nusabali

Rumah Bisabilitas Jadi Ruang Berbaur Penyandang Disabilitas dan Non-Disabilitas

  • www.nusabali.com-rumah-bisabilitas-jadi-ruang-berbaur-penyandang-disabilitas-dan-non-disabilitas

DENPASAR, NusaBali.com - Kota Denpasar memiliki beberapa komunitas yang mewadahi para penyandang disabilitas di daerahnya. Salah satunya adalah Rumah Bisabilitas, yang ingin merangkul seluruh penyandang disabilitas, baik disabilitas fisik maupun disabilitas mental.

Rumah Bisabilitas didirikan pada 20 Desember 2019, merupakan fasilitas yang dipersembahkan oleh Koordinator Kesejahteraan Sosial Kota Denpasar (K3S) untuk  para difabel, khususnya di Kota Denpasar.

Ketua Rumah Bisabilitas, AA Gde Adiputra, 51, mengatakan bahwa Rumah Bisabilitas merupakan ruang kreasi atau ruang pemberdayaan bagi kaum difabel. Selain itu, tekannya, Rumah Bisabilitas menjadi ruang berbaur dan bertoleransi antara kaum difabel dan non difabel.

Ketika ditemui di Rumah Bisabilitas, Jalan Kamboja Nomor 4, Denpasar, Kamis (1/7/2021), dengan antusias, Gung Adi, demikian ia biasa disapa, menunjukkan setiap karya-karya para difabel yang dipajang di dalam ruangan Rumah Bisabilitas. Tampak ada dulang yang sangat cantik, tanaman hias, kain yang digambar indah, lukisan yang terlihat realis, pakaian yang dijahit dengan rapi, dan kerajinan lainnya karya para difabel di Rumah Bisabilitas.


Selain berbagai karya seni yang dibuat para difabel, Adiputra juga menunjukkan usaha UMKM yang digeluti oleh difabel di Rumah Bisabilitas. Ia menuturkan salah satu bentuk pemberdayaan kaum difabel adalah mengajarkan jiwa enterpreneurship.

Sebagai contoh adalah kantin yang berada di Rumah Bisabilitas dikelola oleh difabel yang tentu juga mendapat pendampingan. Pendampingan di sini juga sebagai bentuk strategi dalam memberdayakan kaum difabel. Ia mencontohkan, kantin yang ada di Rumah Bisabilitas dikelola oleh difabel yang dibantu oleh orang tuanya yang bukan difabel.

“Jadi mereka tidak dilepas begitu saja. Misalnya dikerjasamakan dengan orang tuanya, sehingga bisa saling bantu menutupi kekurangan masing-masing,” terang Adiputra.

Ia menambahkan bahwa semua fasilitas di Rumah Bisabilitas dapat digunakan secara cuma-cuma oleh kaum difabel, tinggal bagaimana mereka merawatnya saja. Mulai dari tempat, peralatan, semua merupakan bentuk dukungan kepada kaum difabel.

Sementara itu ia juga mengingatkan bahwa Rumah Bisabilitas digagas untuk menjadi ruang inklusif bukannya eksklusif bagi kaum difabel. Karena itu Rumah Bisabilitas sangat terbuka untuk dikunjungi oleh masyarakat umum yang non difabel.

“Pengunjung di sini kan juga kebanyakan masyarakat umum (non difabel). Mereka bisa bertemu di sini dengan kaum difabel. Harapan kita ini menjadi edukasi untuk saling menghargai, non difabel menghargai difabel, dan sebaliknya,” ujar Adiputra.  

Akhirnya Adiputra juga menekankan bahwa Rumah Bisabilitas ingin berkolaborasi dengan berbagai komunitas difabel yang telah lebih dahulu ada.

Banyak kaum difabel yang tergabung dalam Rumah Bisabilitas juga sekaligus tergabung di komunitas-komunitas difabel lainnya. Ia sama sekali tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut. Adiputra justru ingin menciptakan kolaborasi dengan komunitas-komunitas lainnya sehingga nantinya muncul pemikiran-pemikiran baru, untuk lebih memberdayakan difabel itu sendiri.

“Di sini mungkin ada kesempatan yang tidak didapat di tempat lain, sebaliknya di sana juga ada fasilitas yang mungkin di sini tidak ada. Jadi saya tidak ingin rebutan anggota, kita bentuk kolaborasi sehingga bisa saling melengkapi,” pungkas Gung Adi.  *adi

Komentar