nusabali

Sekaa Gong Kebyar Bala Adhikara Desa Dawan Kaler Tampilkan Tari Kakebyaran ‘Samahita Patni’

  • www.nusabali.com-sekaa-gong-kebyar-bala-adhikara-desa-dawan-kaler-tampilkan-tari-kakebyaran-samahita-patni

DENPASAR, NusaBali.com –  Setelah tahun lalu ditiadakan, Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII bakal kembali dipergelarkan. Karena situasi pandemi, maka pesta kesenian tahunan terbesar di Bali ini akan dikombinasikan secara virtual.

Untuk menyambut PKB 2021 yang dilangsungkan 12 Juni hingga 10 Juli 2021,  Sekaa Gong Kebyar Bala Adhikara sudah melakukan perekaman pertunjukan pada Minggu (23/5/2021) lalu. Hasil rekaman ini nantinya akan ditayangkan stasiun TV pada saat PKB berlangsung.

Duta Gong Kebyar Kabupaten Klungkung yang berasal dari Desa Dawan Kaler, Kecamatan Dawan ini tampil memukau di panggung Ardha Candra, Art Center Denpasar. Tarian yang digarap I Ketut Setiadi SPd dan penata tabuh I Made Oka Arimbawa SSn ini berjudul ‘Samahita Patni’. 


‘Samahita’ berarti pejuang yang sangat gigih, sedangkan Patni berarti kaum perempuan. Tarian ini mengisahkan tentang kegigihan kaum perempuan Bali yang memiliki keberanian layaknya kaum laki-laki, dalam berperang menghadapi penjajah. Ketulusan persembahan jiwa dan raga untuk tanah pertiwi tercerminkan dari penonjolan gerak-gerak dinamis dan tidak menghilangkan pakem gerak tari Bali sesungguhnya.

Tarian ini dibawakan oleh sembilan penari wanita yang telah mengikuti seleksi sesuai kriteria penggarap tari. Para penari ini berasal dari Kecamatan Dawan, di antaranya dari Desa Sampalan, Pesinggahan, Besan, Kusamba, dan Dawan. 

Selain Kecamatan Dawan, ada pula penari dari Desa Tihingan, Desa Bundaga, Banjar Sengguan dan Banjar Uma Lemek, Klungkung. 


Selama proses persiapan yang dimulai sejak bulan Maret, para penari dan pelatih berusaha melakukan yang terbaik, meskipun waktu yang dimiliki cukup singkat. Bagusnya, kondisi pandemi tidak menyurutkan semangat para penari untuk berlatih.

“Karena waktu persiapan cukup singkat, kami inisiatif berlatih gerakan, bahkan sebelum adanya gending atau musik pengiring.  Dan setelah musik pengiring rampung, akhirnya gerakan tersebut sesuai sehingga dapat digunakan,” ungkap Ketut Setiadi.

Ketut Setiadi pun berharap tarian ini bisa berkembang dan dipelajari oleh masyarakat luas, tidak hanya di Klungkung. “Selama ini garapan tari jarang diteruskan dan dikembangkan. Untuk itu dengan terciptanya karya ini mudah mudahan bisa dilihat, ditonton dan dipelajari masyarakat luas bukan hanya di Klungkung,” harap Ketut Setiadi. *lin

Komentar