nusabali

Sambirenteng Manfaatkan Sumur Bor

Untuk Atasi Kesulitan Air di Tiga Banjar

  • www.nusabali.com-sambirenteng-manfaatkan-sumur-bor

SINGARAJA, NusaBali
Masalah kesulitan air bersih di wilayah Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, Buleleng tahun ini sudah teratasi.

Sebanyak 293 KK di tiga banjar dinas yang semula kesulitan air bersih saat ini sudah mendapatkan aliran langsung ke rumah masing-masing. Pemenuhan kebutuhan air bersih di desa wilayah timur Buleleng ini teratasi, setelah mendapatkan bantuan sumur bor dan Pamsimas dari pemerintah pusat.

Sekretaris Desa Sambirenteng Made Setiawan, Kamis (5/8) kemarin menjelaskan, sebelum ada bantuan pemenuhan air bersih di desanya, ada ratusan KK yang kesulitan mendapatkan air. Total ada sebanyak 293 KK di Banjar Dinas Gretek, Benben dan Silagading. Ratusan warga ini memang bermukim di ketinggian, sehingga sulit terlayani PDAM.

“Sebelum ada sumur bor warga di daerah atas ini ada yang beli air satu tangki itu Rp 270 ribu isinya 4 meter kubik. Ada yang nyari juga ke sumber mata air pakai jirigen,” ungkap Setiawan. Lalu pada tahun 2018 lalu, Desa Sambirenteng mendapatkan bantuan sumur bor dari Kemeterian PUPR dengan anggaran Rp 2,35 miliar.  Bantuan tersebut sudah termasuk pengadaan perpipaan.

Namun bantuan sumur bor baru dapat difungsikan maksimal pada akhir 2020 lalu. Setelah Desa Sambirenteng kembali menjadi sasaran penerima bantuan penyediaan air bersih dari pemerintah pusat, melalui program Pamsimas. Bantuan sebesar Rp 300 juta itu pun dipakai untuk pembuatan satu bak transfer, dua unit reservoar dan perpipaan. Saat ini penyediaan air bersih di Desa Sambirenteng dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“Seperti gayung bersambut juga bantuan Pamsimas kemarin untuk mendukung dan memaksimalkan bantuan sumur bor yang sudah ada sebelumnya. Sementara ini bisa mengangkat 13 liter per detik, mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air warga di wilayah atas,” imbuh Setiawan.

Hanya saja, sejauh ini dia tak memungkiri masih ada warganya yang belum memiliki sambungan air. Meskipun jaringan perpipaan sudah ada di depan rumah warga. Kondisi itu disebabkan karena faktor ekonomi.  Satu sambungan baru oleh BUMDes dikenakan biaya Rp 2 juta, untuk membeli alat dan khas BUMDes. “Memang masih ada warga kami yang belum punya sambungan air, tetapi tidak banyak tak lebih dari 50 KK. Karena mereka belum punya biaya pemasangan,” ungkap Setiawan. BUMDes pun masih mengenakan biaya pemasangan sambungan baru sesuai dengan kajian, untuk memenuhi biaya operasional sumur bor yang cukup tinggi.*k23

Komentar