nusabali

FKH Unud-TCEC Serangan Adakan Beach Clean Up dan Pelepasan Tukik

  • www.nusabali.com-fkh-unud-tcec-serangan-adakan-beach-clean-up-dan-pelepasan-tukik

DENPASAR, NusaBali.com - Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Udayana (Unud) bekerjasama dengan Pengelola Pusat Konservasi dan Pendidikan Penyu (Turtle Conservation and Education Center/TCEC) mengadakan aksi Beach Clean Up  dan pelepasliaran tukik di Pantai Serangan Denpasar pada Minggu pagi (13/6/2021).

“Hari ini kami melaksanakan puncak acara dari tiga hari peringatan yaitu, World Ocean Day, Coral Triangle Day, dan Sea Turtle Day. Ketiga hari peringatan tersebut kami rangkai jadi satu dengan mengadakan kegiatan webinar yang telah diadakan pada 12 Juni 2021, dan hari ini adalah puncak acaranya dengan mengadakan Beach Clean Up dan Pelepasan tukik,” ujar ketua panitia acara Gabriel Raja Agung Wiraknata Vindhi Santoso.

Mahasiswa semester II FKH Unud tersebut menjelaskan lebih lanjut jika peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah lebih dari 50 orang yang terdiri dari mahasiswa FKH (minat bidang Turtle Guard), Bali Marine Park, Bali Exotic Marine Park serta masyarakat umum.

Sementara itu, Ketua Pengelola Turtle Conservation and Education Center (TCEC), I Made Sukanta, 39, menyebutkan bahwa kegiatan pelepasliaran tukik kali ini melepas tukik jenis penyu lekang (Lepidochelys olivacea) yang berusia dua hari dengan jumlah sebanyak 50 ekor tukik.

“Tukik yang dilepaskan merupakan penetasan telur yang didapatkan dari hasil monitoring telur penyu yang ditemukan di sekitaran Pantai Serangan yang kemudian dipindahkan ke tempat pengeraman semi alami di TCEC,” demikian ujar Sukanta.  



Menurutnya pemindahan telur yang ditemukan di pantai tersebut untuk menghindari ancaman terhadap telur-telur tersebut baik dari ulah manusia maupun faktor alami seperti adanya predator ataupun abrasi.

Sukanta menambahkan bahwa usia yang terbaik untuk melepasliarkan tukik adalah di usia 1-2 hari. Hal itu karena tukik pada usia tersebut masih memiliki cadangan makanan (yolk) yang cukup banyak, sehingga cukup untuk dipakai berenang sejauh mungkin ke tengah laut serta menghindari para predator. Pasalnya menurut penelitian persentase tukik untuk bisa bertahan hidup hingga dewasa cukup rendah karena adanya berbagai ancaman.

Karena adanya berbagai ancaman tersebut, walhasil kemungkinan tukik yang bisa bertahan hidup hingga dewasa hanya berkisar di angka satu persen.

“Predator sudah menunggu di tengah laut, hanya satu persen yang akan bertahan menjadi penyu dewasa,” ungkap Sukanta.

Sementara Lurah Serangan, I Wayan Karma, dalam kesempatan tersebut menyatakan menyambut baik diadakannya bersih-bersih pantai dan pelepasliaran tukik di Pantai Serangan.  “Harapan kami para akademisi dan mahasiswa di Bali bahkan di luar Bali ikut berpartisipasi dalam kegiatan semacam ini. Kita semua adalah ciptaan Tuhan, melalui kegiatan ini kita kembalikan posisinya (masing-masing makhluk)  pada tempatnya masing-masing (dengan bersih-bersih pantai dan melepas tukik),” ujar Karma.

Lebih lanjut dirinya juga berharap kegiatan ini bisa menjadi pemicu bagi masyarakat untuk lebih sering mengadakan kegiatan-kegiatan serupa. Ia menekankan perlunya keseimbangan alam dijaga karena pada akhirnya semua itu demi kebaikan manusia itu sendiri.

“Kita jangan mau kalah dengan orang asing yang malah lebih sering mengadakan kegiatan seperti ini,” pungkasnya.  *adi

Komentar