nusabali

Potret Memedi Telah Kehilangan Rumah

Pesan Pentas Tari Tapak Memedi di PKB XLIII

  • www.nusabali.com-potret-memedi-telah-kehilangan-rumah

TABANAN, NusaBali
Duta Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII tahun 2021 dari Kabupaten Tabanan menampilkan tari unik berbasis tradisi lokal di Tabanan, yakni Tari Tapak Memedi. Tari ini sarat pesan, bahwa makhluk maya, terutama jenis Memedi telah kehilangan habitat atau rumah.

Hal ini akibat dari manusia terlanjur leluasa mengeksplorasi alam. Tebing pinggiran sungai telah banyak dibanguni akomodasi wisata, terutama hotel dan villa.   Tari ini dibuat berdasarkan tradisi yang ada di Desa Tengkudak dan Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan. Pada umumnya, tarian jenis ini dipentaskan saat upacara Manusa Yadnya, Pangabenan. Fungsi tarian diyakini sebagai pengantar roh menuju nirwana.

Pencipta Tari Tapak Memedi I Nyoman Agus Hari Sudama Giri mengatakan, Tari Tapak Memedi adalah jenis tarian kreasi baru yang dibawakan oleh Sanggar Seni Kembang Bali di Desa Tunjuk, Kecamatan Tabanan. Desa ini sebagai duta Gong Gebyar Dewasa Kabupaten Tabanan.

Jelas dia, Tarian Tapak Memedi dibuat dengan inspirasi dari Tari Baris Memedi di Desa Adat Jatiluwih dan Desa Adat Puluk-Puluk, Desa Tengudak, Kecamatan Penebel. Penciptaan tarian ini juga dikaitkan dengan tema PKB sekarang yakni ‘Prananing Warna Kerthi’ yang berarti ‘jiwa paripurna nafas pohon kehidupan’.

Nyoman Sudama Giri memaparkan makna tarian tersebut yakni keberadaan Memedi di dunia lain, namun hidup berbarengan dengan manusia. Hanya saja, kini banyak fenomena muncul tindakan, bahwa tebing atau pun sungai sudah dijadikan villa oleh manusia. ‘’Maka keberadaan mereka (Memedi,Red) terusik, untuk itulah tarian ini kami ciptakan sebagai bentuk penghormatan,” beber Nyoman Sudama Giri.

Dia menyampaikan, secara filosopis lewat tarian ini dirinya ingin menciptakan keseimbangan alam nyata dan maya. Ketika manusia sudah menghormati kehidupan dualisme itu (alam nyata dan tidak nyata,Red) maka keduanya akan hidup harmonis. “Filosofi dari Prananing Warna Kerti ini, ibaratkan seperti pohon. Semakin tinggi pohon, akar harus dikuatkan, sehingga untuk mencapai jiwa paripurna, kita harus menghormati alam beserta isinya,'’ beber sarjana seni ISI Denpasar ini.

Disebutkan, Ttarian Tapak Memedi digarap kurang lebih satu bulan 15 hari. Rentang waktu tersebut  dirasa sangat singkat. Karena sebelum itu, dia beserta tim yang lain sempat ragu akan digelarnya PKB tahun 2021. Meskipun dalam waktu singkat, tarian beserta gambelannya bisa ditampilkan secara maksimal. “Tari yang kami buat sudah pentas. Rekaman dilakukan  pada 23 Mei 2021 dan sudah tayang 12 Juni 2021 lalu,” terangnya.

Menurut Nyoman Sudama Giri, tarian ini ditarikan oleh delapan orang laki-laki. Filosofi dari angka delapan ini diambil dari konsep nyata yakni bentuk  garis pada angka delapan yang tidak pernah putus. Dalam arti, penghormatan kepada seluruh makhluk diharapkan tidak pernah putus atau tidak bersifat  sementara.

Terkait gerakan tari, Tari Baris Memedi yang ditampilkan memiliki kesan lucu, bahwa hal tersebut digambarkan sebagai perilaku dari memedi itu sendiri. Bahkan kesan seram ataupun jahil juga digambarkan dalam gerak Tari Tapak Memedi ini.

Kemudian sisi menarik dari persembahyangan tarian sebagai Duta Kabupaten Tabanan, sejumlah penari sempat merasakan hal mistis. Saat latihan kerap kali merasakan ada banyak orang yang menari. Bahkan saat latihan iringan gambelan kerap mati. “Yang paling sering kami rasakan saat latihan ata pun pentas. Kami selalu merasakan merinding. Namun hal tersebut kita bisa atasi sehingga persembahan bisa dituntaskan dengan baik,” tuturnya.

Nyoman Sudama Giri menambahkan pakaian yang dikenakan penari Tapak Memedi ini mengambil konsep dari upakara Segehan Panca Warna. Dimana pakaian dari penari berwarna tridatu, kemudian bagian kepala berisi bancangan legong menggunakan bulu ayam.

Dia menerangkan sebagai seniman yang pentas di tengah pandemi Covid-19 ini, merasa tertantang. Sebab penari seluruhnya menggunakan face shile (pelindung wajah). Lewat face shile ini sedikit tertantang untuk menyampaikan ekspresi yang terhalang oleh pelingdung wajah tersebut. “Namun saya bersyukur sebagai seniman, PKB tetap bisa diselengarakan tahun ini, sehingga semangat baru dalam keseniman semakin tumbuh,” tegas Nyoman Sudama Giri. *des

Komentar