nusabali

'Energi Basi' Temple Land Collective Wadahi Kreativitas Seni di Masa Pandemi

  • www.nusabali.com-energi-basi-temple-land-collective-wadahi-kreativitas-seni-di-masa-pandemi

GIANYAR, NusaBali.com –  Masa pandemi berkepanjangan membuat seniman terkendala mengekspresikan diri.

Begitu juga event untuk menggali bibit seni usia dini, juga sangat jarang diadakan. Menyikapi situasi ini, Temple Land Collective menggelar aktivitas dan pameran murah meriah pada 4-5 Juni 2021. “Temple Land Collective merupakan sebuah gerakan para seniman saling berkolaborasi dan menggandeng pelaku UMKM,” kata Gede Perwira Kesuma, salah satu penggerak dari gerakan kolektif ini, Sabtu (5/6/2021).

Tema yang diangkat dari kegiatan ini adalah ‘Energi Basi’ karena selama ini dunia masih dilanda pandemi. “Tentunya para seniman memiliki keinginan, niat dan energi untuk memamerkan karyanya, di masa pandemi para seniman sulit menemukan wadah untuk menyalurkan energi tersebut itu, jadi pada saat itulah kami disini mencoba menjadi wadahnya,” ujar seniman mural tersebut.

Total untuk seniman yang ikut dalam art exhibition dilangsungkan di Niki Galeri, Jalan Raya Mawang 3, Lodtunduh, Ubud, Gianyar,  berjumlah 25 seniman. “Masing-masing seniman hanya perlu membayar Rp 50.000 saja, dan para seniman pun boleh membawa maksimal dua buah karyanya, dengan ukuran maksimal 100 cm x 100 cm, dan apabila karya yang ditampilkan di dalam pameran laku terjual, itu sepenuhya milik seniman tersebut, kami dari pihak penyelenggara tidak memungut apa-apa lagi,” ungkap Kesuma.

Selain itu kegiatan ini juga memiliki tujuan untuk memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal di masa pandemi. “Selain berkolaborasi dengan para seniman, kami juga berkolaborasi dengan UMKM, karena selain seniman, pelaku UMKM juga terkena dampak di masa pandemi ini. Penjualan mereka pun menurun, dan harapan kami dengan adanya kegiatan ini para UMKM dapat mengenalkan produk-produknya kepada pengunjung,” kata Kesuma.



UMKM yang terdaftar pun total berjumlah 13, itu berasal dari berbagai jenis UMKM seperti minuman, makanan, pakaian. UMKM yang berpartisipasi hanya membayar Rp 250.000 mendapat space ruangan 2,5 meter x 2,5 meter untuk 2 hari. “Di sini kami berusaha untuk tidak membebani para seniman dan UMKM dengan memanfaatkan galeri yang memang sudah tidak aktif semenjak tahun 2015 yang lalu, dengan izin aparat desa setempat tentunya,” ujar salah satu staf kreatif dan produksi Temple Land Collective, I Made Dwi Putra Suartha.

Pada event selama dua hari ini diwarnai dengan kelas tato gratis dari Kink Tattoo Bali, dan kelas menggambar untuk anak-anak dengan medianya totebag dan menggunakan alat-alat seperti kuas dan cat. Pesreta yang membayar Rp 50.000 mendapatkan snack  dan piagam.

Kegiatan Temple Land Collective pun sangat menjaga prokes di masa pandemi, dengan menyiapkan tempat cuci tangan, dan hand sanitizer, dan para pengunjung pun diwajibkan menggunakan masker dan menjaga jarak. “Kami sangat perhatikan untuk penerapan prokes, dan kegiatan kami pun juga sudah didukung oleh masyarakat lokal di sini, para pengunjung gratis untuk datang pihak panitia hanya menyediakan kotak donasi seikhlasnya, pengunjung yang datang dapat melihat pameran, menikmati penampilan grup musik lokal, dan mensupport UMKM di sini,” ujar Vio Nugraha yang juga merupakan salah satu penggerak dari kegiatan ini.



Kesuma, Suartha, dan Nugraha pun berharap, agar ke depannya kegiatan ini dapat terus berlanjut di setiap tahunnya, dan dapat terlaksana dengan lebih baik lagi. “Kami berharap agar para seniman lokal memiliki antusias yang tinggi untuk menunjukkan dirinya ke permukaan dalam rangka memamerkan karyanya kepada masyarakat luas. Selain itu kami pun ingin terus bekerja sama dan mendukung UMKM yang ada sebagai wujud peduli kami terhadap seniman dan UMKM,” tutas Kesuma. *rma

Komentar