nusabali

Kronologis Bentrok Versi Korban Selamat Jero Dolah

  • www.nusabali.com-kronologis-bentrok-versi-korban-selamat-jero-dolah

DENPASAR, NusaBali
Korban selamat dalam bentrokan di Simpang Jalan Gunung Patuha VI-Jalan Gunung Kalimutu kawasan Monang Maning wilayah Banjar Sanga Agung, Desa Tegal Arum, Kecamatan Denpasar Barat, Jumat (23/7) sore pukul 15.00 Wita, Ketut Widiada alias Jero Dolah, 37, buka suara terkait kronologis bentrokan maut yang menewaskan adik kandungnya, Gede Budiarsana, 34.

Jero Dolah menegaskan bentrokan ini murni urusan debitur dan kreditur terkait kredit macet sepeda motor Lexi DK 2733 ABO.

Kronologis bentrokan maut tersebut dipaparkan Jero Dolah saat menggelar jumpa pers di salah satu warung makan kawasan Denpasar Barat, Senin (26/7) siang. Dalam jumpa pers kemarin, korban selamat asal Kubutambahan, Buleleng ini didampingi tim penasihat hukumnya yang dikomandoi Putu Pastika Adnyana.

Menurut Jero Dolah, kasus ini adalah murni urusan debitur dan kreditur terkait kredit macet motor Lexi DK 2733 ABO. Motor tersebut sebetulnya bukan milik Jero Dolah maupun adiknya yang tewas ditebas, Gede Budiarsana. Tapi, motor yang kreditnya macet tersebut adalah milik Doni, teman Gede Budiarsana. Kemudian, motor ini dipinjam oleh Jero Dolah.

Jero Dolah membeberkan, Jumat siang sekitar pukul 14.00 Wita, ada 4 orang debt collector mendatangi tempat kosnya di Jalan Kubuanyar Gang Satria I Nomor 15 Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta, Badung. Siang itu, Jero Dolah sedang tidur, lalu dibangunkan oleh istrinya karena dicari 4 orang dari jasa penarikan motor kredit macet.

Setelah dibangunkan istrinya, Jero Dolah pun menghampiri 4 orang debt collector yang belakangan diketahui anak buah dari Benny Bakarbessy. Keempat orang tak dikenalnya itu menanyakan motor Lexi DK 2733 ABO untuk ditarik, karena kreditnya bermasalah. 

Saat itu, Jero Dolah bilang kepada 4 orang tersebut bahwa motor Lexi DK 2733 ABO adalah motor pinjaman. Namun, keempat orang itu paksa untuk menarik motor tersebut. Mereka berdalih itu sudah perintah dari kantor untuk ditarik. Jero Dolah terus mempertahankan motor tersebut, karena merupakan kendaraan milik teman adiknya bernama Doni. 

"Waktu itu saya tanya, ada surat tugas fidusia? Mereka balik tanya surat apa itu? Saya bilang surat putusan pengadilan," papar Jero Dolah, yang saat jumpa pers kemarin kepalanya masih diperban kain putih karena luka akibat dikeroyok debt collector.

Karena ditanya demikian, satu dari 4 orang debt collector tersebut telepon sang bos, Benny Benny Bakarbessy. Melalui telepon, Benny memerintahkan untuk tetap melakukan penarikan motor. Lalu, Jero Dolah kembali mengatakan motor itu bukan miliknya. “Kalau mau ditarik, biar pemiliknya tahu,” kenangnya.

Kemudian, salah seorang debt collector menelepon temannya bernama Joe. Melalui telepon itu, Joe minta lakukan penarikan. "Saya dengar Joe bilang kepada temannya, kamu butuh uang nggak? Tarik saja, bawa ke kantor," cerita Jero Dolah.

Setelah berdebat panjang, akhirnya Jero Dolah diajak ke Kantor PT Beta Mandiri Multi Solusien yang merupakan markas dari keempat debt collector pimpinan Benny di Jalan Gunung Patuha Gang VII Banjar Sanga Agung, Desa Tegal Arum, Kecamatan Denpasar Barat. 

Jero Dolah mengaku saat itu situasinya belum tegang. Bahkan, saat ke kantor PT Beta Mandiri Multi Solusien, Jero Dolah membonceng salah satu dari 4 debt collector yang mendatangi kosnya. Sambil jalan naik motor berboncengan, Jero Dolah singgah ke tempat kos adiknya, Gede Budiarsana, yang juga di kawasan wisata Kuta, untuk diajak ikut.

