nusabali

Setiap Kegiatan di Sayan Ubud, Diimbau Suguhkan Kuliner Tradisional

  • www.nusabali.com-setiap-kegiatan-di-sayan-ubud-diimbau-suguhkan-kuliner-tradisional

GIANYAR, NusaBali.com – Camilan tradisional cenderung ditinggalkan milenial yang lebih suka mengkonsumsi camilan siap saji, termasuk produk luar negeri.

Menyikapi kondisi ini, Banjar Mas, Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, mengimbau agar setiap kegiatan upacara adat hingga acara formal disuguhkan camilan tradisional. Selain untuk mengenalkan camilan khas Bali, juga memberikan edukasi kepada generasi muda terhadap keberadaan kuliner tradisional.

“Selain kami memiliki sanggar di banjar, anak-anak juga sekalian dikenalkan dengan kuliner atau camilan tradisional. Tujuannya agar mereka tahu bahwa kita di Bali memiliki beberapa menu kuliner yang menjadi ciri khas sejak dulu,” papar Kelian Dinas Banjar Mas, Desa Sayan, Kecamatan Ubud, I Made Dwi Putra Yoga,  Kamis (10/6/2021).

Putra Yoga juga menyampaikan dalam kegiatan sanggar, setiap istirahat mereka akan disuguhkan menu kuliner tradisional tersebut. Bahkan dalam kegiatan upacara keagamaan, adat, hingga pertemuan-pertemuan di banjar maupun desa akan disuguhkan camilan tradisional yang menyehatkan.

“Pengenalan kepada anak-anak dengan camilan tradisional saat jeda latihan mereka makan makanan tradisional.  Seperti kacang rebus, ubi, ketela rebus, pisang rebus, dan menu lainnya. Meski terlihat sederhana namun ini sebagai langkah untuk memberikan pemahaman kepada mereka agar tidak melupakan kuliner yang telah kita miliki turun temurun,” ujar Putra Yoga.

Langkah ini juga sebagai pembelajaran budaya dan tradisi Bali, terutama dalam bidang tata boga.  Ke depannya, dalam pengembangan bisa saja kuliner tradisional ini mendunia ketika ditata dengan baik, sehingga dapat disuguhkan kepada para wisatawan yang  datang ke Bali.  Selain itu juga sebagai langkah menggugah rasa cinta terhadap budaya yang dimiliki saat ini.

Makanan tradisional Bali disebut berkaitan erat dengan budaya Bali itu sendiri, karena pada kuliner tradisional Bali terdapat penggunaan fungsi dan makna tersendiri di setiap upacara kegiatan keagamaan di Bali, seperti contohnya pembuatan lawar pada hari Raya Galungan, lalu penggunaan hasil bumi seperti buah-buahan dan umbi-umbian di dalam pembuatan gebogan (sesajen upacara umat Hindu di Bali yang disusun oleh buah-buahan serta umbi-umbian).



Putra Yoga pun mengakui meskipun tidak diberlakukan lewat peraturan pararem, namun imbauan wajib menyuguhkan camilan tradisional dalam setiap kegiatan dinilai sangat tepat. “Selain lebih murah, bahannya juga masih banyak ada di sekitar kita. Tentu saja hal ini lebih sehat juga karena tanpa pengawet,” tandasnya. *rma

Komentar