nusabali

Saptana Jagaraga Dalami Tabuh Selonding

Siasati Agar Tetap Eksis di Tengah Pandemi

  • www.nusabali.com-saptana-jagaraga-dalami-tabuh-selonding

Komunitas ini belum pernah dapat dana berupa bansos (bantuan sosial) untuk pengadaan gamelan dari pemerintah, seperti sekaa atau sanggar kesenian lain.

GIANYAR, NusaBali

Sejak Maret 2020, gering agung berupa pandemi COVID-19 belum surut menikam Bali. Krama Bali pun makin berat menjalani hidup dan menjadi serba tanggung dalam beraktivitas. Karena untuk memutus rantai pandemi, salah satunya dengan mencegah kerumunan baik tak sengaja atau bentukan. Di sisi lain, berkerumun adalah satu performa dalam berkesenian ala Bali, terutama oleh sekaa (kelompok), komunitas, dan lainnya.

Tapi kerumunan itu tak mesti jadi alasan sekaa kesenian untuk tak bergerak, apalaga jadi mati. Seperti dilakoni, Komunitas Kesenian Bali Saptana Jagaraga di Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Komunitas yang amat familiar dalam kancah kesenian Bali di Gianyar ini tidak mau vakum di masa pandemi. Segala strategi, siasat, dan kiat, dilakukan komunitas ini agar tetap on dalam seni pertunjukan di masa menghadapi dampak COVID-19 ini. Terlebih 90 persen penghasilan dari anggota sekaa ada bidang industri pariwisata. Dengan pariwisata, komunitas ini makin hidup berkat mengandalkan job-job pentas. Namun karena pandemi job manggung itu hanya jadi mimpi.

Anggota sekaa ini telah kehilangan pendapatan. Untuk dapat bertahan hidup, manajemen komunitas sempat mengambil upaya dengan membagikan sembako untuk anggota dan para seniman tua di lingkungan desa.

Pengadaan sembako ini diambil dari uang kas komunitas. Koordinator Komunitas Saptana Jagaraga Wayan Kariana alias Doyok, mengatakan Komunitas Saptana Jagaraga Singapadu adalah gabungan seniman muda dari seluruh banjar di Desa Singapadu. Komunitas ini konsen dalam bidang seni pertunjukan. Komunitas ini dibentuk pada 11 November 2011, jelang ajang Lomba Baleganjur di Puspem Badung. Saat itu pula komunitas ini meraih ‘nama’ dan ketenaran dalam pementasan seni.

Jalas Kariana, komunitas ini tak mau tenggelam di tengah pandemi yang belum pasti kapan akan reda. Komunitas ini sempat mencipta karya tatabuhan, hingga sempat direkam beberapa bulan lalu. Karya tatabuhan ini telah menambah kasanah kesenian Bali yang diekspus dalam sosial media. ‘’Dengan berkarya, kami buktikan bahwa komunitas ini masih kreatif dan hidup,’’ ujarnya.

Dia mengatakan, kreativitas belum cukup. Guna menghadapi deraan pandemi, anggota komunitas ini terus mencari ide untuk dapat berinovasi agar tepat eksis. Manurutnya, invoinasi adalah kata kunci untuk mencegah kematian kreativitas di tengah wabah gering agung. Nah, menyembulah ide dari pembina utama komunitas, I Wayan Darya. Seniman yang amat dikenal di kancah bumi seni Gianyar ini ‘menantang’ Komunitas Saptana Jagaraga untuk siasat seni, semacam metamorfosa pengkaryaan. Komunitas yang sebelumnya getol menekuni tatabuhan kakebyaran, lalambatan, dans sejenisnya dengan banyak kru, kini harus berkreasi dengan mini kru. Maka pilihannya jatuh pada kreasi bidang gambelan Selonding. Gambelan ini membutuhkan penabuh antara 8 – 10 orang. ‘’Tujuan utamanya, agar tetap bisa ngayah. Dengan menabuh Selonding, kami makin leluasa ngayah dengan tetap menerapakan protokol kesehatan, terutama wajib pakai masker,’’ jelasnya.

