nusabali

Penduduk Miskin di Bali Bertambah 5.000an Orang

  • www.nusabali.com-penduduk-miskin-di-bali-bertambah-5000an-orang

DENPASAR, NusaBali.com – Guncangan pandemi berkepanjangan membuat angka kemiskinan di Bali terus bertambah. Data terakhir per bulan Maret 2021, jumlah orang miskin di Bali sebanyak 201,97 ribu orang atau 4,53 persen dari jumlah penduduk.

Angka ini pun menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan September 2020, yakni 196,92 ribu orang atau sebesar 4,45 persen jumlah penduduk. Artinya, terjadi penambahan 5,05 ribu orang atau kenaikan 0,08 persen.

“Jadi kalau kita lihat perkembangan dari bulan September 2020 ke Maret 2021 terjadi sedikit kenaikan untuk angka kemiskinan di Provinsi Bali,” terang Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Hanif Yahya pada saat rilis data secara daring, Kamis (15/7/2021).

Hanif mengatakan bahwa kenaikan angka kemiskinan cukup rendah, namun ia mengingatkan angka tersebut masih mengindikasikan jumlah penduduk miskin di Bali yang relatif cukup banyak. Ia memperkirakan pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap peningkatan angka kemiskinan di Bali.

Lebih jauh, dari jumlah peningkatan penduduk Bali yang miskin tersebut, sebagian besar merupakan penduduk di pedesaan yakni dengan peningkatan 0,12 persen, dari 5,40 persen di bulan September 2020 ke 5,52 persen di bulan Maret 2021. Sementara untuk penduduk di perkotaan, terjadi peningkatan sebesar 0,08 persen, dari 4,04 persen di bulan September 2020 ke 4,12 persen di bulan Maret 2021.

“Dengan demikian masih kita lihat bagaimana jarak antara kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan masih relatif tinggi untuk Provinsi Bali,” ujar Hanif

Menurut Hanif, inflasi pada sekitar bulan Maret 2021, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penduduk miskin di wilayah pedesaan Bali.

Dalam rilis tersebut dijelaskan pula komoditas yang ikut menyumbang garis kemiskinan yang ada di Bali. Untuk di daerah perkotaan komoditas makanan yang paling berpengaruh terhadap garis kemiskinan di Bali adalah komoditas beras yakni sebesar, 26,59 persen, diikuti daging ayam, rokok kretek, telur ayam, dan cabe rawit. Sementara komoditas bukan makanan meliputi, perumahan, 10,69 persen, diikuti bensin, upacara agama, listrik, dan pendidikan.

Demikian pula pada penduduk pedesaan, komoditas makanan yang paling berpengaruh terhadap garis kemiskinan berturut-turut adalah beras sebasar 30,52 persen, diikuti rokok kretek, daging ayam, cabe rawit, dan telur rebus. Sementara pada komoditas bukan makanan, meliputi perumahan sebesar 11,18 persen, diikuti bensin, upacara agama, listrik, kayu bakar.

Sementara untuk tingkat kedalaman kemiskinan (P1) di Bali sendiri juga mengalami peningkatan sebesar 0,072, yakni dari 0,610 pada September 2020 ke 0,682 pada Maret 2021. “Kedalaman kemiskinan merupakan rata-rata jarak antara pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan, artinya semakin tinggi nilai indeks keparahan kemiskinan maka semakin jauh rata-rata jarak pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan,” terang Hanif.  

Indikator lainnya, yakni tingkat keparahan kemiskinan (P2) juga mengalami peningkatan. Pada bulan September 2020 tingkat keparahan kemiskinan sebesar 0,123 menjadi 0,154 pada Maret 2021. Jumlah tersebut meningkat sebesar 0,031. Tingkat keparahan kemiskinan, untuk diketahui, merupakan variasi pengeluaran di antara orang miskin, dengan kata lain makin tinggi tingkat keparahan kemiskinan maka semakin bervariasi pengeluaran antara penduduk miskin.

Sementara itu untuk di tingkat nasional sendiri, peningkatan jumlah angka kemiskinan penduduk Bali tersebut, tidak mengubah posisi Bali sebagai provinsi yang paling sedikit persentasenya jumlah penduduk miskinnya. Dengan tingkat kemiskinan sebesar 4,53 persen, Bali masih berada di atas peringkat kedua, DKI Jakarta, dengan tingkat kemiskinan sebesar 4,53 persen. Sementara provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi masih dipegang Provinsi Papua yakni dengan tingkat kemiskinan sebesar 26,86 persen. *adi

Komentar