nusabali

Karya Sastra yang Disertakan Wajib Bertema Pamarisudha Gering Agung

Yayasan Puri Kauhan Ubud Gelar Lomba Penulisan Kreasi Sastra bertajuk 'Sastra Saraswati Sewana'

  • www.nusabali.com-karya-sastra-yang-disertakan-wajib-bertema-pamarisudha-gering-agung

Ada dua jenis lomba yang digelar. Pertama, Penulisan Sastra Klasik Geguritan, Kidung, Kekawin, dan Satua Bali (berbahasa Bali dan Kawi). Kedua, Lomba Penulisan Sastra Modern, Puisi, dan Cerpen (berbahasa Bali)

GIANYAR, NusaBali

Yayasan Puri Kauhan di Desa Adat Ubud, Kecamatan Ubud, Gianyar, menggelar Lomba Penulisan Kreasi Sastra bertajuk ‘Sastra Saraswati Sewana, Pamarisudha Gering Agung’. Diawali dengan workshop melalui zoom meeting tentang Penulisan Sastra Modern dan Penulisan Sastra Klasik pada 4-6 Juni 2021, hingga penjurian (1-7 Agustus 2021), dan pengumuman pemenang (17 Agustus 2021). Karya sastra yang disertakan dalam lomba, wajib bertema Pamarisudha Gering Agung.

Kegiatan Penulisan Kreasi Sastra bertajuk ‘Sastra Saraswati Sewana, Pamarisuddha Gering Agung’ ini digagas oleh Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana, yang notabene Koordinator Staf Khusus Presiden. Menurut Ari Dwipayana, dirinya menggagas apresiasi sastra Bali, dengan menimbang pandemi Covid-19 atau gering agung harus disikapi tanpa menyurutkan kreativitas, termasuk dalam bersas-tra.

Melalui kegiatan ini, kata Ari Dwipayana, masyarakat khususnya para pencinta bahasa dan sastra Bali diharapkan semakin terdorong untuk terus berkarya. “Mari melalui apresiasi sastra di masa pandemi ini, kita lebih mulatsarira (introspeksi diri), apa makna di balik yang tengah terjadi?” ujar Ari Dwipayana, Minggu (30/5).

Sedangkan Koordinator Lokasi Acara dari Puri Kauhan Ubud, AA Gde Pawitra, menjelaskan pendaftaran Lomba Penulisan Kreasi Sastra bertajuk ‘Sastra Saraswati Sewana, Pamarisudha Gering Agung’ ini sudah dimulai 21 Mei 2021 lalu, melalui http://bit.ly/pendaftaranekspresisastra. Mereka yang mendaftar akan diikutsertakan dalam workshop sesuai lomba yang diikuti.

Menurut Gung Pawitra, workshop melalui zoom meeting tentang ‘Penulisan Sastra Modern’ akan digelar pada hari pertama, Jumat ( 4/6). Sedangkan workshop ‘Penulisan Sastra Klasik’ dilaksanakan Sabtu (5/6) dan Minggu (6/6). Disebutkan, ada dua jenis lomba yang digelar. Pertama, Penulisan Sastra Klasik Geguritan, Kidung, Kekawin, dan Satua Bali (berbahasa Bali dan Kawi). Kedua, Lomba Penulisan Sastra Modern, Puisi, dan Cerpen (berbahasa Bali).

Pengiriman karya yang dilombakan melalui email:[email protected], mulai 14 Juni hingga 1 Agustus 2021 pukul 24.00 Wita. Peserta lomba terbuka untuk umum dari berbagai kalangan. Karya yang dilombakan wajib mengacu tema ‘Pemarisuddha Gering Agung’, tidak mengandung SARA, tidak mengan-dung pornografi, karya asli alias bukan plagiat, bukan terjemahan atau saduran.

Ada juga ketentuan khusus pada Lomba Sastra Klasik bidang Geguritan, yakni menggunakan Bahasa Bali, menggunakan tembang-tembang macapat yang populer seperti Pupuh Sinom, Pupuh Pangkur, Pupuh Durma, dan Pupuh Ginada. Panjang geguritan minimal 20 bait, maksimal 35 bait.

Sedangkan untuk Kidung, kata Gung Pawitra, menggunakan Bahasa Bali dan atau Bahasa Kawi, memakai Pupuh Demung dengan bentuk kawitan bawak 2 bait, kawitan panjang 2 bait, pengawak bawak 2 bait, pengawak panjang 2 bait, dilanjutkan pengawak bawak 2 bait, dan pengawak panjang 2 bait, dengan total karangan 12 bait.

Sebaliknya, untuk Kekawin menggunakan Bahasa Kawi (Jawa Kuno), menggunakan wirama yang populer seperti Rajani/Mandamalon, Basanta Tilaka, dan Wirat. “Panjang karya minimal 10 bait dan maksimal 18 bait, ditulis menggunakan aksara Bali dan Latin. Sementara Satua Bali menggunakan Bahasa Bali, panjang karya 5-10 halaman kertas A4, 2 spasi, dengan jenis huruf Times New Roman 12,” papar Gung Pawitra saat dikonfirmasi NusaBali di Ubud, Minggu lalu.

