nusabali

Siswa Makin Krisis Olah Rasa Seni

Nasib Sekolah Seni di Tengah Pembelajaran Online

  • www.nusabali.com-siswa-makin-krisis-olah-rasa-seni

Karena ketika guru melihat ada gerak yang salah melalui pembelajaran kelas online, maka guru akan sulit menyampaikan perbaikan secara praktik nyata. Perbaikan hanya mentok pada teori semata.

GIANYAR, NusaBali
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, 3 – 20 Juli, akhirnya diperpanjang jadi PPKM Level IV, hingga 2 Agustus 2021 mendatang. Jika mengacu pada tren data perkembangan kasus Covid-19 yang terus meningkat, maka pemerintah akan kesulitan untuk menghentikan PPKM. Setidaknya, mungkin akan dicarikan ‘istilah lain’ yang menandakan bahwa masyarakat harus lebih waspada lagi terhadap tularan virus yang telah menelan banyak nyawa ini.

Kondisi itu membuat pelbagai sektor, termasuk  pendidikan masih harus bersabar dengan pembelajaran daring (dalam jaringan) atau online. Namun untuk kalangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), tak dapat dipungkiri memerlukan pembelajaran tatap muka kelas praktikum lebih intensif.

Seperti diungkapkan Kepala SMKN 3 Sukawati I Gusti Ngurah Serama Semadi SSP MSi saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (26/7). Menurut tokoh Puri Saba, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini, sekolah seni pertunjukan akan terasa aneh tanpa sentuhan olah rasa. Kondisi itu sangat terasa dalam sistem pembelajaran tari secara daring. Karena ketika guru melihat ada gerak yang salah melalui pembelajaran kelas online, maka guru akan sulit menyampaikan perbaikan secara praktik nyata. Perbaikan hanya mentok pada teori semata. "Apa yang disarankan dari guru melalui pembelajaran daring, cenderung kurang mengena ke anak didik," ujar praktisi kesenian Bali yang akrab disapa Gung Aji Saba ini.

Oleh karena itu, jelasnya, SMKN 3 Sukawati yang bermaskas di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar dan eks Kokar (Konservasi Karawitan) Denpasar ini, tetap mengupayakan kolaborasi pembelajaran antara daring dan tatap muka. "Mata pelajaran teori tetap dilakukan secara daring. Praktiknya secara tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan ketat," jelasnya.

Ngurah Serama menyebut, ada 4 jurusan seni pertunjukan di SMKN 3 Sukawati yang berlokasi di sisi tumur Desa Batubulan ini. Yakni, Seni Tari, Karawitan, Pedalangan, dan Musik Populer. Keempat jurusan ini menerapkan kolaborasi belajar tatap muka dan daring. Hanya saja, kelas tatap muka digelar dua minggu sekali per kelas. Model gabungan ini berpengaruh pada capaian materi pembelajaran. Semestinya, sebelum pandemi Covid, satu materi bisa tuntas seminggu. Pasca pandemi menjadi tuntas dua minggu. "Itupun dengan catatan jumlah siswa yang praktik dibatasi. Selesai praktik mereka langsung pulang tanpa jeda istirahat," jelas Gung Aji didampingi Wakasek Kurikulum I Wayan Kernet.

Kelas praktik biasanya terdiri dari 7 sampai 9 siswa. "Memang agak berat kondisi saat ini. Terutama untuk siswa kelas XII yang harus ujian praktik akhir semester. Mereka tetap membuat garapan," ujarnya.

Sebelum akhirnya menerapkan kelas praktik, Kokar sempat memanfaatkan kelas online sebagai panggung virtual. Namun seiring berjalannya waktu dirasa kurang efektif dan efisien. "Dengan dapat sentuhan, paling tidak ada kesan dalam diri siswa. Bagaimana mimik, action, dan rasa tertanam," terang Gung Aji Saba yang memasuki usia pensiun per 1 Agustus 2021.

Ditambahkannya, mata pelajaran praktik menjadi sangat penting karena tuntutannya adalah profesionalitas peserta didik. Menurutnya, jika hanya belajar daring, kurang ada penguatan. "Maka ketika ada aturan pembelajaran produktif diperbolehkan. Kami ikut tetap dengan imbauan prokes ketat dari pemerintah. Demi mencetak siswa yang terampil di bidang kompetensinya," tegasnya. Setiap siswa yang baru datang maupun pulang wajib mencuci tangan, selama di sekolah wajib memakai masker, dan menjaga jarak.

Untuk diketahui, pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021 ini, SMKN 3 Sukawati menerima 131 siswa untuk 4 jurusan. Jumlah ini diakui menurun sejak pandemi Covid-19. " Tahun sebelumnya kami menerima 145 siswa. Sebelumnya lagi sampai 221 siswa dari seluruh Bali," jelasnya.

Penurunan antusias siswa baru ini diyakini karena pembatasan mobilitas sebagai dampak pandemi Covid-19. "Minat siswa belajar di Kokar sejatinya tinggi dari seluruh Bali. Namun karena pandemi ada berbagai pembatasan, mungkin mereka yang dari luar Gianyar enggan sekolah jauh," ujarnya.

Faktor lain yang menurunkan minat siswa baru berskeolah ke sekolah ini, karena sempat muncul isu sebagian lahan Kokar akan dibangun SMAN 2 Sukawati. "Saat wacana itu muncul, banyak orangtua siswa menjadi ragu. Awalnya kami dapat 187 siswa baru, berkurang jadi 145. Hal ini membuat kami gelisah, sehingga langsung menghadap Gubernur Bali agar sekolah seni yang berjasa mengajegkan seni budaya Bali ini tidak diutak-atik lagi," ungkapnya.

Akhirnya kini, SMKN 3 Sukawati tetap seperti sekolah Kokar. Sementara itu, rencana SMAN 2 Sukawati mengambil lahan di aset Pemprov Bali di lokasi lain. Sebagai praktisi seni, Gung Aji Saba mengatakan Kokar harus tetap eksis dan hidup sebagai sekolah seni yang melahirkan maestro-maestro seni di Bali. Sekolah yang membawa nama harum Bali di luar negeri lewat seni. ‘’Semestinya, Kokar mendapatkan perhatian khusus,’’ jelasnya.7nvi

Komentar