nusabali

Dilengkapi Patung Siwa dan 45 Pancoran, Diproyeksi Jadi Ikon Wisata Spiritual

Panglukatan Siwa Melah Angge di Desa Adat Suwat, Kecamatan Gianyar Diupacarai Pamelaspas

  • www.nusabali.com-dilengkapi-patung-siwa-dan-45-pancoran-diproyeksi-jadi-ikon-wisata-spiritual

Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibia, mengatakan 9 pancoran utama untuk panglukatan tersebut masing-masing simbolik untuk Dewa Siwa, Dewi Durga, dan 7 bidadari yang menurunkan tirta ke dunia

GIANYAR, NusaBali

Desa Adat Suwat, Kecamatan Gianyar sudah rampungkan pembangunan Patung Siwa sekaligus Panglukatan Siwa Melah Angge, yang posisinya berdampingan dengan dengan Suwat Waterfall. Panglukatan Siwa Melah Angge yang dilengkapi Patung Siwa dan 45 pancoran ini diharapkan bisa jadi ikon wisata spiritual baru di Kabupaten Gianyar.

Panglukatan Siwa Melah lengkap Patung Siwa di areal Suwat Waterfall ini sudah diupoacarai pamelaspas pada Buda Umanis Tambir, Rabu (9/6). Panglukatan Siwa Melah Angge, yang lokasinya di sebelah timur Pura Dalem Desa Adat Suwat, dilengkapi 9 pancoran utama dan 36 pencoran pendukung---untuk membersihkan diri sebelum malukat di pancoran utama.

Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibia, menjelaskan panglukatan ini sebenarnya sudah ada sejak ada. Namun, kini ditata agar bisa menjadi tempat malukat bagi krama Bali dari berbagai pelosok, bahkan wisatawan asing yang sedang berada di Bali. Selain itu, juga dibangun Patung Siwa ukuran besar dalam posisi duduk.

“Patung Suwa terbesar di Bali ini merupakan bentuk penghormatan kami kepada Dewa Siwa sebagai pelebur segalaning mala dan gering di alam semesta," ungkap Ngakan Sudibia saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis (10/6).

Selain Patung Siwa, yang juga baru dibangun di Panglukatan Siwa Melah Angge ini adalah 9 pancoran utama dan 36 pancoran pendukung. Menurut Ngakan Sudibia, 9 pancoran utama untuk panglukatan tersebut masing-masing simbolik untuk Dewa Siwa, Dewi Durga, dan 7 bidadari yang menurunkan tirta ke dunia.

“Di areal Panglukatan Siwa Melah Angge ini nantinya akan disiapkan te-mpat sembahyang dan bermeditasi," papar jelas Ngakan Dibia, tokoh adat yang juga menjadi Plt Bendesa Alitan Majelis Desa Adat (MDA) Kecamatan Gianyar.

Ngakan Dibia menyebutkan, areal Panglutan Siwa Melah Angge ini luasnya mencapai 1 hektare, yang merupakan lahan milik Desa Adat Suwat. Penataan dilakukan sejak Desember 2020 lalu. Proses pengerjaan panglukatan ini melalui perjuangan yang cukup berat, terutama dalam hal pembiayaan.

Modal awal untuk penataan panglukatan ini mencapai sekitar Rp 70 juta, yang bersumber dari sisa anggaran Suwat Waterfall. Selebihnya, merupakan dana pinjaman dan sumbangan dari sejumlah donatur. "Perjuangan kami terus berlanjut meski minim dana, hingga 9 pancoran utama dan 36 pancoran pembersihan diri bisa direalisasikan. Mungkin ini karena sudah kehendak alam,” terang Ngakan Dibia.

Desa Adat Suwat sendiri, kata Ngakan Dibia, sudah mengajukan proposal bantuan sosial ke Pemkab Gianyar. Bahkan, Pemkab Gianyar telah menyetujui bansos dari APBD untuk menyelesaikan Panglukatan Siwa Melah Angge ini. Hanya saja, karena pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, pencairan bansos tertunda.

Sebelum ditata pihak Desa Adat Suwat, lokasi Panglukatan Siwa Melah Angge ini sudah biasa didatangi krama setempat untuk malukat. Untuk menjangkau lokasi panglukatan ini, krama harus melalui jalan setapak dengan medan cukup terjal. Dari areal parkir, krama harus menuruni sejumlah anak tangga.

"Dulu tempat ini adalah Pura Beji dan tempat malukat bagi krama Desa Adat Suwat. Tempat ini sejak dulu memang disakralkan dan memiliki aura magis yang sangat kuat," kata Ngakan Sudibia.

Setelah tertata, lanjut dia, Panglukatan Siwa Melah Angge akan dikelola oleh Desa Adat Suwat melalui Badan Pengelola Suwat Waterfall dan Siwa Melah Angge. Krama yang datang untuk melukat tidak akan dikenakan biaya tiket masuk alias gratis.

“Panglukatan Siwa Melah Angge ini kami persembahkan untuk semua umat di Bali dan dari berbagai belahan dunia. Sejumlah wisatawan bahkan sudah mulai malukat di panglukatan ini," katanya.

Sementara itu, sejumlah pihak mengapresiasi keberanian Desa Adat Suwat membangun Panglukatan Siwa Melah Angge. Pujian itu, antara lain, disampaikan Bendesa Adat Benawah, AA Gede Arnawa, yang wilayah desanya berada di sebelah utara Desa Suwat.

Menurut AA Gede Arnawa, keberadaan Panglukatan Siwa Melah Angge di Desa Adat Suwat ini adalah implementasi dari visi ‘Nangun Sat Kerti Loka Bali’ sesuai arahan Gubenur Bali Wayan Koster dan juga program khusus Bupati Gianyar, I Made Agus Mahayastra. Keberadaan panglukatan ini diharapkan bisa memberikan sumber-sumber inspirasi kemuliaan. Krama yang malukat juga bisa merasakan sesuatu dan anugerah di tempat ini.

"Kami selaku bendesa adat mendukung apa yang dilakukan Desa Adat Suwat dengan menata Panglukatan Siwa Melah Angge. Ini bisa dicontoh oleh desa adat lainnya dengan menggali potensi di desanya. Kami di Desa Adat Bednawah juga pasti akan merasakan imbasnya,” terang AA Arnawa yang juga juga pentolan MDA Kabupaten Gianyar.

Apresiasi juga disampaikan anggota Fraksi PDIP DPRD Gianyar, I Made Budiasa, yang ikut hadir saat upacara pamelaspas Panglukatan Siwa Melah Angge di Desa Adat Suwat. Menurut Budiasa, Penglukatan Siwa Melah Angge ini ke depan diharapkan bisa menjadi maskot di Desa Suwat dan Kabupaten Gianyar.

"Tempatnya bagus, ada aura spiritualnya. Energi di tempat ini sangat cocok untuk melukat. Siapa pun yang datang ke sini akan mendapatkan aura baik dan energi positif," tandas Budiasa. "Tempat ini memiliki energi positif dengan adanya Panglukatan Siwa Melah Angge, dengan Patung Dewa Siwa sebagai manisfestasi Tuhan dalam melebur hal-hal buruk menjadi baik. Dengan adanya Patung Siwa, bagi umat yang akan membersihkan diri wajib hormat dan sungkem serta bakti kepada manis-festasi Tuhan," imbuhnya. *nvi

Komentar