nusabali

Prof LK Suryani: Masyarakat Harus Memahami Penyakit Mental

Sesalkan Pengeroyokan ODGJ di Selemadeg Tabanan

  • www.nusabali.com-prof-lk-suryani-masyarakat-harus-memahami-penyakit-mental

DENPASAR, NusaBali.com - Seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) diberitakan dikeroyok sejumlah orang di wilayah Selemadeg, Tabanan.

Pasalnya sebelum dianiaya ODGJ tersebut dikatakan melempari rumah para pelaku pengeroyokan. Alhasil, ODGJ tersebut saat ini harus dirawat di Rumah Sakit Daerah Tabanan karena mengalami luka serius hingga patah tulang kaki kanan.

Terkait peristiwa tersebut Prof  Dr Luh Ketut  Suryani SpKJ, psikiater dan pemerhati kesehatan mental dari Suryani Institute for Mental Health (SIMH) mengingatkan agar masyarakat memahami orang yang mengalami gangguan kejiwaan atau sering disebut ODGJ.

ODGJ menurut Suryani tidak sebaiknya dilawan dengan kekerasan, karena ODGJ yang sedang melakukan tindak kekerasan tidak sedang mengalami kesadaran penuh.  “Kalau ada ODGJ yang mengamuk, kita jangan melawan. Sebaiknya dihindari atau melapor ke polisi. Pada saat seperti itu, kekuatan mereka bisa sangat besar, kita tidak tahu pikiran apa yang sedang mempengaruhi mereka,” ujar mantan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jumat (4/6/2021).

Suryani pun menambahkan meskipun ODGJ melakukan tindakan yang melanggar hukum, mereka tidak akan diberikan hukuman kurungan melainkan akan direhabilitasi untuk menyembuhkan penyakitnya.

Psikiater yang baru-baru ini menerima penghargaan Ikon Prestasi Pancasila ini menekankan bagaimana pentingnya masyarakat, terutama keluarga dalam menangani penyakit gangguan mental. Keluarga, lanjut LK Suryani,  memiliki peran vital dalam menangani ODGJ, karena merekalah yang sehari-hari akan mendampingi anggota keluarga yang menjadi ODGJ.

Karena itu, Suryani mengingatkan kembali perlunya edukasi kepada keluarga dari penderita ODGJ. Bahkan, peran keluarga menurutnya sangat penting sejak seorang anak ada di dalam kandungan sampai setidaknya usia 10 tahun.

“Sejak sperma dan sel telur bersatu maka sejak itulah roh sang anak sudah ada. Bagaimana orangtua memperlakukan anak sejak di dalam kandungan tersebut akan mempengaruhi perkembangan mentalnya,” ujar nenek 77 tahun dengan 23 cucu tersebut.

Suryani meyakini jika pengaruh lingkungan akan lebih mempengaruhi kenapa seseorang sampai menderita  penyakit gangguan jiwa. Menurutnya orangtua atau keluarga harus mengerti bagaimana mendidik anak agar kuat secara mental menghadapi tantangan hidup sehari-hari.

Dirinya menjelaskan  bahwa ODGJ merupakan suatu gangguan jiwa berat yang dapat meliputi skizofrenia, paranoid, ataupun depresi berat. Menurut Suryani  apabila masyarakat lebih paham tentang penyakit mental, maka jumlah ODGJ di Bali yang diperkirakan mendekati 9.000 orang, akan dapat dikurangi termasuk mengurangi kasus bunuh diri yang juga termasuk gejala gangguan mental.

LK Suryani sejak tahun 2005 mendirikan Suryani Institute for Mental Health (SIMH) diawali keprihatinannya terhadap banyaknya ODGJ yang dipasung terutama di wilayah pedesaan. Menurut data Suryani Institute Mental Health, setidaknya 350 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Bali hidup dalam kondisi terpasung oleh keluarganya sendiri.  Hingga saat ini SIMH telah mengobati setidaknya 600 ODGJ dan terus mendorong pihak keluarga untuk menghentikan pemasungan.  Hasilnya, menurut Suryani, kini 30  persen di antaranya dapat sembuh dan kembali ke masyarakat.

Sebelumnya diberitakan bahwa di Banjar Kebon Tumpalan, Desa Wanagiri, Tabanan, seorang ODGJ bernama I Ketut Budiasa, 46, pada Selasa (1/6/2021) dianiaya oleh sejumlah orang. Budiasa diduga melempari rumah pelaku dengan batu sehingga  ditegur pemilik rumah. Namun, karena mengalami gangguan jiwa, Budiasa yang ditegur justru marah dan melawan. Karena melawan, tiga orang yang merupakan penghuni rumah dan masih satu keluarga ini emosi dan kemudian menangkap korban dan langsung mengeroyok Budiasa. *adi

Komentar