nusabali

MUTIARA WEDA: New Normal: Imunitas Diri

Abhyāsa vairāgyābhyām tannirodhah (Yoga Sutra Patanjali, I.12)

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-new-normal-imunitas-diri

Latihan konstan dan tidak terikat adalah alat untuk menenangkan gerak pikiran

JIKA Covid-19 terus ada dan masih berkembang dengan varian-varian barunya, maka new normal adalah solusi prioritasnya. Solusi ini tidak lagi di level pemerintah dan tim medis, namun berada pada level individu. Pemerintah perannya hanya terbatas pada imbauan dan kebijakan strategis kolektif. Sementara tim medis peran maksimalnya pada penanganan pasien yang telah terjangkit atau sakit. Sukses atau tidaknya kenormalan baru tergantung dari kesadaran individu masing-masing. Sehebat apapun imbauan, jika yang diimbau mengabaikan, semuanya tiada berarti apa-apa. Sehebat-hebatnya tim medis, mereka terbatas pada upaya penyembuhan pasien saja. Yang diperlukan untuk mengatasi wabah Covid-19 adalah imunitas diri di level individu. Mengapa demikian? Hal ini dapat dilihat dari imbauan yang ada: cuci tangan, social distancing, jaga imun tubuh, pakai masker, dan vaksin. Semua itu berporos pada kesadaran diri.

Mencuci tangan, social distancing, dan memakai masker tidak ada hubungannya dengan penghilangan virus dan mengobati orang sakit, tetapi dengan semua itu, menularnya virus dapat dihindari. Namun, semua itu tampaknya mustahil karena berbagai aktivitas tidak mengizinkan semua itu berjalan maksimal. Sehingga, diri yang sehat dan imun yang kuat adalah kunci. Mengikuti prokes memang tetap harus dilaksanakan dengan ketat agar virus tidak menjangkiti tubuh, namun hal yang paling penting adalah bagaimana imunitas diri lebih tangguh dibandingkan kekuatan virus itu. Apa imunitas diri itu? Imunitas tubuh, imunitas pikiran, dan imunitas rohani adalah imunitas diri. Orang lebih sering menyebutnya sebagai fisik, mental, dan spiritual. Bukankah virus hanya menginfeksi tubuh, tetapi mengapa mental dan spiritual tetap penting? Memang hanya tubuh yang diserang, tetapi yang sakit tidak hanya fisik, pikiran juga ikut terganggu. Sebaliknya, pikiran yang tidak sehat juga dapat membuat imun tubuh lemah sehingga mudah diserang virus.

Untuk hidup dalam kenormalan baru, imunitas diri menjadi signifikan. Bagaimana menumbuhkan imunitas diri ini? Di samping mengikut prokes dan imbauan pemerintah, teks di atas sangat membantu untuk menumbuhkan dan menguatkan imunitas diri. Ini bisa diibaratkan seperti latihan menstabilkan kesadaran. Pertama, latihan secara konsisten dan konstan (abhyasa); dan kedua, tidak terikat (vairagya). Latihan secara konsisten dan konstan artinya makan teratur, diet teratur, latihan fisik teratur, tidur teratur, atau dengan kata lain hidup yang teratur. Demikian juga melatih berpikir benar secara teratur, berpikir dengan mengikuti rel-relnya (samyagjnana), termasuk latihan introspeksi dan melihat diri secara teratur.  Sementara tidak terikat artinya berlatih melihat kebenaran sejernih-jernihnya. Maksudnya? Pikiran diajak untuk menyadari bahwa diri ini bukan tubuh, diri ini bukan hal-hal yang berhubungan dengan tubuh, tetapi diri ini adalah cahaya murni.

Jika orang menyadari dirinya sebagai cahaya murni, maka dikatakan kesadarannya telah tinggi, orang yang kesadarannya tinggi akan mampu hidup secara seimbang, mampu melihat peran-peran eksisten yang ada. Dia akan memahami dengan benar keberadaan tubuh dan fungsi-fungsinya, keberadaan pikiran beserta fungsi-fungsinya dan keberadaan sang cahaya murni (jiva) beserta kualitas-kualitasnya. Jika orang telah berada pada kesadaran ini, maka imunitas dirinya akan kuat, yakni imun tubuhnya baik, imun pikirannya sehat, dan imun rohaninya kuat. Ketiga jenis imun ini saling mempengaruhi, tidak bisa dinegasi salah satunya. Ini kemudian disebut dengan kehidupan yang harmoni. Diri yang harmoni akan berdampak pada alam yang harmoni dan spirit yang harmoni.

Bagaimana jika harmoni ini terjadi? Imun diri akan bekerja dengan maksimal, sehingga Covid-19 tidak menjadi ancaman. Virus tetap ada dan hidup bersama-sama dengan manusia tetapi keberadaannya tidak dapat mempengaruhi kondisi siapa pun. Jika virus tidak lagi menjadi ancaman, maka kehidupan yang normal akan terjadi. Hidup yang normal itu tentu jenis normal yang baru, makanya disebut new normal, normal dengan gaya baru, normal dengan praktik kehidupan yang baru. Dengan praktik kehidupan yang baru, imunitas diri akan terus terpelihara. Sepanjang imunitas diri terpelihara, Covid-19 tidak akan mengganggu. Keberadaannya tidak menjadi rintangan. Maka dari itu, mari hidup dengan new normal guna menumbuhkan imunitas diri! *

I Gede Suwantana

Komentar