nusabali

Dari Istana Dewa Indra ke Pelebur Mala

Objek Wisata Desa Kenderan Dengan 11 Beji

  • www.nusabali.com-dari-istana-dewa-indra-ke-pelebur-mala

GIANYAR, NusaBali
Sejak tahun 2017 Desa Kenderan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, menyandang julukan Desa Wisata 'Hidden Paradise of Holy Water' (air suci dalam surga tersembunyi).

Hal ini terkait keberadaan 11 beji (sumber mata air suci) dan 11 subak di Desa Kenderan. Sebelum pandemi Covid-19, Desa Wisata Kenderan ramai dikunjungi penikmat wisata spiritual, baik domestik maupun manca negara. Karena pandemi situasi berbalik 180 derajat, Desa Kenderan jadi sepi kunjungan wisata.

Meski demikian, Pemerintahan Desa Kenderan melalui Bumdes setempat berupaya merawat objek tersebut. ‘’Sementara sejak pandemi niki sepi pengunjung dan kita cuma lakukan bersih-bersih saja," jelas Perbekel Kenderan Dewa Gede Jaya Kesuma, Jumat (25/6).

Jaya Kesuma menjelaskan, julukan Kenderan Village of Holy Water tak terlepas dari sejarah desa ini. Desa Kenderan berasal dari kata ‘ke-indra-an’  artinya Istana Dewa Indra. Dewa Indra dalam kepercayaan Hindu di Bali ialah Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Hujan dan Dewa Perang. Dari sisi mitologi, nama Kenderan dihubungkan dengan pelarian Raja Mayadenawa saat berperang melawan Balatentara Dewa Indra. Agar tidak dikenali, merubah wujudnya menjadi widyadara widyadari Kendran.

Bukti nyata diwarisi hingga kini, yakni nama tempat terkait Dedari Kendran. Dari ujung utara ke selatan Desa Kenderan terdapat Taman Siramandari di Tempekan Lumbung Banjar Delod Blungbang dan Pura Taman Sari Dedari Kendran dengan bejinya di Banjar Kendran yang diyakini oleh pregina/penari tempat mohon taksu sebelum belajar atau pentas menari.

Selain itu, Desa Adat Manuaba memiliki peninggalan prasejarah 500 – 200 SM berupa batu pencetak nekara terkait dengan Nekara di Pejeng.

Terdapat pula dua sarkofagus yaitu Sarkofagus Purusa dan Pradana di Pura Batulusu di Subak Uma Lawas Kaja (sawah pertama di Manuaba).

Di desa ini pula berdiri Pura Griya Sakti Manuaba tempat leluhur Brahmana Manuaba dan sebagai pemujaan warga Desa Adat Manuaba diperkirakan dibangun pada abad ke 17 M, oleh Ida Pedanda Buruan yang sekarang dikenal dengan sebutan Ida Bhatara Sakti Manuaba. Beliau adalah cucu dari Danghyang Nirartha yang mengajarkan sistem pertanian tertulis dalam lontar Darma Pemaculan.

Desa Kenderan telah menjalankan tradisi memuliakan air sejak ratusan tahun. Melalui tradisi Mepeed Ngaturang Tirtha Ening oleh warga Banjar Gunaksa ke Pura Griya sakti setiap odalan pada Rahina Anggara Kasih Medangsia yang jatuh setiap 210 hari sekali. Pada jaman dahulu air diambil dari Beji Pura Pucak Gunaksa. Sehari sebelum puncak odalan diadakan upacara Mekiis menelusuri persawahan ke Beji Damukeling atau Pura Buka Banjar Bayad Kedisan.

Berkat memohon air ke penguasa Danau Batur air melimpah mengaliri Air Terjun Manuaba dan subak di Desa Kenderan kecuali Subak Delodblungbang. Sebagai wujud syukur warga subak luar desa menghaturkan suinih (beras dan lainnya) pada saat odalan, yakni Subak Cebok, Pejeng Kauh, Laplapan, Sukaluwih Gentong, Andong dan Peliatan.

Sementara itu, Air Terjun Manuaba menjadi berkah dari penguasa Danau Batur oleh warga setempat diyakini sebagai Tirtha Campuhan pitu (tujuh) yaitu Tirtha Sangku, Tirtha Sudamala, Tirtha Sambung Dawa, Tirtha Bulan, Tirtha Dadapan, Tirtha Gringsing dan Tirtha Lindung Wesi. Diyakini pula terdapat dua tirtha yang mengaliri subak Laplapan Ubud adalah Tirtha Selukat dan Tirtha Saraswati.

Selanjutnya, Beji Pura Telaga Waja Banjar Kepitu, Kenderan merupakan beji terbesar dan tertua yang merupakan tempat Pertapaan Biksu Budha Kasogatan di abad ke 10 M, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada abad ke 13 dalam naskah klasik Negara Kertagama di tanah Jawa dikenal dengan Talaga Dwaja. Sekarang merupakan tempat Panglukatan warga setempat untuk mendapatkan jalan pencerahan. Ada juga warga malukat mohon berkah punya momongan. "Yang unik dan pantang untuk dilanggar adalah tradisi malukat tanpa busana / telanjang bulat yang diyakini merupakan ujian spiritual tingkat tinggi," terang Dewa Kesuma.

Di tempat lain terdapat Goa Yeh Daha Dukuh (air pertama / yeh bajang). Satu-satunya goa yang dimiliki oleh Desa Kenderan berlokasi di sebelah utara Beji Pura Taman Dukuh. Di dalam goa pada tebing bebatuan terdapat mata air suci sangat jernih yang diyakini sebagai sarana panglukatan awet muda. "Ada pula kawasan Hutan Kera Hyang Bukit Delod Blungbang merupakan Kawasan milik Desa Adat Delodblungbang sangat cocok untuk Kamping," jelas Perbekel. Desa Kenderan terdiri dari 3 Desa Adat dengan 3 Puri yaitu Delodblungbang, Manuaba dan Kenderan.*nvi

Komentar