Kariana mengatakan, untuk kepentingan menabuh Selonding, anggota komunitas dibagi menjadi 8 kelompok. Jika ada kesempatan atau panggilan untuk ngayah magambel, maka tinggal menunjuk salah satu kelompok. ‘’Selanjutnya, kelompok-kelompk lain diberi giliran untuk ngayah berikutnya,’’ ujarnya.

Dia mengakui, kesenian Selonding, salah satu warisan kesenian olah musik para tetua di Bali yang belakangan makin eksis di tengah pandemi. Hal ini terlacak dari banyaknya media sosial, cannel youtube, dan sarana IT lain, yang menayangkan tatabuhan Selonding. Maka tak keliru, Komunitas Saptana Jagaraga ikut ambil bagian dari kemeriahan seni Selonding tersebut. "Ya, tahun ini boleh dibilang sebagai kebangkitan seni Selonding. Apalagi di beberapa tempat ada parade Selonding berkonsep rekaman untuk ditayangkan lewat daring (dalam jaringan) atau online,’’ jelasnya.

Menurutnya, kini gambelan Selonding juga banyak ditekuni kalngan remaja. Setahunya, Selonding salah satu produk kreatif seniman tempo dulu. Gagendingnya agak nyentrik. Karakter gambelannya klasik dengan warga suara purba nan unik. Sebagai generasi muda di era milenial, dirinya tertantang untuk menguasai tatabuhan ini.

Pembina utama Komunitas Saptana Jagaraga I Wayan Darya mengatakan, dirinya secara khusus membuat gaya tatabuhan Selonding berpakem modern. Tujuannya, agar bisa dinikmati oleh  masyarakat seni kekinian.

‘’Namun demikian pakem ini tidak meningalkan stil klasik asli,’’ ujar seniman yang karya-karynya jadi langganan pementasan di PKB ini.

Untuk diketahui, Komunitas Seni Saptana Jagaraga, gabungan dari pemuda atau yowana di Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Nama komunitas ini diambil dari nama wilayah Desa Jagaraga, sebelum berubah jadi Singapadu. Gagasan awal pembentukan komunitas seni untuk menyatukan pemuda dari tujuh banjar di Desa Singapadu. Komunitas ini tidak hanya beranggotakan seniman pertunjukan, namun juga dari berbagai kalangan seniman lain. Antara lain, seni patung, bangunan, dan kriya lain. Komunitas ini tidak setiap hari latihan. Latihan dilakukan kalau ada jadwal pentas atau karena membuat garapan baru.

Latihan di atas pukul 10 malam agar semua anggota bisa hadir. ‘’Sebab anggota komunitas ini ada yang masih kerja sore hari,’’ ujar Koordinator Komunitas Saptana Jagaraga Wayan Kariana alias Doyok.

I Kadek Dwi Sutawan, Humas dan Publikasi Komunitas Saptana Jagaraga menambahkan, instrumen yang sering ditabuh oleh komunitasnya beberapa diantaranya adalah milik komunitas. Ada beberapa alat milik dari pembina utama komunitas Wayan Darya. Dana untuk membeli gamelan kebanyakan didapatkan dari dana pribadi Wayan Darya, dan dana dari urunan anggota yang menjadi dana kas komunitas. Komunitas ini belum pernah dapat dana berupa bansos (bantuan sosial) untuk pengadaan gamelan dari pemerintah, seperti sekaa atau sanggar kesenian lain.

‘’Kami mohon bapak-bapak dapat memberikan perhatian dan bantuan pada komunitas kami ,’’ harapnya. Dia menyebutkan, komunitas ini lahir dari visi membangkitkan kreativitas dan inovasi berkesenian di tengah gemerlap kesenian modern. Salah satu misinya, mejaga kesinambungan seni dengan konsisten berlatih dan ngayah. Selanjutnya, dengan melangkah dari budaya seni yang secara langsung turun-temurun di Desa Singapadu, hingga menghasilkan seniman-seniman berkelas baik bidang seni pertunjukan dan seni rupa. Beranjak dari kesinambungan interaksi seni ini maka banyak bermunculan seniman- seniman muda desa.*lsa

Komentar