Setibanya di markas debt collector pimpinan Benny itu, Jero Dolah dan korban Gede Budiarsana langsung digiring masuk parkir ke dalam. Saat itu, sudah ada banyak orang menunggu di sana. "Saat itu saya tidak punya firasat akan terjadi perkelahian. Karena niat saya dan adik saya datang ke sana untuk menyelesaikan permasalahan motor yang hendak ditarik paksa itu. Salah satunya, minta keringanan," cerita Jero Dolah dengan suara terbata-bata. 

Menurut Jero Dolah, setibanya di markas debt collector tersebut, dia dan adiknya disuruh duduk di depan kantor. Di situ ada kursi dan meja. Saat Jero Dolah dan adiknya duduk, orang yang sebelumnya dibonceng dari tempat kosnya tetap berdiri. Saat itu, mereka dilayani oleh Joe. 

Kepada Joe, Jero Dolah menanyakan apa solusi dari permasalah motor yang kreditnya macet itu. Joe bilang bahwa motor itu bermasalah. Jadi, solusinya ditarik. Mendapat jawaban itu, Gede Budiarsana menanyakan surat putusan pengadilan. Joe balik membentak Gede Budiarsana dengan bertanya surat apa itu? Terjadilah ketegangan antara Joe dan Gede Budiarsana. 

Saat ketegangan itu, Jero Dolah hendak merekam kejadian dengan HP. Beberapa orang debt collector melarangnya dan berusaha merampas HP Jero Dolah. “Saat terjadi ketegangan itu, keluarlah Benny dari dalam rumahnya dengan membawa sejumlah senjata pedang sembari berteriak, bunuh!’,” tutur Jero Dolah.

Melihat bos debt collector tersebut membawa pedang, Jero Dolah berusaha merebut salah satu senjata tajam dari tangan Benny yang hendak menebasnya. Kemudian, Jero Dolah berusaha kabur, sementara Gede Budiarsana memukuli Joe. 

"Saat itu saya dihajar pakai kursi pada bagian kepala sampai jatuh. Saya bangun, kepala saya dihajar lagi pakai helm. Karena dikeroyok banyak orang, saya dan adik saya berusaha kabur," kata pria berusia 37 tahun ini.

Setelah terjadi perkelahian di markas debt collector itu, Jero Dolah dan Gede Budiarsana kabur ke arah selatan. Sementara, sekitar 20 orang yang mengejar mereka, sebagian bersenjata pedang. Begitu tiba di Simpang Jalan Gunung Patuha VI-Jalan Gunung Kalimutu Monang Maning, Jero Dolah minta bantuan kepada seorang pemotor. Dia pun selamat dari serangan pasukan debt collector. Sebaliknya, sang adik Gede Budiarsana berusaha menyelamatkan diri dengan melompat ke atas salah satu mobil Pick Up. "Saat itu saya pergi cari teman. Ternyata saat saya balik, adik saya sudah sekarat di tengah jalan dalam kondisi luka parah,” ujarnya.

Menurut Jero Dolah, dirinya tidak menyangka akan terjadi peristiwa seperti itu. “Kalau kami saat itu niatnya mau menyerang, tentu bawa senjata. Tapi, kami saat itu sama sekali tidak bawa senjata. Kami datang ke markas debt collector itu untuk menyelesaikan masalah.”

Jero Dolah mengaku sangat bersyukur bisa selamat dari maut, meskipun dalam kondisi terluka. Ada 20-an orang yang mengejar Jero Dolah dan adiknya. Ada yang kejar pakai 3 motor berboncengan, semuanya bersenjata pedang. "Meski bersyukur selamat, saya sangat terpukul dengan kejadian ini. Adik saya punya 3 anak, kalau saya punya 5 anak,” kata Jero Dolah.

Sementara itu, kuasa hukum Jero Dolar, Putu Pastika Adnyana, menegaskan tidak benar kliennya melakukan penyerangan ke Kantor PT Beta Mandiri Multi Solusion pimpinan Benny. Menurut Pastika Adnyana, maksud dan tujuan Jero Dolah bersama korban Gede Budiatrsana ke markas debt collector itu hanya untuk minta keringanan. 

"Otak pelaku bukan Wayan Sinar saja. Tetapi, Benny yang memberikan perintah untuk melakukan pembunuhan. Kami apresiasi langkah kepolisian dengan cepat melakukan penangkapan terhadap para pelaku. Kami akan gugat PT Beta Mandiri yang mempekerjakan para pelaku," tandas Pastika Adnyana. 7 pol

Komentar