nusabali

Bikin Sabun Berbahan Arang dari Bambu, Pemasaran Tembus Eropa

Anak Agung Ayu Putri Astrini, Perempuan Inovatif Asal Banjar Timbul, Desa Pupuan, Kecamatan Tegallalang

  • www.nusabali.com-bikin-sabun-berbahan-arang-dari-bambu-pemasaran-tembus-eropa

AA Ayu Putri Astrini sempat jadi juara I Lomba Teknologi Tepat Guna Kabupaten Gianyar Tahun 2018, lalu juara II Lomba Teknologi Tepat Guna Tingkat Provinsi Bali Tahun 2019

GIANYAR, NusaBali

Anak Agung Ayu Putri Astrini, 54, merupakan salah satu perempuan Bali yang sangat kreatif dan inovatif. Tokoh Perempuan asal Banjar Timbul, Desa Pupuan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar yang kini kelola event organizer khusus Jepang 'Feast Bali Bridal' ini berhasil membuat sabun berbahan arang dari bambu.

Usaha membuat sabun dari arang bambu tersebut dirintis Gung Ayu Putri Astrini pasca terpuruknya pariwisata akibat Bom Bali I, 12 Oktober 2002. Mantan guide khusus Jepang ini memanfaatkan potensi hutan bambu di kampungnya, Banjar Timbul, Desa Pupuan, Kecamatan Tegallalang.

Putri Asrini biasa membuat arang bambu melalui proses pembakaran khusus ini. Arang bambu itu digunakan untuk berbagai hal, seperti pemurnian udara, penyerap bau, bahan kosmetik, campuran makanan, dan campuran obat. Salah satu hasil produksi berbahan arang bambu buatan Putri Asrini yang banyak diminati adalah sabun. Konon, sabun berbahan arang bambu ini bagus untuk kesehatan kulit.

Sabun arang bambu buatan Putri Asrini ini bernama 'Bamboo Charcoal Soap'. Sabun arang bambu yang diproduksi memiliki 7 varian aroma, seperti cempaka, jepun, kenanga, dan papermint. Sabun arang bambu dibuat dalam beberapa ukuran berat. Yang terkecil beratnya hanya 80 gram, dijual dengan harga Rp 12.000.

Putri Asrini menyebutkan, sabun arang olahannya dibuat dari komposisi minyak kelapa, bubuk arang bambu, esensial oil, dan ditambahkan aroma. "Olahan diaduk rata, kemudian didiamkan selama dua hari baru, baru dipotong," jelas Putri Asrini saat ditemui NusaBali di kediamannya di Gang Pipit Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Rabu (25/5) lalu.

Menurut Putri Asrini, untuk bubuk arang yang kemudian djadikan bahan membuat sabun arang bambu, selama ini diproduksi sekitar 250 kilogram per bulan. Bahan bakunya masih melimpah, karena hampir semua jenis bambu bisa dijadikan arang aktif, kecuali bambu petung dan bambu kuning. “Kalau bambu petung dan bambu kuning, kurang bagus karena kadar airnya terlalu tinggi,” papar peraih Penghargaan Silpakara sebagai Pemrakarsa Pembuatan dan Pengolahan Arang Bambu Aktif Ta-hun 2019 dari Pemprov Bali ini.

Sebelum mengembangkan produksi sabun, kata Putri Asrini, produk utamanya berupa bubuk arang bambu digunakan untuk campur masker wajah dan pasta gigi. Putri Asrini juga menjadikan batangan bambu hitam gosong sebagai hiasan arang bambu dan filter pendingin ruangan (AC).

Khusus produk sabun arang bambu bernama 'Bamboo Charcoal Soap', sudah tembus pasar ekspor ke Eropa. Sabun ini amat diminati warga negara Spanyol, Prancis, dan Jepang. Sebelum pandemi Covid-19 setahun lalu, kata Putri Asrini, aktivitas ekspor sabun arang bambu ke Jepang, Prancis, dan Spanyol cukup tinggi. “Pasca pandemi Covid-19, omzetnya merosot sampai 90 persen. Kami terkendala biaya cargo peng-iriman yang mahal,” tandas perempuan kelahiran 31 Desember 1967 yang mengenyam pendidikan fiormal terakhir di SMA Pembangunan Ubud, Gianyar ini.

Selain itu, kata Putri Asrini, aturan ekspor impor saat ini juga dirasakan semakin ketat. “Ekspor ke Jepang, misalnya, aturannya ketat. Untuk dipakai pribadi, hanya boleh beli maksimal 24 pcs. Itu pun ongkos kirimnya saja sudah mencapai Rp 450.000. Kalau untuk bisnis, ada syarat tambahanya, yakni harus punya izin ekspor impor," katanya.

