nusabali

Angkat Persoalan Sampah Upakara Jadi Energi Terbarukan

Siswa SMAN Bali Mandara Raih Perak Lomba KIR Internasional

  • www.nusabali.com-angkat-persoalan-sampah-upakara-jadi-energi-terbarukan

SINGARAJA, NusaBali
Siswa SMAN Bali Mandara kembali mengukir prestasi pada masa pandemi. Tak tanggung-tanggung dua siswanya yang tergabung dalam satu tim, berhasil menyabet medali perak di ajang kompontensi Karya Tulis Ilmiah (KIR) tingkat internasional pertengahan Juni lalu.

Mereka mengangkat persoalan sampah upakara di Bali yang diinovasikan menjadi energi terbarukan. Kedua siswa tersebut yakni Ni Kadek Karina Dewi, 18, dan Komang Putri Marta Armayani, 17. Dua dara manis ini mengangkat judul penelitian Optimizion of Bio-oil and Biochar From Pyrolyasis of Upakara Waste as Energi, pada ajang International Invention and Innovative Competition (IINIC) series 1/2021, yang diselenggarakan secara daring.

Sebelumnya siswi kelas XII ini dengan penelitian yang sama pada Bulan April 2021 lalu mengikuti ajang lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Indonesia Scientific Society (ISS)  dan KIR SMA Regina Pacis Bogor. Karima dan Marta pun diputuskan dewan juri sebagai juara dengan peraihan emas dan grand award. Keberhasilan tersebut menghatarkan mereka melaju ke ajang IINNIC.

Guru Pembina I Wayan Madiya dihubungi via telepon Kamis (1/7) kemarin mengatakan Marta dan Karina dengan penelitian yang sama, sudah sempat berjuang di sejumlah kejuaraan. Namun masih gagal dan baru berhasil meraih juara tahun ini. “Karya energi terbarukan dari sampah upakara yang diinovasikan dua siswa kami ini sudah dihasilkan lama. Sempat ikut ajang penelitian dua kali gagal, kemudian diperbaiki kelemahannya, evaluasi kekurangannya, sehingga kemarin lolos, tidak nyangka juga dapat dua medali sekaligus. Karena dapat grand award, mereka berhak maju ke ajang IINIC dan dapat medali perak,” kata Madiya.

Persiapan mereka untuk mengikuti ajang internasional ini pun cukup singkat, terutama untuk menyiapkan dan mengubah karya tulis dalam bahasa inggris. Seluruh kegiatan lomba dilakukan secara daring dengan puluhan peserta dari berbagai negara.

Kedua siswa berbakat ini menyebut mendapat ide untuk membuat penelitian ilmiah tersebut, karena melihat permasalahan lingkungan sekitar. Banyak limbah upakara yang terdiri dari sampah organik tak ditanggulangi maksimal dan hanya dibuang begitu saja. Padahal dapat menjadi sarang nyamuk.

Setelah melakukan penelitian sederhana, limbah upakara tersebut dapat menjadi sumber energi yang sangat berpotensi dikembangkan menjadi energi terbarukan. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin sampah upakara kemudian diolah dengan sistem pirolisis menjadi Bio-oil (produk cair) dan Biochar (arang padat) melalui proses pirolisis.

Dari hasil penelitian sederhana mereka bio-oli yang berbentuk cair dapat menjadi bahan bakar pengganti solar, namun masih memerlukan proses lebih lanjut. Selain itu kandungan phenol dari hasil destilasinya dapat juga disebut dapat membantu industri farmasi. Sedangkan Biocharna dapat dimanfaatkan menjadi biopellete pengganti batu bara serta media tanam penyubur tanaman.

“Pengujian dengan hasil bahan bakar alternatif berupa produk cair masih memerlukan proses pemurnian lebih lanjut jika memang difokuskan untuk bahan bakar, karena hasil destilasinya masih mengandung beberapa senyawa,” kata Madiya.

Selain prestasi internasional, satu tim lainnya juga berhasil merebut medali emas pada ajang penelitian imliah yang diselenggarakan oleh Astra. Tim penyabet juara nasional itu adalah I Nyoman Sudanta dan Ni Luh Ade Sinta Dewi. Mereka mengajukan ide pikiran merak sebagai bahan penelitian yakni Inovasi PV-AGRI PUMP. Alat tersebut merupakan Inovasi pompa air bertenaga surya dengan keunikan smart system yang dapat mengatur nyala dan mati pompa secara otomatis. Inovasi tersebut diangkat dari persoalan irigasi pertanian di desa asal Nyoman Sudanta di wilayah Kabupaten Bangli.

Dalam ajang tersebut yang pengumuman pemenangnya dilakukan pada 14 Juni lalu, SMAN Bali Mandara mengirimkan 5 tim penelitinya. Setelah dilakukan seleksi di babak penyisihan dari 50 besar hanya satu tim yang lolos ke babak final. “Mereka baru sebatas mengirimkan abstrak dan proposal dan prototype ide, selanjutnya akan peluang kerjasama implementasi rancangan ide menjadi alat oleh penyelenggara,” ucap Madiya.

Peraihan prestasi anak didiknya disebut Madiya bukan perjuangan yang mudah. Bahkan anak-anak berpretasi ini sempat didatangkan ke sekolah untuk menjalani pembinaan dan juga persiapan persyaratan lomba. “Kami sempat melakukan pembinaan langsung di sekolah, karena perlu persiapa matang seperti juara nasional ini mereka harus menyiapkan video project, slide presentasi sementara mereka terkendala komputer di rumahnya, sehingga kami fasilitasi di sekolah dengan penerapan prokes,” imbuh guru pembina ini.

Pembinaan tak kenal waktu juga dilakukan kepada anak didiknya untuk terus memotivisi memberikan semangat menghasilkan produk terbaik. Selain pembinaan langsung, pembinaan melalui WhatsApp jika memerlukan konsultasi diatas pukul 22.00 wita. Dia pun selalu menekankan kepada anak didiknya situasi pandemi tidak menjadisebuah penghalang untuk tetap berinovasi dan berprestasi. *k23

Komentar