nusabali

DPRD Bali Dorong Masifkan Sosialisasi Isolasi Terpusat

Pasokan Oksigen ke Buleleng Tak Lagi Transit di Denpasar

  • www.nusabali.com-dprd-bali-dorong-masifkan-sosialisasi-isolasi-terpusat

DENPASAR, NusaBali
Masih banyaknya masyarakat yang positif Covid-19 melakukan isolasi mandiri (Isoman) di rumah membuat kekhawatiran banyak pihak.

Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Gusti Putu Budiarta alias Gung De di Denpasar, Sabtu (31/7) mendorong masyarakat yang positif Covid-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala supaya mau melakukan isolasi terpusat. Pemerintah pun didorong supaya memasifkan sosialisasi pola isolasi terpusat ini.

Menurut Gung De, isolasi terpusat akan mencegah terjadinya penularan Covid-19 dari klaster keluarga. Karena masuknya varian delta di Bali juga menjadi tingkat penularan tinggi dari Covid-19. 

"Apalagi dengan varian baru saat ini,  klaster keluarga akan mendominasi. Maka solusinya para pasien yang positif Covid-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala bisa ke isolasi terpusat yang disiapkan pemerintah," ujar politisi PDIP yang juga Bendesa Adat Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan ini.

Ditegaskan Gung De, saat ini perlu edukasi yang masif terhadap masyarakat yang isoman di rumah. Bahwa isolasi terpusat itu lebih aman. "Saya yakin selama ini pemerintah daerah dan Satgas Covid-19 sudah maksimal menangani masyarakat yang isolasi terpusat. Untuk itulah masyarakat yang isoman di rumah bisa mengikuti program isolasi terpusat. Karena lebih aman dan terjamin layanan kesehatannya. Perlu edukasi yang masif," tegas Gung De.

Selama ini ada pemahaman bahwa isolasi terpusat atau di rumah sakit rujukan itu tidak nyaman. Sehingga membuat masyarakat paranoid duluan. "Kalau sudah diberikan edukasi mereka pasti paham. Kita kan punya sistem banjar di desa adat," tegas Ketua Depercab DPC PDIP Denpasar ini. Sementara Wakil Ketua Komisi IV DPRD Bali dari Fraksi Gerindra, I Wayan Disel Astawa secara terpisah mengatakan saat ini banyak yang memilih isoman karena kekhawatiran di isolasi terpusat tidak mendapatkan pelayanan maksimal. Sehingga masyarakat paranoid duluan.

 "Pemerintah harus menyiapkan maksimal layanan di isolasi terpusat. Sehingga masyarakat tidak khawatir ketika masuk isolasi terpusat," ujar Ketua DPC Gerindra Badung ini.
Disel Astawa mendapatkan aspirasi dari masyarakat di Badung banyak yang memilih isoman di rumah karena rumah sakit penuh. Saat datang ke rumah sakit, mereka harus menunggu karena kapasitas rumah sakit sudah penuh. "Tetapi banyak juga yang khawatir di desa-desa adanya pasien isoman. Karena kalau tidak disiplin bisa menularkan virus ke mana-mana. Klaster keluarga makin meningkat. Ini makin dilematis," ujar politisi yang juga Bendesa Adat Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung ini.

Kata Disel Astawa, kalau memang isoman di rumah sendiri bagi yang positif harus melaksanakan dengan disiplin. Pemerintah juga memberikan obat-obatan gratis. 

"Kita harapkan ada bantuan bagi masyarakat yang isoman. Sebab mereka banyak yang juga menjadi tulang punggung keluarga. Satu sisi harus isoman, satu sisi harus menghidupi keluarga. Ya harus ada bantuan sembako misalnya. Obat-obatan gratis dan layanan medis," ujar Disel Astawa. Soal sosialisasi isolasi terpusat, Disel Astawa menyebutkan untuk meyakinkan mereka yang isoman juga perlu sosialisasi masif. "Kalau terjadi darurat kan sangat berisiko. Maka isolasi terpusat tetap jadi. Dengan catatan pemerintah benar-benar siap dengan fasilitas layanan kesehatan di isolasi terpusat," tegas mantan Anggota DPRD Badung dua periode ini.

Sementara untuk menjamin ketersediaan pasokan oksigen cair di Buleleng, skema distribusinya akan berubah mulai pekan depan. Pengiriman oksigen cair dari pemasok di Jawa Timur akan langsung ke Buleleng. Pengiriman langsung ini akan membuat Buleleng mendapatkan jatah oksigen cair yang sama dengan Denpasar dan Badung.

Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng, Gede Suyasa, Sabtu kemarin mengungkapkan hingga saat ini pasokan oksigen sudah terkendali dan batas aman. Namun kondisi saat ini menurutnya harus terus dijaga, sehingga tak terjadi krisis seperti pada pekan ketiga Juli lalu.

Krisisi yang dialami RSUD Buleleng untuk memenuhi kebutuhan oksigen saat itu, karena terjadi lonjakan kasus di Pulau Jawa. Selain itu distribusi oksigen yang sebelumnya langsung dari Jawa Timur ke Buleleng, karena kelangkaan transit di Denpasar. Satgas Provinsi pun mengatur distribusi oksigen yang didapatkan Buleleng setelah didistribusikan ke wilayah Denpasar dan Badung.

“Jadi mulai minggu depan pengiriman langsung dari Jawa Timur ke Buleleng, dengan kendaraan khusus mengangkut gas cair. Tidak perlu transit di Denpasar dulu sehingga lebih efesien waktu,” ucap Suyasa yang juga Sekda Buleleng ini. Skema baru itu diyakini Suyasa lebih menjaminkan suplai oksigen ke Buleleng.

Sedangkan kondisi hari ini (kemarin), ketersediaan oksigen di RSUD Buleleng yang merupakan rumah sakit rujukan Covid-19 dalam status aman. Pasokan oksigen yang tersedia saat ini disebutnya cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dua hari ke depan.

Sementara itu rencana usulan generator oksigen oleh RSUD Buleleng, untuk menyakinkan ketersediaan oksigen tabung, diamini Suyasa. Pengadaan mesin pemroduksi oksigen ini sangat dimungkinkan dan dibiayai dari dana Belanja Tak Terduga (BTT). “Kalau dari BTT sangat bisa, sudah dibicarakan kemarin dengan Dirut. Hanya saja kalau ini ada tetap harus pengadaan yang cair dari rekanan untuk pasien bergejala berat. Karena produksi oksigen dari alat itu hanya untuk oksigen tabung. Tetapi tetap bisa membantu,” imbuh mantan Administrasi Umum Setda Buleleng ini.

Dia pun mengaku saat ini masih menunggu usulan dari RSUD Buleleng, yang sedang menyusun Rencana Anggaran Belanja (RAB), untuk jumlah anggaran yang diperlukan. 7 nat, k23

Komentar