Putri Asrini yang sudah mengantongi izin ekspor, pernah kirim 2.000 pcs sabun arang bambu ke Jepang. Selain itu, dia juga pernah kirim 7.000 pcs sabun arang bambu ke Prancis. “Katanya, sabun arang bambu ini yang terbaik," terang ibu dua anak dari pernikahannya dengan I Ketut Sunarya ini.

Selain diminati di luar negeri, kata Putri Asrini, sabun arang bambu buatannya jufa laris manis di Provinsi Papua. "Dulu ada saudara saya kerja di maskapai penerbangan, dia sering bawa Bamboo Charcoal Soap ke Papua. Ternyata, banyak yang laku, karena bagus untuk mencerahkan kulit dan mengangkat sel kulit yang mati," papar Putri Asrini.

Putri Asrini mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, sabun arang bambu buatannya juga diburu wisatawan asing dari berbagai negara yang berlibur di Bali. Produk sabung arang bambu buatannya banyak diserap oleh pengelola agrowisata di Kecamatan Tegallalang, buat dijual kepada wisatawan asing. "Tiap minggu saya bisa kirim 700 pcs sabun arang bambu untuk satu objek wisata agro saja. Kadang ada pesanan dadakan sekaligus sampai 1.000 pcs," kenangnya.

Menurut Putri Asrini, usahanya yang sudah mengantongi izin Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) dan lolos uji BPOM ini dirintis sejak pariwisata Bali terpuruk pasca Bom Bali I 2002. Awalnya, Putri Asrini mengandalkan penghasilan sebagai guide Jepang di salah satu travel agent kawasan Sanur, Denpasar Selatan.

Karena pariwisata terpuruk akibat teror bom, Putri Asrini pun kehilangan pekerjaan. "Saya waktu itu kembali ke kampung (Desa Pupuan, Tegallalang, Red). Saya cova cari inspirasi di kampung sendiri," katanya.

Ketika itu, Putri Asrini melihat di kampungnya banyak ada hutan bambu. Perempuan yang pernah 9 bulan tinggal di Kota Nara, Jepang sebagbai guide ini pun memutar otak agar masyarakat sekitar rumahnya di Desa Pupuan ikut produktif juga. "Saya waktu itu sudah berpikir bagaimana caranya bisa membuka lapangan pekerjaan dengan menggali potensi desa," tutur Putri Asrini.

Putri Asrini yang memiliki banyak teman di Jepang, kemudian menceritakan kondisinya sekaligus mengungkapkan potensi bambu di desanya. Teman-temannya di Jepang memberitahu Putri Arini bahwa di Negeri Matahari Terbit, bambu dijadikan arang yang banyak sekali manfaatnya.

“Dari hasil diskusi dengan teman di Jepang tersebut, saya kemudian memproduksi arang bambu. Sempat gagal, tapi akhirnya berhasil. Setelah dites, dites hasil arangnnya bagus," jelasnya.

Dari situ, usaha produksi arang bambu Putri Asrini berkembang. Bahkan, dia mengembangkan produksi abun arang bambu yang diberi nama 'Bamboo Charcoal Soap'. Berkat ide cemerlang dan jadi prakarsa pembuatan serta pengolahan arang bambu di Banjar Timbul, Desa Pupuan, Putri Asrini mendapat penghargaan Silpakara Nugraha Tahun 2019 dari Pemprov Bali.

Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Gubernur Wayan Koster bertepatan dengan HUT ke-61 Pemerintah Provinsi Bali di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar, 14 Agustus 2019. Silpakara Nugraha merupakan penghargaan untuk memotivasi dan meningkatkan kreativitas masyarakat Bali dalam berbagai bidang. Kreativitas dan inovasi Putri Asrini telah ikut mendorong perkembangan sektor pembangunan ekonomi, kesehatan, pariwisata, budaya, dan sosial masyarakat.

Sebelum sabet penghargaan Silpakara sebagai Pemrakarsa Pembuatan dan Pengolahan Arang Bambu Aktif Tahun 2019, AA Ayu Putri Asrini sempat tampil sebagai juara I Lomba Teknologi Tepat Guna Kabupaten Gianyar Tahun 2018. Kemudian, Puyri Asrini raih juara II Lomba Teknologi Tepat Guna Tingkat Provinsi Bali Tahun 2019. *nvi

Komentar