021 yang lalu, masing-masing banjar harus sudah memilah sampahnya sebelum diangkut ke TPST3R,” tuturnya.

I Made Lodra kemudian mengungkapkan, bahwa hujan yang belakangan turun di Kota Denpasar, menyebabkan sampah organik yang diangkut ke TPST3R oleh masing-masing banjar dominan dalam keadaan lembab. “Sampah organik yang lembab juga dapat mengganggu dalam proses pencacahan,” ujarnya.

Dirinya pun menambahkan, akan lebih baik sampah organik dalam keadaan kering, sehingga memudahkan dalam proses pencacahan. “Selain itu, proses untuk menjadi pupuk kompos akan lebih cepat,” tuturnya.

I Made Lodra mengungkapkan bahwa proses dalam mengolah sampah organik hingga menjadi pupuk kompos memerlukan waktu 2 bulan hingga 3 bulan lamanya. “Kalau ingin pupuk kompos yang bagus, memerlukan waktu maksimal 3 bulan. Dari pemilahan, pencacahan, sehingga dapat tumbuh jamur serta mikroba yang nantinya menunjukkan bahwa pupuk kompos tersebut, siap digunakan,” tuturnya.

Terdapat 28 orang yang bertugas di dalam TPST3R, yang beroperasi melakukan pengolahan sampah organik dari pukul 08.00 hingga 14.00 Wita. “Hasil dari pengolahan sampah organik yang berupa pupuk kompos tersebut, nantinya akan didistribusikan ke masyarakat atau intansi yang membutuhkan,” ujarnya.

I Made Lodra pun berharap, untuk ke depannya pemilahan sampah organik yang dilakukan oleh masing-masing Banjar di Desa Kesiman Kertalangu dapat secara maksimal, dan benar-benar memperhatikan partikel lain selain sampah organik. “Semoga pupuk kompos yang dihasilkan oleh TPST3R Desa Kesiman Kertalangu, dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar,” tutupnya. *rma

Komentar