nusabali

Bisnis Peralatan Upacara 'Melambat'

Kondisi Ekonomi Berat

  • www.nusabali.com-bisnis-peralatan-upacara-melambat

DENPASAR,NusaBali
Berkurangnya aktivitas adat dan keagamaan seperti upacara perkawinan, piodalan dan lainnya berimbas terhadap bisnis jual beli peralatan dan perlengkapan upacara.

Mulai dari janur, buah kelapa  perabotan lain, keben, dulang hingga uang kepeng, sampai jejahitan (rangkaian janur). “Terasa memang suasananya sepi,” ujar Ni Nyoman Obi, seorang pedagang peralatan upacara di Sukawati, Kamis (22/7).

Dia menunjuk  aneka perabotan dan peralatan upacara yang dijualnya. Jika kondisi normal, Juli-Agustus  merupakan moment ramai penjualan peralatan upacara. Hal tersebut karena  antara Juli-Agustus merupakan sasih (musim) upacara Ngaben.

Namun tidak demikian pada sasih ngaben kali ini, pembelian dirasakan tidak ramai. “Memang ada perabotan  satu dua yang laku. Tidak banyak,” ujarnya. Diduga karena  pelaksanaan upacara Ngaben lebih banyak digelar secara sederhana berimbas juga pada pembelian peralatan upacara ngaben. “Mungkin juga karena orang lebih mengirit, karena kondisi ekonomi berat,” ujarnya.

Demikian juga dengan upacara perkawinan  banyak yang dilangsungkan secara sederhana, tanpa resepsi. Hal itu tentu berpengaruh  terhadap pengadaan keperluan perabotan.

“Jadi ikut berkurang,” ujarnya  berharap pandemi Covid-19  segera berakhir.  “Semoga Corona cepat berlalu, sehingga pasaran kembali ramai,” ujarnya.

Kalangan pengamat ekonomi menyatakan bisnis peralatan upacara memberi dampak signifikan pada geliat perekonomian di Bali. Hal tersebut karena memang kegiatan sosial adat dan keagamaan di Bali membutuhkan piranti atau peralatan upakara.

Karena itu jika aktivitas sosial adat dan keagamaan ‘mandeg’ akan berdampak pada geliat perekonomian Bali. “Perekonomian itu jalan, jika ada aktivitas,” ujar guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Ida Bagus Raka Suardana.

Seberapa besar dampaknya, kata Raka  Suardana tentu tidak bisa dinyatakan serta merta, tanpa penelitian. Namun fakta di lapangan, dampak tersebut sudah bisa disaksikan dan diamati langsung pandemi tersebut berimbas pada aktivitas  masyarakat. Di Bali, salah satunya adalah berkurangnya atau  penyelenggaraan upacara adat dan keagamaan lebih sederhana. “Saya pikir cukup signifikan dampaknya,” ucapnya. *K17

Komentar