nusabali

Bali Masuki Musim Kemarau, Tapi Belakangan Kenapa Sering Hujan?

  • www.nusabali.com-bali-masuki-musim-kemarau-tapi-belakangan-kenapa-sering-hujan

MANGUPURA, NusaBali.com - Setiap bulan Juni, Bali maupun wilayah Indonesia secara keseluruhan biasanya mulai memasuki musim kemarau. Namun belakangan ini beberapa wilayah di Bali, termasuk Kota Denpasar,  mendapat guyuran hujan yang terjadi tidak hanya sekali.

Padahal di bulan Juni, biasanya curah hujan akan menurun drastis hingga selama 4-5 bulan berikutnya. “Beberapa hari belakangan ini terjadi gangguan atmosfer yang mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Bali yang mengakibatkan hujan sedang hingga lebat,” ujar Diana  Hikmah, Prakirawan Cuaca BBMKG (Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Wilayah III Denpasar ditemui di  kantor BBMKG Wilayah III Denpasar, Jalan Raya Tuban, Kuta, Badung,  Selasa (29/6/2021).

Menurutnya beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah kelembaban udara yang cukup tinggi dari lapisan permukaan hingga lapisan atmosfer atas, kemudian juga karena adanya anomali SST (Sea Surface Temperature) yang positif yang mendukung pertumbuhan awan hujan karena penguapan menjadi tinggi.

Faktor lainnya, menurut Diana, adalah terbentuknya daerah konvergensi atau pertemuan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Bali hingga Jawa Tengah yang juga mendukung pertumbuhan awan-awan hujan terutama di wilayah-wilayah sepanjang daerah pertemuan angin tersebut.

“Di wilayah Bali sendiri, terdapat faktor lokal yang mempengaruhi naiknya curah hujan. Mulai stabilitas atmosfer yang labil sampai topografi juga mempengaruhi,” jelas Diana.  

Lebih lanjut ia memprediksi dalam tiga hari berikutnya secara umum cuaca di Bali akan cerah berawan, akan tetapi masih ada potensi hujan ringan yang tidak merata terutama untuk wilayah Bali bagian selatan, tengah, dan timur.

Diana mengimbau kepada masyarakat untuk waspada terhadap potensi hujan yang dapat terjadi, yang disertai petir terutama di Bali bagian tengah dan utara.

Sementara di sisi lain, Diana juga mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai adanya potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai lebih dari dua meter di perairan selatan Bali.

“Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian selatan, hingga Samudera Hindia di selatan Bali, dan juga di utara Bali juga harus diwaspadai,” terangnya.

Peningkatan tinggi gelombang tersebut, menurut Diana, diakibatkan oleh peningkatan kecepatan angin.
“Saat ini diperkirakan akan terjadi peningkatan kecepatan angin yang akan mempengaruhi tinggi gelombang laut,” pungkasnya. *adi

Komentar