Gung Pawitra menyebutkan, ada ketentuan khusus untuk Sastra Modern (Puisi dan Cerpen). Untuk Puisi, menggunakan Bahasa Bali, panjang karya maksimal 2 halaman, kertas ukuran A4, 2 spasi, jenis huruf Times New Roman 12. Untuk Cerpen, menggunakan Bahasa Bali, panjang karya 5-10 halaman, kertas A4, 2 spasi, jenis huruf Times New Roman 12.

Dewan juri Lomba Penulisan Kreasi Sastra bertajuk ‘Sastra Saraswati Sewana, Pamarisuddha Gering Agung’ ini dikoordinasikan Dr I Dewa Gede Windhu Sancaya MHum, penekun sastra Bali yang kini dosen Sastra Bali di Fakultas Ilmu Budaya Unud. Sedangkan juri untuk Lomba Sastra Klasik (Gaguritan, Kidung, Kekawin, dan Satua Bali) adalah I Ketut Sumarta, pegiat sastra Bali yang kini Penyarikan Agung Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali. Ada pula pegiat sastra Bali lainnya, seperti Drs I Wayan Suteja MHum, Putu Eka Guna Yasa SS MHum, Dr Dra Anak Agung Sagung Mas Ruscitadewi M Fil H. Sementara juri untuk kategori Sastra Modern, masing-masing I Putu Supartika dan I Gde Agus Darma Putra.

Menurut Gung Parwita, penjurian akan dilaksanakan 1- 7 Agustus 2021, sementara pemenang bakal diumumkan melalui website https://purikauhanubud.org bertepatan dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2021. “Keputusan Dewan Juri tentu tidak dapat diganggu gugat,” tandas keponakan dari Ari Dwipayana ini.

Untuk 5 karya terbaik dari masing-masing kategori, kata Gung Parwita, berhak mendapatkan hadiag Rp 5 juta dan piagam penghargaan. Hadiah akan diserahkan langsung di Puri Kauhan Ubud bertepatan Hari Suci Saraswati pada Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu, 28 Agustus 2021 mendatang. “Hingga 30 Mei 2021 sore ini, jumlah pendaftar lomba ini sudah mencapai 149 orang. Kami tidak menargetkan jumlah peserta,” papar Gung Pawitra.

Sementara itu, Penulisan Kreasi Sastra bertajuk ‘Sastra Saraswati Sewana, Pamarisuddha Gering Agung’ yang akan dilaksanakan secara virtual ini mendapat dukungan dari pejabat penting, mulai dari Gubernur Bali Wayan Koster, Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra SH Msi, hingga Panglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan sejumlah menteri juga memberikan dukungan, sebagaimana dituangkan dalam rekaman video.

Menteri-menteri yang memberikan dukungan, antara lain, Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, Menteri Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (P3A) I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno. Dukungan juga dialirkan Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilamr Farid dan Staf Khusus Presiden, Sukardi Rinakit.

Gubernur Bali Wayan Koster, melalui video dukungannya, menyampaikan bahwa di masa cobaan berat pandemi Covid-19 ini, semua pihak perlu memperbanyak karya sastra. Tujuannya, buat membangkitkan semangat dan harapan untuk membangun optimisme, sehingga mampu mengatasi cobaan dan kesulitan yang berat.

Gubernur Koster menilai ajang kreasi sastra yang diselenggarakan Yayasan Puri Kauhan Ubud ini dapat menjadi wahana yang baik untuk menunjukkan bakat menulis sastra bagi masyarakat Bali. “Jadikan sastra untuk membangkitkan energi kesembuhan bagi diri dan alam semesta,” terang Gubernur Koster.

Gubernur Koster pun menyambut baik kegiatan itu, karena Bali dikenal memiliki kekayaan kreasi aksara dan sastra yang luar biasa. Di dalamnya tersimpan pengetahuan suci, kebijaksanaan, dan nilai nilai luhur. Semua itu masih relevan sampai saat ini. “Karya sastra akan menghaluskan jiwa kita, mengharmoniskan jiwa kita, energi baik dalam diri, mengharmoniskan energi alam semesta di masa pandemi Covid-19,’’ jelas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.

Sedangkan Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra menyatakan sastra Bali merupakan salah satu prasana kesusastraan nusantara warisan adiluhung. Oleh karena itu, sastra ini tidak boleh pudar oleh situasi apa pun. Pesannya, kreativitas untuk menjaga keajegan sastra Bali harus terus digelorakan.

Menurut Kapolda, situasi pandemi Covid-19 tidak boleh menghilangkan upaya untuk mengembangkan kemampuan bersastra demi generasi penerus. Kapolda pun mengajak masyarakat untuk mulatsarira guna mewujudkan sastra Bali sebagai Pamarisuda Gering Agung (melenyapkan wabah penyakit, Red) Covid-19. “Saya Kapolda Bali mendukung Kreasi Sastra Saraswati Sewana ini, demi Bali bangkit dan berkarya kembali,” tegas Kapolda.

Dukungan serupa juga disampaikan Panglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semara Putra. Menurut Ida Dalem, sastra sebagai dasar untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Sastra juga menjadi dasar bagi masyarakat untuk mendalami adat dan budaya Bali adiluhung yang diwariskan para leluhur. “Sastra juga dapat dijadikan sarana pamarisuda gering agung yang sedang menimpa Bali,” tegas Ida Dalem. *lsa

Komentar