nusabali

Duel di Persimpangan Catenaccio vs Kick and Rush

Final Itala vs Inggris

  • www.nusabali.com-duel-di-persimpangan-catenaccio-vs-kick-and-rush

LONDON, NusaBali
Inggris akan menjamu Italia pada duel final Euro 2020, di Stadion Wembley, London, Senin (12/7) dinihari, pukul 03.00 WITA.

Dipastikan laga tersebut berlangsung penuh kehati-hatian dari kedua tim. Di awal laga kedua tim saling mengukur kekuatan, sebelum adu serangan bila salah satunya kemasukan gol. Terlepas itu semua, laga puncak Euro 2021 diprediksi pertandingan antargaya sepakbola berbeda dan pendekatan taktis menarik. Duel di persimpangan strategi dan taktik tradisional kedua tim, catenaccio vs kick and rush.

Sebelumnya, sepakbola memiliki ideolog-ideolognya sendiri, yang menegaskan bahwa pendekatan tertentu menjadi cara yang tepat dalam memainkan pertandingan. Tim-tim Inggris selama ini dikenal memiliki gaya kick and rush, yang akhirnya mempengaruhi tim nasionanya. Sedangan Italia sangat kental memiliki gaya catenaccio, yang identik dengan pertahanan gerendel dan serangan balik mematikan.

Namun kini evolusi permainan sepakbola mulai berubah. Dengan cara yang berbeda satu sama lain, baik The Three Lions dan Gli Azzurri mulai melepaskan diri dari gaya khasnya,  yang jadi stereotip yang melekat pada mereka dan muncul lagi dalam berbagai komentar seputar turnamen besar.

Ya, Italia mengalami perubahan di bawah pelatih Roberto Mancini dan menjadi tim yang memainkan sepakbola berenergi tinggi, menekan, dan memburu serangan sebanyak mungkin begitu memenangkan bola. Tim Mancini meninggalkan gaya catenaccio, yang pertama kali dimainkan dan meroketkan Inter Milan di bawah Helenio Herrera pada 1960-1968.

Kecintaan Italia dalam bertahan masih terlihat dari duek bek senior Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci. Namunsistem ini dibangun atas dasar pendekatan energi tinggi bersama kedua bek sayap yang sering overlapping (tumpang tindih) dan penggunaan secara cerdas saluran dalam dimana Lorenzo Insigne dan Federico Chiesa terhubung dengan sangat baik dengan penyerang tengah Ciro Immobile.

Ini adalah brand sepakbola cepat, positif dan menghibur yang didukung para pemain Italia yang terlihat paling segar dan paling bugar dalam turnamen itu. Racikan Mancini itu tak lepas dari latar belakang Mancini, saat muncul sebagai pemain, baik di Italia, mulai dari Bologna (1981-1982), Sampdoria (1982-1997), dan Lazio (1997-2001), sepakbola sudah tumbuh menjadi industri.

So, sepakbola harus menghibur dan menyerang. Hal itu atas tuntutan permainan atau tontonan menghibur, yang dimanefestasikan banyak gol tercipta. Saat jadi pelatih, baik di Italia, Turki, Inggris, dan Rusia, Mancini terkenal sebagai sosok yang senang bereksperimental. Hasilnya terlihat di Timnas Italia, yang sebelumnya terpuruk karena gagal tampil di Piala Dunia 2018 dan Euro 2016.  

"Ada rasa memiliki yang besar, kami semua tahu betapa pentingnya jersey ini dan betapa pentingnya untuk tampil baik setelah mencapai titik terendah dengan tidak lolos ke Piala Dunia 2018. Ini tugas kami untuk penebusan dosa itu, yakni mengambil trofi juara," kata striker Andrea Belotti, kepada UEFA.com.

Sementara itu, stereotip sepakbola Inggris selalu fokus pada gaya kick and rush. Gaya itu menjunjung tinggi komitmen dan etos kerja serta gaya fisikalnya yang langsung. Namun pandangan itu juga sudah ketinggalan zaman, karena miskin kreasi dan bahkan tanpa prestasi. Perlu dicatat Inggris hanya pernah sekali juara Piala Dunia saat jadi tuan rumah pada 1966. Inggris tak pernah juara bahkan sekalipun masuk final Piala Eropa.

Namun saat ini The Three Lions memasuki turnamen ini dengan sederet gelandang serang yang terampil dan pemain sayap yang memiliki potensi memainkan sepakbola cepat yang mengalir dan kreatif. Meski manajer Gareth Southgate pada dasarnya berhati-hati dan pragmatis dengan memainkan pola tradisional 4-4-2.

Namun kemenangan 4-0 atas Ukraina pada perempatfinal lalu, memperlihatkan Inggris bermain bebas dan panik begitu memimpin dua gol. Sayangnya, Inggris kembali keteteran saat akan mengadopsi pendekatan itu dalam semifinal lawan Denmark, Kamis (8/7) dinihari Wita. Meski menang Sothgate kembali mempraktikkan pengendalian laga yang hati-hati. Akibatnya, Inggris diuntung gol penalti gaib untuk meraih kemenangan 2-1 atas The Danish Dynamit.

Gaya Inggris mungkin paling tepat digambarkan sebagai perpaduan antara struktur pertahanan yang solid dan prioritas penguasaan bola. Sedangkan kreativitas sebagian besar diserahkan kepada tiga pemain depannya, yakni Harry Kane, Rahim Sterling dan pemain muda Bukayo Saka..

Meski demikian, full-back Inggris Kyle Walker menyatakan timnya akan mengerahkan segala kekuatan untuk mengalahkan Gli Azzurri. Walker pun bertekad akan membongkar pertahanan gerendel Inggris. "Masih ada satu pintu lagi untuk dirobohkan dan saya meyakinkan Anda bahwa masing-masing dari kami akan memberikan segalanya untuk memastikan kalau kami akan bisa merobohkan pintu terakhir itu lawan Italia di final,"kata bek Manchester City itu. *

Komentar